Bab 9

34.7K 3.2K 131
                                    

Sebelum mencoba mendekati Ardan, ada satu hal yang harus diselesaikan Kinara lebih dulu. Ia harus mengakhiri hubungannya dengan Raka. Bukannya Kinara marah saat dikasih tahu oleh Eta dan Nura kalau mereka melihat Raka keluar dengan cewek lain. Kinara malah bersyukur karena hal itu bisa menjadi alasannya untuk mengakhiri hubungan dengan Raka.

Kinara mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Raka. Lama menunggu, ternyata panggilannya tidak segera dijawab oleh Raka. Ia mencoba menelepon lagi, tapi belum dijawab juga. Akhirnya Kinara memilih meletakkan ponselnya di atas kasur dan berjalan menuju kamar mandi. Ia berpikir Raka sedang sibuk sehingga tidak menjawab telepon darinya.

Kinara menghabiskan waktu setengah jam di kamar mandi. Setelah selesai, ia kembali mengecek ponselnya. Ternyata sudah ada lima panggilan tak terjawab dari Raka. Kemudian ada pesan yang juga dikirim oleh laki-laki itu.

Raka: Astaga, By. Akhirnya kamu nelfon aku juga
Raka: Aku kangen banget sama kamu, By
Raka: Beberapa hari ini kamu ngilang gak ada kabar
Raka: Maaf tadi aku gak denger waktu kamu telfon
Raka: By, kamu marah? Kok aku telfon kamu balik tapi gak dijawab?
Raka: By?

Kinara membaca beberapa pesan terakhir yang dikirim oleh Raka. Masih banyak pesan lainnya yang malas ia baca. Bukannya langsung menelepon Raka, Kinara malah berjalan ke arah lemari. Ia mengambil kaos dan celana pendek dengan asal dan langsung memakainya.

Baru saja Kinara selesai memakai baju, ponselnya berdering keras. Ia segara mengambil ponselnya dan nama Raka muncul di layar. Ia menjawab panggilan itu sembari berjalan keluar kamar menuju ruang tamu.

"Halo, By," sapa Raka begitu panggilan tersambung.

"Halo," sahut Kinara sembari berjalan ke adah sofa. Ia memangku bantal sembari meluruskan kakinya.

"Kamu kok susah banget dihubungi?" tanya Raka. "Aku telfon nggak pernah kamu jawab."

"Aku lagi nggak di Surabaya."

"Terus kamu dimana?"

"Di Malang."

"Kok nggak bilang? Tau gitu kan aku bisa nganterin kamu, By."

Kinara hanya menggumam tidak jelas. "Kemarin aku ditelfon sama Nura. Katanya dia gak sengaja lihat kamu jalan sama cewek. Itu bener?" tanyanya langsung.

"Hah? Cewek?"

"Hmmm.... katanya kamu sama cewek itu habis nonton. Soalnya Nura lihat kalian lagi rangkulan keluar dari bioskop."

"Demi Tuhan, By. Aku khilaf. Dia itu temen aku. Aku pikir jalan sama dia nggak akan masalah."

Kinara terpaku begitu mendengar nada panik di seberang sana. "Khilaf?"

"Itu yang ketiga, By. Tapi aku berani janji kalo itu bakal jadi yang terakhir. Aku beneran gak mau kehilangan kamu, By."

Kinara tertawa pelan. "Kalo emang beneran cuma temen, kenapa panik banget?"

Raka tidak langsung menjawab.

"Halo?"

"Aku bakal jujur. Tapi aku mohon, kamu jangan marah ya," pinta Raka dengan suara memohon.

Kinara menggumam pelan. "Ya tergantung jawabannya gimana."

"Dia emang teman aku. Tapi kalo boleh jujur, sebenarnya dia ada rasa sama aku. Awalnya aku selalu tolak waktu dia ngajak jalan. Karena aku nggak mau nyakitin kamu," ucapan Raka terhenti sebentar sebelum melanjutkan. "Tapi waktu itu aku kasihan sama dia. Pertama kali jalan sama dia, kita cuma jalan biasa kok. Beneran kayak lagi jalan sama temen."

Let Me Closer (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang