༚༅༚˳✿˳༚༅༚
Faeza menatap bingung sebuah mobil yang terparkir di pekarangan rumah Erlangga. "Itu bukannya mobilnya Papanya Qia ya Kak, kok bisa ada di sini?" tanyanya bingung kala Erlangga selesai memasukkan mobilnya ke garasi. Dia ikut turun dan keluar saat sang empu mobil sibuk mengeluarkan beberapa kantong belanjaannya tadi. Dia membantu membawa dua kantong yang terlihat ringan, dan sisanya biar Erlangga yang membawa semuanya. Dia mencebik kesal karena Erlangga tak meresponsnya.
Bukannya berniat untuk mengabaikan, memang Erlangga sendiri sedang bingung sekarang. Dia tidak tahu kenapa bisa mobilnya Anggara berada di rumahnya. Apa berkaitan dengan Qiara? Tapi padahal biasanya, sekalipun tak pernah seperti ini. Enggan menanggung rasa penasaran yang tinggi, diapun mempercepat langkahnya hingga membuat Faeza kewalahan mengejar langkahnya. Hingga saat sampai di ruang tengah rumahnya, maniknya membola sempurna begitu dia mendapati Qiara yang lesu dengan matanya yang memerah dan berderaian air mata di paha sahabatnya. "Ey, Qia sayang kenapa hm, kok nangis?" tanyanya pilu sembari menghampiri sang anak setelah meletakkan belanjaannya asal-asalan.
Mendengar suara Daddy-nya, Qiara yang awalnya tiduran di paha Papanya, kini dia bangkit dan mulai beranjak. "Mommy hiksss, Qiala kangen Mommy." ucapnya serak sembari dia melangkah menghampiri Faeza dan memeluk kakinya, melewati sang Daddy begitu saja.
Erlangga dan Anggara sama-sama tidak bisa mempercayai apa yang baru saja terjadi. Sebenarnya siapa orang tua Qiara? Kenapa balita itu malah lebih memilih sosok Faeza, ketimbang mereka yang sudah mengasuhnya dari bayi. Masihlah tidak bisa dimengerti.
Melihat Qiara yang sayu, Faeza pun panik. Dia meletakkan asal kantong belanjanya dan melepaskan pelukan Qiara dari kakinya. Dia setengah bersimpuh, menyamakan tingginya dengan Qiara. Belum juga dirinya bertanya, Qiara sudah lebih dulu memeluknya.
"Mommy hiksss, Qia mau bobok ditemenin Mommy..." pinta Qiara yang masihlah terdengar pilu.
Mendengar itu tentu Faeza bingung. Sekarang saja sudah hampir jam tiga sore, jika Qiara beneran tidur nantinya akan berakhir nanggung. Namun kala dia mengingat kondisi Qiara sekarang, sepertinya Qiara dari tadi belumlah tidur dan terus menangis. Dia kasihan. Dia melepaskan pelukan Qiara dari lehernya, "Oke, Mommy bakalan nemenin Qia bobok. Tapi Qia harus janji sama Mommy, Qia gak boleh jadi anak cengeng lagi. Oke gak?" tawarnya begitu hati-hati, karena sejujurnya dia merasa takut, Erlangga dan Anggara terus menatapnya penuh intimidasi.
Qiara mengangguk setuju, dia menyeka jejak air matanya sendiri. Dia mencoba tersenyum meskipun kaku, "Oke Mommy, kalo Qia masih nangis malahin aja."
Faeza pun ikut tersenyum. "Sekarang Qia ke kamar ya, Mommy bikinin Qia susu dulu." begitu pintanya, namun malah gelengan yang didapatkannya.
"Qia ndak mau susu, Qia mau langsung bobok sama Mommy aja. Qia dah ngantuk, Momm." ucap Qiara dan akhirnya Faeza memilih mengalah. Dia segera menggendong Qiara menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Us, again
Fanfiction𝐅𝐫𝐨𝐦 𝐃𝐚𝐫𝐞 𝐓𝐨 𝐃𝐚𝐭𝐞 [𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 2] 𝑴𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏, 𝒔𝒆𝒎𝒆𝒔𝒕𝒂 𝒎𝒖𝒍𝒂𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒂𝒉𝒂𝒃𝒂𝒕 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂. 𝑱𝒂𝒅𝒊, 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒎𝒆𝒔𝒕𝒂 𝒎𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂�...