07. Kenyataannya, rumit (?)

235 29 63
                                    

༚༅༚˳✿˳༚༅༚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

༚༅༚˳✿˳༚༅༚



Anggara memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah keluarga Yudhistira. Rumah itu nampak sepi. Tanpa berlama-lama, dia memutuskan untuk masuk setelah mengetuk pintu. Junan yang baru saja keluar dari dapur, menyambutnya dengan sapaan dan pelukan ringan.

"Kok sendirian, Qia mana Kak?" tanya Junan setelah pelukan mereka terlepas.

"Belum gue jemput, nanti lah, abis dari sini. Soalnya gue juga ada urusan sama Elang."

"Kak Elang kemarin juga abis dari sini."

"Iya, awalnya kita udah janjian, gue bakal nyusulin dia. Tapi gue nya sibuk karena proyek."

Junan mengangguk paham. "Mau gue bikinin minum apa?"

"Gak usah, gue bentaran doang kok. Mau ketemu langsung aja sama Yudha."

"Oh, ayo Kak, ke kamar aja." ajak Junan setelah mendapat penolakan dari Anggara.

Anggara hanya mengangguk dan mengikutinya dari belakang. Dapat dirinya lihat, sang sahabat yang berdiri mematung di pagar pembatas balkon kamar. "Apa kabar, Yudh?" begitu tanyanya setelah sampai dan ikut berdiri di sisi kiri Yudhistira. Junan memilih duduk sembari memperhatikan keduanya, tanpa ingin mencampuri urusan mereka.

Yudha menoleh ke kiri sembari tersenyum. "Baik, Ga. Sendirian, apa sama Elang?" tanyanya setelahnya.

"Sendiri, kan Elang udah kemarin."

Yudha kembali menatap depan sembari mengangguk kecil. Tetap menoleh pun rasanya juga percuma. "Ah iya, lupa. Kata Junan, Elang dateng pas gue tidur." balasnya yang masih melihat jauh ke depan. "Gimana Ga, kerjaan lo, lancar?"

Anggara mengangguk meskipun perlakuannya tidak akan terlihat oleh sang sahabat. "Ya lancar, lah." balasnya cukup singkat. "Lo udah minum obat kan?" tanyanya kemudian.

Tanpa menoleh atau bergerak sedikitpun, Yudhistira terkekeh kecil. "Lo tenang aja Ga, selama ada Junan di sini, gue pasti rutin minum obatnya."

"Tapi lo sesekali harus terapi, Yudh. Demi kesembuhan lo. Demi masa depan lo. Demi keluarga lo, demi kita. Lo gak mau kan, kalau ngerepotin Junan terus-terusan? Junan juga butuh kuliah, butuh waktu luang buat healing, butuh waktu yang gak harus melulu ngurusin lo kayak gi—"

"Gue gak nyuruh Junan 24/7 selalu ada buat gue, itu kemauan dia sendiri. Lagian, gue nyaman kayak gini, Ga. Ini balasan buat gue yang udah ngebunuh Vaza."

"Yudh?!! Harus berapa kali sih, gue bilang?! Vaza meninggal itu udah takdir, bukan karena lo!"

"Kalau aja gue gak mainin perasaan dia, dia gak akan mati, Ga!"

Us, againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang