༚༅༚˳✿˳༚༅༚
Anggara memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah keluarga Yudhistira. Rumah itu nampak sepi. Tanpa berlama-lama, dia memutuskan untuk masuk setelah mengetuk pintu. Junan yang baru saja keluar dari dapur, menyambutnya dengan sapaan dan pelukan ringan.
"Kok sendirian, Qia mana Kak?" tanya Junan setelah pelukan mereka terlepas.
"Belum gue jemput, nanti lah, abis dari sini. Soalnya gue juga ada urusan sama Elang."
"Kak Elang kemarin juga abis dari sini."
"Iya, awalnya kita udah janjian, gue bakal nyusulin dia. Tapi gue nya sibuk karena proyek."
Junan mengangguk paham. "Mau gue bikinin minum apa?"
"Gak usah, gue bentaran doang kok. Mau ketemu langsung aja sama Yudha."
"Oh, ayo Kak, ke kamar aja." ajak Junan setelah mendapat penolakan dari Anggara.
Anggara hanya mengangguk dan mengikutinya dari belakang. Dapat dirinya lihat, sang sahabat yang berdiri mematung di pagar pembatas balkon kamar. "Apa kabar, Yudh?" begitu tanyanya setelah sampai dan ikut berdiri di sisi kiri Yudhistira. Junan memilih duduk sembari memperhatikan keduanya, tanpa ingin mencampuri urusan mereka.
Yudha menoleh ke kiri sembari tersenyum. "Baik, Ga. Sendirian, apa sama Elang?" tanyanya setelahnya.
"Sendiri, kan Elang udah kemarin."
Yudha kembali menatap depan sembari mengangguk kecil. Tetap menoleh pun rasanya juga percuma. "Ah iya, lupa. Kata Junan, Elang dateng pas gue tidur." balasnya yang masih melihat jauh ke depan. "Gimana Ga, kerjaan lo, lancar?"
Anggara mengangguk meskipun perlakuannya tidak akan terlihat oleh sang sahabat. "Ya lancar, lah." balasnya cukup singkat. "Lo udah minum obat kan?" tanyanya kemudian.
Tanpa menoleh atau bergerak sedikitpun, Yudhistira terkekeh kecil. "Lo tenang aja Ga, selama ada Junan di sini, gue pasti rutin minum obatnya."
"Tapi lo sesekali harus terapi, Yudh. Demi kesembuhan lo. Demi masa depan lo. Demi keluarga lo, demi kita. Lo gak mau kan, kalau ngerepotin Junan terus-terusan? Junan juga butuh kuliah, butuh waktu luang buat healing, butuh waktu yang gak harus melulu ngurusin lo kayak gi—"
"Gue gak nyuruh Junan 24/7 selalu ada buat gue, itu kemauan dia sendiri. Lagian, gue nyaman kayak gini, Ga. Ini balasan buat gue yang udah ngebunuh Vaza."
"Yudh?!! Harus berapa kali sih, gue bilang?! Vaza meninggal itu udah takdir, bukan karena lo!"
"Kalau aja gue gak mainin perasaan dia, dia gak akan mati, Ga!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Us, again
Fanfiction𝐅𝐫𝐨𝐦 𝐃𝐚𝐫𝐞 𝐓𝐨 𝐃𝐚𝐭𝐞 [𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 2] 𝑴𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏, 𝒔𝒆𝒎𝒆𝒔𝒕𝒂 𝒎𝒖𝒍𝒂𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒂𝒉𝒂𝒃𝒂𝒕 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂. 𝑱𝒂𝒅𝒊, 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒎𝒆𝒔𝒕𝒂 𝒎𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂�...