Prolog

33 4 2
                                    

Kalana's pov

Sebuah rumah dengan gaya artistik kebaratan didepan ini terlihat begitu besar. Didominasi dengan perpaduan warna putih dan juga abu membuat suasana rumah ini terlihat semakin mewah. Jangan lupakan, sebuah taman hijau yang dipenuhi dengan rumput dan juga beberapa bunga membuatnya semakin indah untuk dipandang.

Rumah ini sudah berdiri kurang lebih selama dua puluh lima tahun. Karena dirawat dan juga dijaga dengan baik, membuat rumah ini terlihat seperti baru, dan juga menghangatkan netra setiap orang yang melihatnya.

Tunggu. Tapi, ini bukan rumahku. Aku menyewanya. Pemiliknya adalah seorang perempuan berumur yang tidak memiliki anak. Sedangkan suaminya, tengah merantau, menjadi seorang arsitektur di daerah seberang.

Nama beliau adalah ibu Gayatri. Dipanggil bu Aya. Sedangkan suaminya, namanya pak Handaru. Kalau saja ada nominasi pasangan teromantis sepanjang masa, mungkin bu Aya dan pak Ndaru layak untuk diikutsertakan. Keduanya benar-benar belahan jiwa yang terpisah. Mungkin, karena Long Distance Relationship yang mereka jalani membuat hubungan keduanya senantiasa terlihat romantis ketika bertemu.

Kalau saja rumah ini disebut sebagai tempat kos, bu Aya adalah ibu kost terbaik yang pernah aku temui. Sifatnya, kasih sayangnya, ah wajahnya yang terlihat galak mungkin hanya terlihat di awal. Sebab bagiku, beliau seolah sudah menjadi satu-satunya keluargaku di kota sebesar ini.

Alasan mengapa beliau menyewakan rumah ini adalah karena beliau menginginkan seorang teman. Setiap manusia pasti menginginkan teman berbicara, terlebih bu Aya tidak memiliki anak. Sedangkan suaminya, hanya pulang beberapa minggu sekali. Siapa yang tidak bosan kalau harus sendirian didalam rumah yang terlihat besar ini? Aku saja yang terbilang masih cukup muda seringkali merasa kesepian.

Memang, di usia yang sudah tidak lagi muda, harusnya bu Aya tengah menikmati masa tua bersama sang suami. Sembari memantau tumbuh kembang cucunya yang tengah berlarian di taman depan rumah, ditemani dengan secangkir teh dan juga sepiring biskuit di kala senja. Ah membayangkannya saja sudah cukup membahagiakan.

Ditengah lamunannya itu, bu Aya mengambil ponsel miliknya, memotret beberapa sisi rumah dan juga mempostingnya pada sebuah sosial media yang banyak digunakan oleh kalangan mahasiswa dan juga pekerja.

Perhatian! Sebuah rumah dekat dengan universitas, jalan umum, dan juga perusahaan disewakan!. Hanya butuh maksimal lima orang untuk menyewanya!. Hubungi saya jika ada yang tertarik!.

Belum sampai satu minggu, postingan itu sudah mendapat tanggapan. Dan sesuai keinginan bu Aya, lima orang perempuan sudah menyewa rumah itu. Dan mereka adalah Falisha, Senja, Damara, Lintang, dan juga aku, Kalana.

Bukan sebuah kebetulan yang aneh kelima perempuan itu memilih menyewa rumah bu Aya. Semesta seolah menyatukan mereka, menjadikan mereka layaknya sebuah keluarga yang begitu harmonis. Dan jangan terkejut, bila kedepannya ada banyak sekali keanehan yang akan terjadi.

Not A Super WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang