12. Sesak

82 9 7
                                    

༚༅༚˳✿˳༚༅༚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

༚༅༚˳✿˳༚༅༚




"Mau ke mana sekarang?"

"Gak tau, jalan dulu aja deh. Apa lo mau ada yang dibeli ya ayo, gue ikut."

"Mau beli apaan, belum kepikiran sih gue, kan lo yang ngajak ke sini."

"Ya udah, nepi dulu lah kita di sana, mumpung kosong."

Sesuai yang diminta Arjian tadi, selesai makan mereka malah bingung menentukan ke mana lagi mereka akan menyambangi luasnya Mall yang sekarang mereka pijaki. Toh, dari awal Arjuan memang tidak ada rencana apapun, dan saudara kembarnya itu malah mengajaknya dengan embel-embel refreshing. Belum tahu tujuan pastinya akan ke mana, akhirnya mereka memilih duduk santai sembari melihat sekeliling dan orang-orang yang lewat.

"Kita udah berapa lama di sini, Ju?"

Arjuan yang mendengar itu pun menoleh dan menatap kembarannya aneh. "Ingatan lo yang ilang jadi maju kah?"

"Lupa tuh wajar kan?" balas Arjian sedikit mengkesal.

"Udah mau semingguan kali ya? Gak ngitung sih—

"Aunty!!"

—gue. LAH?!! Ngapain tuh bocil sendirian ke sini?!"

Arjuan terkejut dengan teriakan yang cukup familiar di indra pendengarannya. Saat dia menoleh ke asal suara, dia semakin terkejut saat mendapati Qiara yang berlari sendirian menghampirinya. Sebenarnya Arjian pun terkejut, hanya saja otaknya berjalan lambat akhir-akhir ini. Dia masih memikirkan siapa bocah cilik itu, dia seperti pernah bertemu dengannya, tapi dia lupa siapa dan di mananya.

"Hei, kamu sama siapa ke sini? Jangan sendirian dong, ini kan ramai, nanti kamu hilang gimana, hm?" khawatir Arjuan saat Qiara sudah dia angkat ke pangkuannya dan mencubit kecil kedua pipinya.

Qiara malah terkekeh ringan. Dia menepuk dua kali pipi Arjuan karena gemas mengkhawatirkannya. "Ndak papa aunty Juju, Qia ndak jauh-jauh kok pelginya." balasnya yang diimbuhi dengan senyuman. Lalu dia beralih menatap Arjian yang sedari tadi terus menatapnya. "Aunty Jiji kenapa lihatin Qia telus? Qia lagi cantik ya? Hehe..." ucapnya yang diiringi dengan kekehan.

Arjian refleks tersenyum biarpun dia masih belum bisa mengingat siapa Qiara. "Iya ihhh, kamu cantik banget kayak aunty Jiji." responsnya yang malah menyombongkan diri, tak lupa dia mencubit gemas pipi Qiara yang tersenyum ayu.

"Qia boleh minta ini lagi ndak aunt?" tanya Qiara setelah mengambil tangan Arjian dan memainkan gelang manik yang dipakainya.

Sekarang Arjian sudah tahu siapa Qiara, anaknya Anggara yang mereka pernah bertemu di Bandara. "Loh, kok mau lagi?Kan kemarin udah aunty kasih? Gak hilang kan?" tanyanya sembari melepas tangan Qiara dari tangannya.

Us, againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang