Bab 28

36.1K 3.1K 67
                                    

Melihat siapa yang datang, membuat Kinara langsung bangun dari posisi tidurnya. "Tante kok nggak bilang mau ke sini?"

"Sebenarnya kemarin Tante mau ke sini. Tapi sama Ardan nggak dibolehin. Katanya kamu masih butuh istirahat," jawab Mama Ardan berjalan mendekati tempat tidur Kinara. "Eh, tadi pagi dia nelfon suruh siap-siap. Katanya dia ada perlu mendadak dan minta tolong Tante buay jagain kamu," lanjutnya menjelaskan.

Kinara langsung menyalimi tangan Mama Ardan begitu sudah berada di sebelahnya. "Harusnya Tante nggak usah repot-repot. Tadi aku udah bilang ke Mas Ardan nggak papa kalo ditinggal sendirian. Lagian di kamar sebelah ada temenku kok."

"Nggak papa. Emang dasarnya Tante mau ketemu sama kamu," sahut Mama Ardan sembari menarik kursi untuk ia duduki. "Kamu tiduran aja kalo masih ngerasa sakit. Jangan dipaksa."

Kinara tersenyum berusaha meyakinkan kalau dia susah baik-baik saja. "Aku udah nggak papa kok, Tan."

"Gimana kejadiannya, kok sampe kamu dipukul sama ditendang mantannya temenmu?" tanya Mama Ardan penasaran.

Kinara menyamankan duduknya terlebih dulu sebelum memusatkan perhatiannya pada Mama Ardan. "Sebenarnya hubungan percintaan temenku memang rumit, Tan. Di satu sisi memang apa yang dilakuin temenku emang salah. Tapi, sebagai temen yang tau dia mau berubah, aku berusaha buat bantuin."

"Pacarnya toxic ya?" tebak Mama Ardan.

Kinara mengangguk. "Bisa dibilang kayak gitu, Tan," jawabnya. "Sebelumnya maaf ya, Tan. Aku jadi nyeret Mas Ardan ke masalah yang sebenernya nggak ada kaitannya sama Mas Ardan," ucapnya penuh sesal.

Mama Ardan mengibaskan tangannya. "Nggak papalah. Daripada hidup anak Tante itu lempeng aja," sahutnya santai. "Lagian dia juga pasti mampu bayar lawyer buat dampingin nanti."

Kinara terpaku sejenak. Ia tidak menyangka respon Mama Ardan akan sesantai ini.

"Temen kamu udah putus kan sama pacarnya?"

"Sama temenku sudah diputusin, Tan. Makanya mantannya nyamperin ke rumahku gara-gara nggak terima."

Mama Ardan geleng-geleng kepala dan berdecak keras. "Kayak nggak ada cewek lain aja dia."

Kinara berdeham. "Hmmm ... sebenarnya dia udah punya istri, Tan," cicitnya pelan.

"Apa?!" Saking terkejutnya, Mama Ardan sampe berdiri dari kursi yang didudukinya. "Di- dia udah punya istri?" tanyanya tak percaya.

Kinara mengangguk kaku.

"Wah, berarti si cowok dan temenmu emang sama-sama salah."

"Iya, Tan. Temenku batu banget kalo dikasih tau. Padahal ngasih taunya juga udah berulangkali. Baru sadarnya akhir-akhir ini."

Mama Ardan kembali duduk ke tempatnya semula. "Istrinya gimana?"

"Katanya sih tau, Tan. Tapi si istri nggak mau ikut campur masalah suaminya. Waktu temenku cerita ke istrinya kalo dia dipukulin, sama istrinya disuruh nyelesaiin sendiri."

"Kok ada ya istri yang nggak ngamuk lihat suaminya selingkuh?" tanya Mama Ardan penuh keheranan.

Kinara mengangguk setuju. Istri Toni bisa dikatakan cukup aneh. Perempuan normal akan marah jika diselingkuhi oleh pasangannya. "Mungkin kalo aku udah ngereog sih, Tan. Tapi amit-amit deh punya suami kayak gitu."

"Kan kamu bakal sama Ardan. Tante jamin, Ardan nggak bakal selingkuh-selingkuh kayak gitu," sahut Mama Ardan dengan tatapan mengerling.

Sontak pipi Kinara menghangat. "Tante bisa aja deh," sahutnya malu-malu.

Let Me Closer (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang