Udara pagi yang sangat menyejukan membuat Fiona enggan untuk menjauh dari kasur. Burung berkicau dengan begitu indahnya seperti alarm kehidupan.
Fiona segera melangkah dari kasur dengan perasaan malas, tetapi karena hari ini sudah berjanji kepada penduduk dengan segera menyelesaikan rutinitasnya.
Fiona rasanya sangat malu ketika melihat para ibu-ibu yang sudah bekerja dengan senyuman yang merekah.
"Neng gak usah masuk kesawah, nanti hitam," ucap Ibu gendut dengan senyuman.
"Iya, neng Fiona nanti seperti kita," timpal ibu yang sedikit kurus.
"Saya tidak masalah kalau hitam bu, yang penting manis," saut Fiona dengan cengiran andalannya.
Fiona melepaskan sandal jepitnya dengan cepat dan langsung memasuki sawah yang akan ditanami padi. Sawah yang luas dan banyak orang yang sedang mencari sesuap nasi. Fiona merasa senang berada ditengah orang-orang yang selalu bersyukur.
Mereka semua asik dengan pekerjaan masing-masing. Fiona banyak belajar dengan penduduk yang ramah dan tidak malu untuk melakukan pekerjaan yang sangat panas.
Semilir angin membuat Fiona merasa sangat damai. Mereka semua memutuskan beristirahat dan makan dengan rasa nikmat.
Awalnya semua baik-baik saja, tapi tidak ketika Fiona sedang berbincang asik dengan ibu-ibu. Entah datang dari mana ular itu dan sialnya menggigit Fiona. Fiona tidak sadarkan diri setelah digigit ular.
Ibu-ibu yang sedang makan tentu saja sangat panik dengan cepat berteriak kepada para lelaki untuk meminta pertolongan. Semua bapak-bapak dengan panik mendekati Fiona yang sudah tidak sadarkan diri.
Bapak-bapak itu menggotong Fiona dengan cepat, tetapi karena hanya mengandalkan jalan kaki, jadi mereka tidak secepat menaiki sebuah kendaraan.
Semua orang merasa sangat khwatir karena belum ada mobil yang melintas. Apalagi wajah Fiona yang sudah pucat pasi. Ketika mereka sedang tegang, mobil melintas dengan kecepatan sedang.
Ibu yang membawa Fiona dengan nekat langsung menghentikan mobil itu. Tenju saja orang yang berada didalam mobil merasa sangat kaget.
"Mas tolong neng ini, tadi digigit ular," saut ibu gendut dengan khwatir.
Deg
Pengendara mobil itu sangat kaget karena melihat perempuan yang selalu dia cari, tapi belum ada jejak sama sekali dan sekarang bertemu dengan keadaan yang sangat mengerikan. Dengan cepat menggendongnya dan memasukkan kedalam jok mobil.
Jalanan alhamdulilah tidak ramai, jadi memudahkan untuk cepat segera sampai ke rumah sakit.
Setelah sampai ke rumah sakit dengan cepat membawa tubuh Fiona yang sangat dingin.
"Dok, Dokter tolong istri saya!"
Arhan berteriak dengan kesetanan. Dokter beserta suster datang dengan perasaan panik. Dengan cepat membawa tubuh Fiona yang sangat lemas.
Arhan termenung dengan bingung. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Fiona, kenapa berada ditempat yang sangat jauh dan terpencil.
Arhan mendapat perintah dari sang papa untuk menengok sebuah proyek malah bertemu dengan Fiona. Tentu saja sangat senang dan bersyukur, tapi tidak dengan pertemuan yang sangat menyakitkan.
"Sebenarnya Fiona kenapa, Bu?" tanya Arhan dengan bergetar.
"Neng Fiona digigit ular," balas ibu itu dengan bergetar. Bagaimana pun dirinya menyaksikan dengan kepala sendiri.
"Astaga, kenapa bisa digigit ular, Bu?" Arhan bertanya dengan bingung. Tentu saja sangat bingung karena mana mungkin Fiona digigit ular.
"Kami semua sedang menanam padi disawah, neng Fiona ikutan, padahal kami sudah melarangnya,"timpal ibu berbadan kurus dengan cepat.
Arhan hanya menghela napas dengan berat. Arhan sangat tahu Fiona sangat keras kepala dan selalu ingin membantu oranglain, tanpa memikirkan keselamatannya.
Arhan melirik baju ibu-ibu itu dengan rasa bersalah. Dengan cepat Arhan mendekati dan berbicara sesopan mungkin," ibu, kalau mau pulang silahkan saja. Fiona, saya yang akan menjaga, lagi pula saya calon suami Fiona. Ibu tidak perlu khwatir dengan kendaraan karena saya sudah menyewakan taxi untuk kalian. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih."
Ibu-ibu itu awalnya ragu kalau Arhan adalah calon suami Fiona, tetapi jika melihat dari penampilannya, mereka percaya bahwa Arhan adalah pria baik dan bertanggung jawab.
"Kalau begitu kami pamit dulu, semoga neng Fiona segera sembuh," saut ibu gendut dan melangkah untuk pergi.
Setelah kepergian ibu-ibu itu tentu saja Arhan merasa tidak tenang karena belum ada kabar dari Fiona. Arhan belum mengabari papanya, dengan segera mengambil handphone.
[ Pah, maaf aku gak bisa datang keproyek itu, Fiona kecelakaan]
Arhan mengetik sebuah pesan singkat untuk Abras.
[ Kamu sudah bertamu Fiona? Apa yang terjadi dengan Fiona? ]
Diseberang sana Abras tenju saja sangat kaget mendengar calon menantunya mengalami kecelakaan. Tapi kecelaan apa, itu yang dipikirkan Abras.
[ Fiona digigit ular ]
Abras seketika menutup mulutnya tidak menyangka. Tapi jika Arhan hanya sekedar bercanda mana mungkin seperti itu.
[ Yasudah, kamu jangan khwatir, proyek biar sama papa aja, kamu pokus sama Fiona aja, Arhan ]
[ Iya pa, terima kasih, kalau begitu aku akan menemui Fiona dulu ]
Arhan menutup panggilannya ketika dokter datang mendekati dirinya.
"Dokter bagaimana keadaan Fiona?" tanya Arhan dengan ekspresi khwatir.
"Alhamdulilah keadaan pasien sudah mulai stabil, untung saja kalian cepat membawa pasien kesini, kalau telat sedikit saja maka tidak akan selamat," ucap Dokter.
"Terima kasih dokter, kalau begitu saya bisa menjenguk pasien?" meskipun Arhan sangat egois, tetapi demi kebaikan Fiona, Arhan akan melakukan apapun.
"Silahkan pak, kalau begitu kami permisi," dokter itu tersenyum dan melangkah pergi untuk memeriksa pasien lainnya.
Arhan membuka pintu kamar rawat Fiona. Fiona terbaring dengan wajah yang sangat pucat pasi. Arhan mendekatinya dan memandang Fiona terus menerus.
Satu sisi Arhan merasa sangat bahagia dengan Fiona yang ada dihadapannya. Menggenggam tangan Fiona dengan erat. Seketika Arhan mengingat orangtua Fiona, pasti orangtuanya sangat khwatir.
Arhan tentu saja sangat bingung. Karena takut dimarahin orangtua Fiona kembali.
[ Hallo dengan siapa ini? ]
[ Ini dengan Tante Soffi Argana? ]
[ Iya, ini dengan saya ]
[ Fiona mengalami kecelakaan dan sekarang ada di rumah sakit Mawar Kencana ]
Sebelum mendengar balasan orang yang berada diujung sana, Arhan langsung mematikan sambungan telepon nya. Sebenarnya enggan untuk memberi tahu orangtua calon istrinya itu. Tetapi Arhan tidak mau dirinya dianggap tidak baik dan akhirnya restu tidak Arhan dapatkan.
Selang 30 menit, beberapa keluarga datang dengan wajah yang cemas dan marah. Toni dengan cepat menarik kerah kemeja Arhan dan akan memukulnya dengan keras. Tapi Arhan tidak membiarkan itu terjadi. Toni mendelik dengan marah karena aksinya dihalang oleh pria yang urakan dan menyebalkan.
Soffi memisahkan kedua peria yang beda usia itu dengan cepat. Soffi mendekati Fiona yang masih terbaring dengan damai.
Mereka semua masuk kedalam ruangan dengan pikiran masing-masing. Tiba-tiba Fiona kejang-kejang, entah kenapa? Arhan berlari untuk memanggil dokter dengan keadaaan cemas.
"Semoga Fiona baik-baik saja," gumam Arhan lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMOPHOBIA (End)
RomanceFiona yang takut dengan pernikahan dan laki-laki dipertemukan dengan sosok laki-laki gila yang penuh obsesi untuk memilikinya. Apa yang akan terjadi dengan hidup Fiona yang bermula tenang menjadi berantakan karena hadirnya Arhan Adraja. "kalau Lo ga...