Bab 3

43.2K 3.8K 83
                                    

Sepanas apapun keadaan matahari di luar sana, itu tidak akan mengganggu seorang Kinara Maheswari Abyakta yang tengah bergelung di dalam selimut. Dinginnya AC, kondisi gorden yang masih tertutup dan selimut yang tebal, membuat tidur Kinara semakin nyaman. Meski jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, nyatanya tidak membuat Kinara beranjak dari tempat tidurnya. Jika pancaran sinar matahari tidak mampu membangunkan sosok perempuan itu, tapi dering ponsel akhirnya berhasil membuat Kinara menggeliat di atas kasus.

Dengan mata terpejam, Kinara meraih ponselnya di atas nakas. Ia membuka matanya sedikit menyesuaikan cahaya dari ponsel yang masuk ke matanya. Nama Nura muncul di layar ponsel membuat Kinara buru-buru menjawab panggilan itu.

"Halo, Kin. Sibuk nggak?" tanya Nura begitu panggilan tersambung.

"Hmmm...."

"Masih tidur ya?" tanya Nura saat mendengar respon dari Kinara.

"Iya," jawab Kinara dengan suara serak. "Ada apa?" tanyanya.

"Mau ngajak makan siang bareng. Bisa nggak?"

Bukannya menjawab, Kinara malah balas bertanya. "Kapan?"

"Siang ini sih kalo bisa."

Kinara menyipitkan matanya, melihat jam dinding yang menempel di hadapannya. "Sekarang banget?"

"Kenapa? Nggak bisa ya?"

"Aku belum mandi, Ra. Ini aja baru bangun tidur. Yang ada kita bukan makan siang bareng, tapi makan sore," gerutu Kinara dengan mata terpejam.

Nura terkekeh. "Nggak usah mandi nggak papa. Kamu tetap cantik kalo nggak mandi."

"Bukan perkara cantiknya. Bau iler bego!"

Kekehan Nura berubah menjadi tawa keras. "Yaudah cuci muka sama sikat gigi aja. Aku tunggu di resto dekat kantorku kayak biasanya ya."

"Hmmm...."

"Awas sampe ketiduran lagi."

"Iya, ya. Bawel banget sih," gerutu Kinara. Kemudian panggilan langsung dimatikan oleh Nura.

Kinara bangun dari posisi tidurnya dan duduk bersila di tengah kasur. Meski sudah bangun, tapi nyawanya belum terkempul sepenuhnya. Suasana kamarnya yang gelap membuatnya menjadi kembali mengantuk. Tapi ia tidak bisa kembali tidur karena sebetar lagi sudah jam istirahat kantor. Dengan malas ia menyeret langkahnya turun dari kasur berjalan ke arah kamar mandi.

Kinara mengikuti perkataan Nura. Ia memilih tidak mandi demi menghemat waktu. Meski tidak mandi, Kinara tetap mencuci muka dan menggosok gigi secepat kilat. Setelah berganti baju, ia memoleskan sunscreen, bedak dan liptint agar membuat penampilannya terlihat segar. Tidak lupa ia menyemprot parfum ke seluruh tubuh untuk menyamarkan bau badan yang mungkin akan tercium karena ia belum mandi.

Saat hendak meraih salah satu tas di lemari kaca, ia melihat keadaan kasurnya yang seperti kapal pecah. Bantal dan guling berada tidak pada tempatnya. Ditambah selimut yang belum sempat dilipat oleh Kinara. Mengabaikan kekacauan di kasurnya, Kinara langsung meraih kunci mobilnya dan melesat keluar apartemen.

Lima belas menit kemudian, Kinara sudah sampai di restoran yang biasa didatanginya bersama dengan Nura saat jam makan siang. Kinara turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam restoran. Kondisi restoran yang cukup ramai membuat Kinara kesusahan untuk menemukan Nura. Wajar memang kalau kondisi restoran ramai. Para pekerja kantor sudah mulai jam istirahat dan mereka pasti sedang mengisi perut mereka. Begitu menemukan Nura duduk di balik tembok, Kinara langsung menghampirinya.

"Sori telat. Tadi aku bangun kesiangan." Bukan kesiangan sebenarnya. Bagi, Kinara tidak ada kata kesiangan di kamusnya. Bahkan kalau Nura tidak meneleponnya, mungkin ia akan lanjut tidur sampai sore.

Let Me Closer (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang