06. Perasaan Baru

216 32 42
                                    

༚༅༚˳✿˳༚༅༚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

༚༅༚˳✿˳༚༅༚



Erlangga sengaja menyibak sepenuhnya gorden pintu dan jendela balkon kamarnya untuk mengganggu aktivitas Faeza yang masih tidur meringkuk di sofa miliknya. Tetap berdiri bersandar di pintu kaca balkonnya dengan kedua tangannya yang bersedekap dada, dia memperhatikan Faeza yang mencoba bangun setelah nyawanya kembali sempurna.

"Lo mau masak apa kita sarapan di luar aja?"

Baru saja Faeza menatap sosok yang berdiri di depannya, dia sudah mendapat pertanyaan yang masuk ke indra pendengarannya. "Aku masak aja." begitu balasnya saat dia teringat ada beberapa bahan masakan di dalam kulkas.

Tanpa menunggu respon dari Erlangga, Faeza beranjak menuju kamar mandi sekadar untuk membasuh wajahnya. Baru setelahnya dia turun menuju dapur dan mulai berkutat dengan alat masak dan bahan-bahannya.

Erlangga membuntuti Faeza dari belakang. Dalam posisi duduknya, dia memperhatikan setiap pergerakan Faeza yang fokus memasak. Ada sedikit kebahagiaan di hati, karena memang momen yang seperti ini yang diimpikannya selama ini. Tapi tetap, masih sosok Arjian yang dia inginkan untuk masa depannya, bukannya Faeza.

"Dari pada diam begitu, kamu mending bangunin Qiara."

Mendengar seruan yang halus itu, Erlangga mendongak dan membuat tatapannya bertemu langsung dengan Faeza yang kebetulan juga menatapnya setelah meletakkan tiga porsi Avocado Toast buatannya ke atas meja. Dia tersadar, jika ada sedikit getaran di dalam hatinya. Tapi, dia sama sekali tidak ingin mengindahkannya, dia lebih memilih mengangguk dan bangkit dari duduknya.

"Mau aku buatin susu apa jus?"

Belum sempat Erlangga melangkah, suara Faeza sudah kembali mengusik indra pendengarannya. "Kopi panas aja." balasnya yang lalu melangkah panjang ke kamar Qiara, tanpa peduli dengan permintaannya yang sama sekali tidak ada dalam dua pilihan yang Faeza tawarkan untuknya. Toh, dia juga tidak terlalu mementingkannya. Dibuatkan kopi ya syukur, tidak juga tak apa, dia masih bisa meminum air putih nantinya.

"Pagi Mommy..." sapa Qiara yang masih berada dalam gendongan Erlangga. Faeza yang selesai meletakkan dua gelas susu langsung mendongak dan tersenyum.

"Pagi juga sayangnya Mommy." balasnya saat setelah Qiara diturunkan Erlangga ke kursi makan sembari dirinya yang melepaskan apron masaknya. Baru sehari semalam dia di rumah ini, dia sudah bisa dekat dan malah terbilang sangat dekat dengan Qiara, namun tidak untuk Erlangga. Tapi tidak masalah baginya, karena dia akan terus mencobanya sampai Erlangga jatuh dalam pelukannya. Dia sangat tidak peduli dengan semuanya, karena yang diinginkannya hanyalah sosok Erlangga sebagai pengganti mantan kekasih yang pernah dicintainya, namun melukai perasaannya. "Kayaknya kopinya agak kemanisan. Soalnya aku belum pernah bikin sebelumnya. Sorry." ucapnya setelah dirinya duduk di seberang Qiara, sebelah kiri Erlangga.

Us, againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang