04. Keterpurukan (?)

288 53 30
                                    

༚༅༚˳✿˳༚༅༚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

༚༅༚˳✿˳༚༅༚



Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh sembilan menit, akhirnya Erlangga sampai di rumah Pamannya. Rumah di mana sepupunya––Yudhistira––tinggali selama pasca kecelakaan yang beruntun kala itu.

Meski sempat Erlangga marah besar karena sikap sepupunya yang menjadi penyebab kecelakaan Arjian walaupun tidak secara langsung, tapi dia tetap menyayangi Yudhistira, tetap menyemangatinya dan terus mendukung demi kepulihannya. Demi mengembalikan lagi masa depan cerah Yudhistira, yang terpaksa terenggut karena ulah sepupunya itu sendiri.

Sampai di depan rumah, Erlangga disambut hangat oleh saudara kembar Bundanya, Tante Mirana. Yang kebetulan beliau akan mengantarkan bekal makan siang untuk sang suami di kantor seperti hari biasa-biasanya.

Saat Erlangga memasuki rumah, dirinya kembali mendapat sambutan hangat dari Junan Ferdiansyah yang memberikannya sekilas pelukan ringan.

"Sendirian aja kak?" tanya Junan, dan Erlangga hanya mengangguk membenarkan. "Mau minum apa kak?" tawarnya setelahnya.

"Apa aja lah, seadanya." balas Erlangga sembari mengikuti Junan menuju dapur. "Oh iya, Yudha gimana?" tanyanya yang lalu duduk di kursi meja makan.

Sembari sibuk menuang jus kemasan, Junan menjawab. "Ya baik lah, kak. Kayak biasa. Barusan aja minum obat dan langsung tidur."

"Lo udah makan, Jun?" tanya Erlangga sembari lancang membuka tudung saji di meja makan. Masih ada banyak masakan makanan disana.

Junan menyerahkan jusnya di depan Erlangga. "Baru mau, kak. Tadi nyuapin kak Yudha dulu." balasnya sembari melangkah ke rak piring. "Kak Elang mau makan juga?" tawarnya lagi.

"Boleh lah, sekalian. Tadi belum makan di rumah."

"Kalau di rumah lo mana bisa makan, kak? Kan gak ada yang masakin." ledeknya sembari menyerahkan salah satu piring yang dia bawa ke Erlangga. "Buruan nikah, biar ada yang merhatiin lo tiap detiknya. Jomblo mulu apa gak bosen?"

"Rasa solidaritas kita bertiga terjunjung tinggi. Satu jomblo ya jomblo semua." balas Erlangga yang tidak suka diejek.

"Kak Yudha kan udah nikah sama gue, anjir!!" protes Junan di sela-sela menyiapkan makanan di piringnya sendiri dan piring Erlangga.

Erlangga mendengus kasar lalu mengangguk paksa. "Ya ya ya... Jadilah lo istri yang baik, dan moga aja bisa nular ke gue sama Gara secepatnya."

"Kurang baik apa gue selama ini? Hampir tiap harinya gue udah serasa kayak babu tauk."

Erlangga terkekeh mendengarnya. "Iya, gue percaya. Gue thanks banget ke elo ya Jun, udah mau ngerawat sepupu gue selama ini, bahkan tanpa ada rasa ngeluh dari lo sedikitpun. Dari Qiara yang masih piyik, sampai gedhe kayak sekarang, lo tetep setia buat selalu ada. Thanks banget ya. Gue bener-bener gak tau, kalau semisal gak ada elo selama ini, Yudha bakal jadi kayak gimana."

Us, againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang