Bab 20

36.2K 3.3K 94
                                    

Tas sudah didapatkan oleh Ardan. Kini perempuan yang saat ini berjalan di sebelahnya minta diajak ke salah satu restoran sushi yang ada di dalam mall. Karena rasa terima kasih Ardan atas apa yang dilakukan Kinara dari kemarin, akhirnya ia mengabulkan permintaan Kinara dengan senang hati. Tapi yang tidak ia ketahui, ternyata Kinara sudah lebih dulu janjian dengan dua perempuan yang saat ini berdiri di hadapannya.

"Mas, ini namanya Eta dan yang ini namanya Nura," ucap Kinara mengenalkan satu persatu temannya kepada Ardan. "Mereka sahabat aku. Kebetulan aku udah lama nggak ketemu. Jadi, sekalian aku ngajak mereka ketemu. Nggak papa kan?

Ardan mengangguk kaku. Tidak mungkin juga ia menolak saat ini. Akhirnya ia memilih duduk di sebelah Kinara dan dua teman Kinara duduk di hadapan mereka.

"Jadi ini yang dikira pacar sama Raka?" tanya Nura langsung.

Kinara mengangguk. "Waktu itu aku minta tolong Mas Ardan buat ngangkat telfon dari Raka."

"Kok mau sih, Mas?"

Ardan menatap ke arah teman Kinara yang tadi dikenalkan sebagai Eta. "Kinara minta tolong."

"Hubungan kalian sebenarnya apa?" tanya Nura menatap Kinara dan Ardan secara bergantian.

"Anggap aja lagi masa pendekatan," jawab Kinara santai. "Aku udah bilang suka sih sama Mas Ardan. Tapi belum ada respon apa-apa," lanjutnya dengan tersenyum melirik Ardan.

Ardan berdeham mendengar ucapan blak-blakan dari Kinara.

"Dia nggak pernah beneran suka sama lawan jenis lho, Mas. Sama mantan terakhirnya aja dia nggak bener-bener suka. Kalo Kinara sampe bilang suka sama Mas Ardan, berarti Mas Ardan menarik dimata Kinara," ucap Nura memberitahu

Eta mengangguk setuju. "Nggak akan rugi kok kalo punya pacar Kinara," ucapnya menimpali. "Walaupun lemot dan sedikit bego, tapi dia baik banget. Meskipun dia nggak suka aja dia masih berlaku baik sama mantannya dulu, apalagi kalo dia suka. Kayaknya jantung juga bakal dikasih."

Kinara berdecak. "Aku merasa lagi dipromosiin deh sama kalian," gumamnya.

"Nggak papa. Biar Mas Ardan terketuk pintu hatinya," sahut Nura.

"Maaf ya, Mas. Temen-temenku emang aneh." Kinara meringis karena merasa tidak enak dengan Ardan. "Mereka nggak akan lama kok. Bentar lagi mereka juga bakal balik ke kantor masing-masing."

Ardan hanya mengulum senyum. Begitu pesanan datang, ia mulai menyantap makanannya dan menjadi pendengar diantara ketiga perempuan yang asyik mengobrol. Sesekali ia mengamati Kinara yang begitu senang saat berbicara dengan dua temannya. Yang tak luput dari pengamatan Ardan, beberapa kali Kinara mengambilkan tisu untuk temannya tanpa diminta. Sepertinya perempuan di sampingnya ini memiliki tingkat kepekaan yang benar-benar tinggi. Bahkan walaupun fokus Kinara mengobrol dengan dua temannya, perempuan itu tahu saat Ardan hendak memakan wasabi dan Kinara sempat mencegah dan berbisik pelan padanya.

"Mas kan habis demam. Nanti malah sakit tenggorokan kalo makan wasabi," bisik Kinara sebelum beralih mengobrol dengan temannya lagi.

Setelah selesai makan, setengah jam kemudian Eta dan Nura harus pamit untuk meninggalkan Kinara. Meski sedih, tapi Kinara harus membiarkan kedua temannya kembali ke kantor masing-masing.

"Udah berapa lama nggak ketemu temenmu?" tanya Ardan setelah kepergian Eta dan Nura.

"Hmmm... semenjak pindah ke Malang."

"Kenapa kok pindah ke Malang?"

Kinara tersenyum kecut. "Mungkin bahasa kasarnya diusir orang tua."

"Hah?"

Let Me Closer (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang