Bab 23

35.7K 3.4K 107
                                    

Kinara baru pertama kali menginjakkan kaki di vila yang menjadi tempat tinggal Ardan selama ini. Meski malam hari, suasana di tempat wisata ternyata tidak segelap yang dibayangkan. Bahkan dibagian vila, banyak lampu yang terpasang dan membuat area vila menjadi lebih terang.

Saat ini, Kinara menunggu di bagian ruang tamu yang ada di dalam vila. Kalau ia perhatikan, vila yang ditempati Ardan ini nampak seperti rumah pada umumnya.

"Mama sama Papa masih di kamar. Bentar lagi mereka keluar kok." Ardan berjalan ke arahnya dan duduk di seberangnya.

"Selama ini Mas Ardan tinggal di sini?" tanya Kinara dengan suara pelan.

Ardan mengangguk. "Saya lebih suka di sini. Suasananya lebih tenang," jawabnya. "Oh ya, makasih udah mau nurutin permintaan Mamaku. Beliau pingin banget ketemu sama kamu."

Kinara tersenyum. Baru saja ia akan membuka mulutnya, ia melihat sepasang suami istri berjalan beriringan menuju ke arahnya. Begitu orang tua Ardan sudah ada di depannya, ia langsung menyalimi dengan sopan. 

"Saya Maya, Mamanya Ardan," ucap Mama Ardan memperkenalkan diri. "Dan ini Yudi, Papanya Ardan," lanjutnya.

"Saya Kinara, Tante."

"Ayo duduk." Mama Ardan mempersilakan Kinara untuk duduk di sebelahnya. "Makanannya masih disiapin. Kita ngobrol-ngobrol dulu nggak papa kan?"

"Boleh, Tante," jawab Kinara. "Oh ya, saya bawa sesuatu. Semoga Tante suka." Kemudian ia menyerahkan paper bag yang daritadi ia bawa.

"Wah, apa ini?" Mama Ardan antusias saat menerima paper bag yang diberikan oleh Kinara.

"Kok repot-repot sih. Kan saya bilang kamu cuma perlu dateng aja," ucap Ardan pada Kinara.

Kinara menoleh menatap Ardan dengan tersenyum. "Nggak papa, Mas."

"Astaga, lukisan!" pekik Mama Ardan dengab wajah berbinar. "Ini kamu ngelukis sendiri?"

Kinara mengangguk. "Iya, Tante. Tapi maaf kalo kecil. Soalnya waktunya mepet kalo mau buat yang besar."

"Makasih, lho Kinara. Mana udah dibingkai sekalian."

"Sama-sama, Tante."

"Bagus kan, Pa?" tanya Mama Ardan sembari menunjukkan lukisan kepada suaminya.

"Bagus. Kamu kayaknya memang berbakat ngelukis," puji Papa Ardan yang daritadi belum membuka suara sama sekali. "Saya lihat hasil lukisan kamu di ruangan Ardan. Itu bagus banget."

"Makasih banyak, Om." Kinara menahan dirinya tidak melambung karena pujian yang datang bertubi-tubi.

"Nanti kalo Om butuh lukisan, boleh kan kontak kamu?" tanya Papa Ardan pada Kinara.

Kinara mengangguk. "Dengan senang hati, Om."

"Kinara kenal sama Ardan udah berapa lama?" Mama Ardan memulai sesi interogasinya.

Kinara menatap Ardan sekilas sebelum memfokuskan tatapannya pada Mama Ardan. "Baru-baru aja kok, Tan."

"Kinara baru pindah ke sini?"

Kinara mengangguk. "Iya, Tante."

"Berarti Kinara bukan asli Malang ya?"

"Saya lahir dan besar di Surabaya, Tan."

"Gimana kok bisa kenal sama Ardan?"

"Saya punya tetangga namanya Hilda. Kebetulan Hilda kerja di tempatnya Mas Ardan. Karena saya sering ketemu Hilda, saya jadi kenal sama Mas Ardan," jawab Kinara menjelaskan.

Let Me Closer (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang