Baru saja Kinara mendapat pesan dari Ardan, mengabari kalau besok mereka jadi pergi sekitar jam sepuluh pagi. Membaca pesan itu otomatis membuat Kinara lonjak-lonjak kesenangan. Ia langsung memikirkan baju apa yang akan dipakai untuk besok. Karena terlalu bersemangat, alhasil Kinara tidak bisa tidur dengan nyenyak. Walaupun tidak mendapat kualitas tidur yang cukup, Kinara bisa bangun pagi dan langsung membongkar isi lemarinya.
Jam masih menunjukkan pukul lima pagi. Bahkan matahari belum keluar ke permukaan. Tapi Kinara sibuk mondar-mandi di dalam kamar mencoba mencocokkan baju, tas, dan sepatu yang akan dipakai nanti. Kondisi kamar sudah seperti kapal pecah. Semua baju baru yang ia beli bersama Hilda, sudah bertebaran di atas kasur dan lantai kamar.
"Pake ini terlaku kebuka nggak ya?" tanya Kinara sembari memegang dress bewarna ungu muda.
"Nanti kalo terlalu terbuka Mas Ardan nggak suka. Coba pake yang lain deh." Kinara langsung meletakkan dress yang baru ia pegang ke sembarang tempat dan mulai mengambil dress lainnya.
"Ini bagus deh. Warnanya pastel. Cocok buat kencan pertama. Simple but cute," gumam Kinara dengan tersenyum. "Hmmm... kalo dress ini cocoknya pake sepatu sama tas yang mana ya?" Kinara mulai berjalan ke arah deretan tas dan sepatu yang ia susun begitu saja di lantai.
"Kayaknya aku harus beli rak deh buat tas sama sepatu ini. Mana tas sama sepatunya banyak banget," keluh Kinara.
Kegiatan memilih pakaian seketika terhenti karena suara ketukan pintu rumahnya. Saat melihat jam, ternyata sudah hampir jam enam pagi. Padahal ia merasa baru sebentar mencoba mencari outfit yang cocok. Tapi ternyata kegiatannya barusan memakan waktu hampir satu jam lamanya. Ia meletakkan dress yang ia pegang dan berjalan keluar kamarnya untuk membukakan pintu rumah.
"Hai, Mbak. Aku disuruh Ibu kasih sarapan buat Mbak Kinara," sapa Hilda begitu pintu rumah Kinara terbuka.
"Kok tumben kamu yang nganter sarapan? Emang nggak kerja?"
"Lagi libur, Mbak."
"Oh... masuk dulu deh. Aku mau nanya sesuatu sama kamu."
Hilda mengerutkan keningnya. "Nanya apa?"
"Ada pokoknya. Ayo masuk dulu." Kinara langsung menarik tangan Hilda dan menutup pintu rumahnya. Sebelum mengajak Hilda ke kamarnya, ia membiarkan Hilda meletakkan rantang di atas meja makan.
"Astaga, Mbak Kinara! Ini kamarnya kenapa lagi?" tanya Hilda begitu membuka pintu kamar Kinara.
Kinara menampilkan cengirannya. Ia mengajak Hilda untuk masuk dan duduk di kursi santai yang ada di pojok ruangan. "Menurutmu dress ini cocok nggak buat aku pake kencan?" tanyanya berdiri di depan Hilda.
Hilda mengangguk. Ia masih belum sadar apa yang barusan dikatakan oleh Kinara. "Warnanya kalem. Cocok banget sama Mbak Kinara," sahutnya setuju. "Kalo Mbak Kinara pake warna yang kalem-kalem kayak gini, Mbak Kinara kelihatan manis banget," pujinya.
Kinara langsung tersenyum senang. "Oke, aku pake ini buat kencan."
"Apa? Kencan?" teriak Hilda terkejut. "Mbak Kinara mau kencan sama siapa?"
Kinara langsung tersenyum malu. "Sama Mas Ardan," bisiknya.
"Hah? Sama Mas Ardan? Kalian udah pacaran? Sejak kapan? Kok Mbak nggak cerita?" tanya Hilda beruntun. "Pantesan, akhir-akhir ini Mbak Kinara sama Mas Ardan jadi bahan gosip ibu-ibu di sini," gumamnya.
Kinara yang mendengar itu justru malah kaget. "Aku jadi bahan gosip ibu-ibu di sini?"
Hilda mengangguk. "Aku taunya dari Ibu. Katanya Mas Ardan suka main ke rumah Mbak Kinara. Dan itu hampir tiap hari. Karena aku kerja, aku baru tau ini kemarin. Itu aja Ibu yang tiba-tiba cerita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Closer (Completed)
ChickLitKinara (24 tahun) lahir dari keluarga kaya raya. Ia tidak pernah sekalipun pusing memikirkan soal materi. Sekilas hidupnya benar-benar dambaan bagi setiap orang. Kinara juga bisa membeli apapun yang ia inginkan tanpa harus melihat label harga. Meski...