14. Buka Fakta

94 12 31
                                    

༚༅༚˳✿˳༚༅༚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

༚༅༚˳✿˳༚༅༚


Arjuan duduk termenung meratapi nasib buruk percintaannya. Botol air mineral yang tadi dibelinya, hanya dianggurkannya begitu saja tanpa setegukpun dirinya minum. Mengingat kembali fakta saat Erlangga mengenalkan sahabatnya sebagai pacar dan calon istrinya tadi, dirinya benar-benar tertampar keras akan kenyataan. Kisah percintaan yang belum dirinya mulai kini kembali hancur. Impiannya yang ingin mendapatkan sosok Erlangga, nyatanya kalah telak oleh sahabatnya yang belum genap seminggu kenal dengan Erlangga. Entah dirinya yang sial atau malah sahabatnya yang beruntung, tapi sungguh, dia sangat menyayangkan nasib buruk percintaannya ini. Sungguh belum ikhlas jika harus Faeza lah yang menjadi pendamping hidup Erlangga. Jika dirinya boleh memilih akan kesakit hatiannya, dia pastinya lebih memilih saudara kembarnya yang mematahkan impiannya, bukannya malah sahabatnya seperti ini.

Rasanya masih belum bisa ikhlas sepenuhnya. Namun, dirinya tidak boleh berlama-lama terlarut dalam keterpurukannya. Sahabatnya sekarang sudah menjadi hak paten Erlangga, saudara kembarnya pun sudah punya pengganti Erlangga, dirinya pun seharusnya melupakan Erlangga dan mencari gantinya.

Haruskah dia menagih janji Anggara di masa lalu?

Toh, hanya Anggara lah yang benar mencintainya. Lagipun, dia terlalu malas untuk mencari orang baru yang harus dicintainya. Dengan Anggara yang pernah menjalin hubungan palsu dengannya, yang pernah dekat dan pernah bermesraan layaknya orang yang berpacaran, mungkin akan lebih mudah untuknya membalas perasaan Anggara. Dia akan mulai percaya dengan adanya pepatah Jawa yang mengatakan, Witing tresna jalaran saka kulina, alias cinta berawal karena terbiasa. Dan satu hal lagi, baru Anggara lah cowok yang pertama kali dirinya kenalkan ke orang tuanya sebagai kekasihnya biarpun saat itu hanyalah status palsu. Pun, kedua orang tuanya tidak tahu menahu akan kebenaran hubungannya dengan Anggara. Saat mulai dirinya hidup di Jepang, dia hanya mengabarkan ke orang tuanya jika hubungannya dengan Anggara harus break dulu dengan alasan takut menjalani hubungan jarak jauh.

Dan sekarang, dia sudah yakin untuk membuka hatinya dan membalas sepenuhnya perasaan Anggara. Dia bersiap mencintai Anggara secara ugal-ugalan sebagai penebus dosanya di masa lalu. Dia siap mem-bucin-kan dirinya ke Anggara dan siap mengenalkan Anggara ke orang tuanya sebagai calon suaminya.

Besok, dia berencana meminta Anggara untuk bertemu. Tidak, secepatnya sepertinya akan terasa lebih baik. Dia tidak ingin menunda-nunda waktu lagi, harus detik ini juga. Dengan cepat diapun merogoh ponselnya untuk menghubungi Anggara, namun urung.

"Hei, ngapain lo di sini Ju?"

Nyatanya, Anggara sudah ada di depan mata. Sungguh, ini bukan sekadar mimpi. Dia bisa merasakan usakan Anggara di puncak kepalanya, juga melihat Anggara yang menyuguhkan senyum manisnya. Bahkan Anggara sekarang sudah ikut duduk di sebelahnya.

"Kok malah diem, ngapain lo sendirian di sini?" tanya Anggara sekali lagi sembari mengusap sekilas pipi kiri Arjuan.

Arjuan pun mengulaskan senyumannya. "Lagi nunggu jemputan buat pulang, tadinya sih pengen nemenin Jian aja di sini, tapi pacarnya malah nyuruh gue buat pulang."

Us, againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang