BaB 18

8 0 0
                                    

Semua orang selalu melewati hari-hari yang berbeda. Entah itu hari bahagia atau duka. Entah apa yang terjadi dengan Fiona. Tetapi kabar buruk menimpa dirinya pagi-pagi sekali.

Fiona dan Soffi menunggu disebuah rumah sakit dengan keadaan yang sembab, karena menangis tidak henti.

"Bagaimana keadaan, papa?" tanya Fiona lirih.

Dokter menjawab dengan senyuman yang menenangkan," Alhamdulilah keadaan beliau membaik, meskipun kakinya mengalami kelumpuhan."

Fiona yang mendengar tentu saja merasa kaget, bagaimana pun Toni adalah ayahnya. Ayah yang selalu Fiona sayang dan hormati. Ketika sang ayah mengalami nasib yang buruk, Fiona sebagai anak merasa terluka.

"Kalau begitu kami boleh masuk dokter," timpal Soffi lembut.

"Tentu saja boleh," jawab dokter.

Mereka berdua memasuki ruangan Toni dengan hati yang campur aduk. Toni berbaring dengan wajah yang dipenuhi lebam dan luka yang belum kering.

Fiona tertawa getir melihat papa nya yang tidak bisa jalan," aku sayang sama papa, papa kenapa jadi begini?"

"Kalian kenapa bisa kesini, siapa yang memberi tahu kalian berdua?" Toni bertanya dengan suara pelan.

"Tentu saja dari berita, mas. Kamu itu selalu membuat kami khwatir," ucap Soffi lemah.

"Maaf, saya selalu membuat kalian berdua khwatir," balas Toni menunduk.

"Kami akan memaafkan papa, asalkan papa cepat sembuh," hibur Fiona.

Perut Toni berbunyi yang menandakan lapar. Dengan cepat Fiona mengambilkan makanan dan menyuapi secara telaten. Soffi yang melihat tentu saja merasa terharu. Disela-sela menyuapi, Fiona bertanya dengan lembut.

"Sebenarnya papa kenapa? Bukannya papa akan pergi ke Amerika, kenapa bisa kecelakaan begini?" pertanyaan Fiona yang beruntun membuat Toni merasa canggung.

"Ini rumit sekali Fiona. Entah kenapa nasib papa terasa buruk. Papa mengalami kebangkrutan karena rekan kerja papa menipu habis-habisan," Toni berbicara dengan lirih.

"Astagfirullah," ucap Fiona dan Soffi kompak.

"Mungkin ini teguran karena saya selalu jahat sama kalian berdua, saya merasa sangat menyesal," Toni menunduk sedih.

Fiona memeluk Toni sangat erat, bagaimana pun Toni adalah ayah yang selalu Fiona sayang. Ketika mereka sedang berbicara sesuatu yang sedih, tiba-tiba polisi datang dan ingin berbicara serius.

"Permisi semuanya, kami ingin memberi tahu bahwa kecelakaan yang terjadi kepada bapak Toni adalah sebuah kesengajaan, kami menemukan kabel yang dipotong dan menyebabkan rem blong," ucap Polisi.

"Kami mohon, tolong cari tahu siapa yang berencana mencelakai papa saya, pak," ucap Fiona dengan nada memohon.

"Kami akan berusaha, semoga saja orang yang mempunyai motif jahat itu segera ketemu," ucap polisi.

Setelah kepergian Polisi, Fiona merenungi semua yang terjadi. Kemarin ada seseorang yang mengirim kado misterius dan ingin memberikan sebuah kejutan. Apakah ini kejutan yang dimaksud. Tetapi Fiona menggelangkan kepalanya tidak percaya.

"Fiona, mama harus pergi ke toko. Tolong kamu jaga papa," ucap Soffi dengan lembut.

"Baik mah," balas Fiona lirih.

Setelah kepergian Soffi, Fiona kembali keruangan Toni, tetapi langkah nya terhenti karena wanita yang menghancurkan kelurganya sedang menunggu. Fiona benci dengan seseorang yang berada disisi papa nya, karena wanita itu kelurganya menjadi hancur. Tetapi Fiona tidak ingin mendekati wanita itu, Fiona memilih pergi.

GAMOPHOBIA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang