Bab 17

32.2K 3.1K 39
                                    

Dua hari setelah kedatangan Ardan ke rumah Kinara, keadaan pipi kiri yang semula lebam, kini berangsur pudar. Meski masih ada sisa warna ungu, tapi sudah tidak sejelas di awal. Sebelum Ardan pulang, Kinara sempet betukar nomor ponsel dengan laki-laki itu. Meski awalnya Ardan ragu memberikan nomor ponselnya, tapi akhirnya Kinara bisa mendapatkan nomor ponsel Ardan.

Yang mengejutkan adalah saat Ardan tiba-tiba menelepon Kinara di siang hari. Kinara yamg sedang mulai melukis di kanvas dan ia mendapati ponselnya berbunyi. Kaget dan senang rasanya bercampur menjadi satu. Kinara buru-buru menjawab telepon dari Ardan karena saking semangatnya. Ternyata Ardan mengabari kalau hari ini akan menjemput Kinara pukul empat sore. Kinara senang bukan main mendengar itu. Begitu panggilan berakhir, ia langsung melesat masuk ke kamar mandi meninggalkan lukisan yang baru saja ia buat. Begitu di kamar mandi, ia menyadari sebuah kebodohan. Ardan akan menjemputnya pukul empat sore. Sedangkan saat ini jarum jam masih menunjukkan pukul dua belas siang. Dengan gontai ia keluar kamar mandi dan melemparkan dirinya ke atas kasur.

Baru saja Kinara mencoba memejamkan matanya sejenak, tapi ponselnya kembali berbunyi lagi. Ia meraba-raba sisi kasur berusaha untuk mencari ponselnya. Begitu ia mendapatkan ponselnya, ia membaca nama yang tertera di layar.

"Halo," sapa Kinara begitu ponsel menempel di telinganya.

"Kata Raka kamu punya pacar baru. Emang iya?"

"Hah?" Kinara bangun dari posisinya dan memilih duduk bersila di tengah kasur.

"Kemarin aku nggak sengaja ketemu Raka. Eh kata dia kamu udah punya pacar baru."

Kinara mengerutkam keningnya dalam. Ia merasa bingung dengan ucapan Nura yang tiba-tiba. Kemudian satu ingatan muncul di kepalanya. Saat itu ia pernah meminta tolong Ardan untuk menjawab panggilan dari Raka.

"Kamu beneran punya pacar baru?" tanya Nura lagi.

"Belum," jawab Kinara santai.

"Hah? Belum gimana sih?" Nura mulai tidak paham apa maksud dari perkataan temannya.

"Doain aja segera jadi pacar."

"Oh... masih gebetan?"

Kinara meringis. Sepertinya kata gebetan kurang cocok menggambarkan status Ardan. Tapi Kinara hanya menggumam tanpa mengoreksi ucapan Nura.

"Aku kaget waktu denger kamu punya pacar. Aku sama Raka nggak sengaja ketemu di salah satu resto. Eh dia tiba-tiba nanya apa bener kamu udah punya pacar baru. Aku jawab aja iya," cerita Nura dengan semangat.

"Emang temen pengertian," sela Kinara sambil terkekeh.

"Untung aja aku iyain waktu dia nanya soal kamu punya pacar baru. Padahal posisinya aku juga nggak ngerti. Kamu ditelfon juga jarang diangkat. Nanya Eta juga dia malah kebingungan."

"Kesel aja sama Raka. Dia yang selingkuh, tapi kayak masih berharap banget sama aku. Makanya aku bilang aja kalo udah punya pacar."

"Kukira tampang polos kayak Raka nggak bakal berani selingkuh."

"Jangan menilai dari tampang. Kalo emang brengsek ya brengsek aja," sahut Kinara

"Iya, bener juga."

"Sama kan kayak cowokmu. Udah tau punya istri masih aja cari daun muda," sindir Kinara blak-blakan.

Hening. Tidak ada tanggapan dari Nura.

"Mau sampe kapan si kamu bertahan sama cowok kayak gitu?"

"Nggak tau."

"Aku sama Eta nggak bakal bosen bakal selalu ingetin biar kamu bisa lepas dari hubungan yang nggak sehat ini. Kamu bisa dapetin cowok lain yang lebih baik."

Let Me Closer (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang