09. Apa apa

334 40 12
                                    

༚༅༚˳✿˳༚༅༚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

༚༅༚˳✿˳༚༅༚



"Udah lama nunggunya?" tanya Erlangga setelah masuk ke mobilnya. "Sorry ya, tadi gak sengaja ketemu sama Qia di sana." lanjutnya sembari bersiap menyalakan mesin untuk keluar dari area parkir Cafe.

Luka tak kasat mata di hati Faeza masih jelas terasa sakitnya. Dia hanya berdeham samar sebagai pengganti respons darinya.

"Emang kamu tadi gak lihat? Padahal tadi Qiara nyariin kamu." ucap Erlangga saat setelah mobil yang dikemudikannya melaju ke jalanan raya.

Faeza masih terdiam. Dia sama sekali tak ingin banyak bicara untuk saat ini, namun sayangnya Erlangga masih menunggu responsnya. "Oh, aku gak tau. Aku gak lihat-lihat sekitar." balasnya sekenanya.

Mendengar nada bicara Faeza yang tak mengenakkan di telinganya, akhirnya Erlangga menepikan mobilnya. "Kamu kenapa, hm? Laper? Tapi tadi kan kita udah makan siang bareng di kantor."

Faeza yang bingung kenapa Erlangga tiba-tiba menepi, semakin merasa bingung saat Erlangga menanyainya dengan nada yang terdengar khawatir di indra pendengarannya. Jujur, dirinya belum siap mendapatkan perhatian dari Erlangga meskipun hanya perhatian kecil seperti sekarang ini. Dirinya sama sekali belum terbiasa. Dia masih butuh menyesuaikan diri dengan hati dan perasaannya. Sama sekali tidak bisa jika harus dadakan dan terlalu tiba-tiba seperti ini.

"Kalo aku ada salah, bilang ya? Aku minta maaf kalo emang aku nya ada salah ke kamu." ujar Erlangga saat mendapati Faeza yang hanya menatapnya tanpa mengucapkan sepatah kata.

"Iya, kamu salah. Kenapa kamu tadi pelukan sama Juan, hah?!! Hatiku sakit, tau!!" ingin sekali Faeza berbicara seperti itu, tapi sayangnya dia keburu sadar akan posisinya di hidup Erlangga. Dia bukan siapa-siapa, jadi dia tidak berhak untuk merasa cemburu dan berakhir marah seperti itu. Yang hanya bisa dirinya lakukan, menggelengkan kepalanya lemah sembari tersenyum ayu, "Aku gak papa, kamu gak ada salah apa-apa." begitu ucapnya.

"Kamu ngantuk? Apa kita pulang aja, hm?"

Faeza sungguh ingin menjerit sekeras-kerasnya sekarang juga, jika dirinya bisa. Sumpah, dia sama sekali belum siap diperhatikan Erlangga sampai semanis ini. Lagian juga, kenapa sikap Erlangga bisa berubah se-drastis ini. Padahal biasanya, bicara hanya seperlunya saja.

Lagi-lagi Faeza menggeleng. "Enggak Kak, kita lanjut jalan lagi aja. Takut kamu nya keburu telat janji temunya." pintanya yang sejujurnya begitu sungkan.

"Beneran? Kamu gak mau pulang?"

Faeza kini mengangguk. "Iya, enggak. Udah, ayo kita jalan lagi." pintanya sembari tersenyum. Erlangga pun ikut tersenyum membalasnya, lalu kembali menarik pedal gas mobilnya.







𖥸𖥸𖥸






Masih sibuk menyuapi Qiara, Arjuan yang mulai bosan dengan keadaan yang saling berdiam-diaman, akhirnya dia mencoba membuka obrolan baru, tanpa peduli dengan nantinya hanya akan berjalan sementara atau malah tiada putusnya.

Us, againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang