Note: Bacanya sambil dengerin lagu candy nya nct dream sama pilot nya nct 127
***
Falisha Pov
Sampai sekarang, gue bener-bener masih kesel sama Sakha. Persoalannya gara-gara gue nyapa temen cowok, dia malah nuduh gue selingkuh. Padahal, kalau diingat lagi, dia yang lebih dulu download michat.
Pertengkaran itu bertambah panjang, silent treatment jadi pilihan tepat untuk hal ini. Gue tau banget kalau Sakha nggak suka didiemin, tapi dia hobi ngediemin orang. Gue bodo amat aja, dia spam chat nggak gue bales, bahkan sampai sekarang, dia nggak ada niatan buat ketemu sama gue dan minta maaf buat apa yang terjadi.
Wait. Tapi kayaknya, apa yang gue omongin barusan bukan hal yang benar. Karena, setelah gue selesai mengucapkan kalimat terakhir itu, gue mendengar suara motor Sakha yang berhenti tepat di depan pagar. Fyi, letak kamar gue emang paling depan, jadi kalau ada apa-apa diluar, gue bisa denger dari kamar.
"Sha, ada cowok lo, tuh." Kak Mara masuk ke kamar gue tanpa ada ketukan pintu sama sekali. Membuat gue yang tadinya masih fokus sama game ular spontan menoleh dengan cepat. "Ntar dulu, kak," belum selesai gue ngomong, ular mainan gue menabrak tubuh ular lain, membuat permainan selesai, "Yaelah, sayang banget. Udah gede padahal ulernya." Gue mendengus kesal, lalu berdiri menemui Sakha yang kini ada didepan rumah.
Sebelum gue keluar rumah, gue menyempatkan buat nyambar jaket jeans yang ada di gantungan belakang pintu, lalu memakainya, membalut tubuh gue yang sejak tadi hanya mengenakan tanktop.
Nggak ada yang ganggu obrolan gue sama Sakha malam ini. Mungkin, mereka semua eneg ke Sakha. Atau, mereka sadar kalau gue sama Sakha butuh komunikasi.
Ini udah saatnya gue selesai sama Sakha. Soal sifatnya, semua yang ada dalam dirinya, meskipun bikin gue senang, tapi bikin capek juga. Gue, capek. Capek senang dan sedih dalam satu waktu yang sama. Gue merasa, cuma gue yang pertahanin hubungan ini.
"Sak, ayo putus." Satu kalimat itu sudah siap gue ucapin dalam sekali tarikan napas. Gue udah eneg banget sama sikap Sakha. Bahkan, konsekuensinya juga udah gue pikirin. Gue udah siap dengan setiap kemungkinan yang akan terjadi. Gue yang harus deket sama orang baru lagi, memulai dari awal, terus Sakha yang mungkin aja juga mikir kalau ternyata, gue memang beneran selingkuhin dia.
Jujur, selama ini gue diem-diem sering ngebandingin Sakha sama cowok lain, yang sikapnya lebih kalem, lebih bisa menerima sifat gue, dan juga berharap gue bisa sedikit membuka hati gue buat dia.
"Sayang, maafin aku. Aku nggak lagi, deh kayak gitu. Aku beneran merasa bersalah kali ini." Gue tertegun. Rengekan itu berhasil membuat setiap kalimat yang tadinya akan gue ucapin ke Sakha, kini hilang entah kemana. Tapi, yang jadi poin pentingnya, gue bener-bener terkejut dengar rengekan Sakha.
Selama gue kenal dia, ini kali pertama dia merengek kayak gini. Nggak tahu kesurupan setan mana, tapi ada sedikit rasa senang yang muncul dalam hati gue.
Sambil menggenggam dan mencium jemari gue, gue masih menatap Sakha dengan pandangan terkejut. Terus, pandangan kita bertemu, "jangan diemin aku dong. Iya, maaf aku salah," katanya.
Gue jadi merasa bersalah setelah melihat raut wajah sedih itu. Akhirnya, gue memutuskan untuk menarik pelan tubuh Sakha, memeluknya, lalu mengusap pelan punggungnya. Lagi-lagi, perpisahan itu gagal gue lakuin.
Gue nggak tau ini sudah jadi kegagalan keberapa untuk mutusin Sakha. Kalau diingat lagi, ini bukan pertama kalinya gue minta putus dari Sakha. Tapi, selalu ada aja tingkah dia yang bikin gue gagal lepasin. Manipulatif.
Setelah pelukan itu terlepas, kita saling tatap, saling memahami apa yang ada dalam hati. Masih dengan rengekan yang sama, Sakha kembali membuka suara, "janji dulu jangan diemin aku lagi." Dia memajukan jari kelingkingnya, meminta gue menautkan jari kelingking gue, pertanda untuk sebuah janji. Gue turutin aja maunya dia, gue anggukin kepala, lalu jemari gue beralih mengusap air matanya yang sejak tadi turun. Iya, Sakha nangis. Nggak nyangka, kan? cowok red flag kayak dia bisa nangis.
Setelah gue mengusap air mata dia, Sakha masih natap gue dengan dalam, "i love you," katanya. Beneran, malam ini rasanya manis banget. Karena nggak denger jawaban gue, Sakha mengerutkan alis, "kok nggak dibales?" katanya.
Gue terkekeh sebentar, sikap manjanya Sakha malam ini membuat perasaan kesel gue ke dia terasa hilang. "I love you more, babe," jawab gue.
Setelah percakapan singkat yang membuat gue sama Sakha baikan, akhirnya Sakha ngajak gue buat jalan. Sekedar menikmati angin malam ini yang terasa sejuk. Untung gue udah sempet nyambar jaket sama ponsel, jadi nggak perlu lagi buat masuk kerumah.
Dipikir-pikir, hubungan orang lain kelihatannya manis banget, beda kayak gue sama Sakha yang tiap hari ada aja yang diberantemin. Bahkan, persoalan makan mie kuah atau mie goreng aja bisa bikin kita diem-dieman semalaman. Mungkin itu kali, ya, yang bikin hubungan gue sama Sakha tetap bertahan sampai sekarang.
Motor besar Sakha jalan dengan kecepatan sedikit cepat, membuat gue dengan spontan memeluk dia dari belakang. Meremin mata karena takut. Jujur aja, meskipun kelihatannya tomboy gini, gue masih suka takut sama hal-hal kecil. Motor dijalanin dengan kecepatan diatas rata-rata aja udah bikin gue takut.
Tapi, gue merasakan usapan manis yang ada di jemari gue. Usapan itu membuat gue yang tadinya merem, kini kembali membuka mata. Gue menolehkan wajah ke arah Sakha, melihat wajahnya yang kini tertutup sama helm fullface.
"Nggak perlu takut, kan ada aku. Coba kamu lihat kanan kiri, deh. Rame banget," katanya. Wanginya Sakha itu candu, membuat gue betah buat terus-terusan peluk dia. Kalau lagi capek sama dunia, nggak jarang dia nawarin gue pelukan itu, pelukan yang bikin gue nyaman.
Katanya, jangan jadiin manusia rumah, karena rumah itu statis, sedangkan manusia dinamis. Tapi gue nggak peduli. Gue bisa ikut Sakha kemana aja, agak egois, sih. Tapi, nggak ada yang bisa ngertiin gue seperti Sakha.
Gue selalu berdoa supaya tuhan nggak jauhin Sakha dari gue, sebab ketika dunia nggak bisa nerima gue, gue masih punya Sakha yang bisa nerima gue. Persetan sama pendapat orang-orang tentang Sakha, buat gue Sakha itu obat, cuma gue aja yang konsumsinya terlalu berlebihan.
Akhirnya, kita sampai ditaman kota. Kini, gue sama Sakha lagi menikmati air mancur yang letaknya tepat ditengah taman. Sambil memakan telur gulung yang udah kita beli. Gue yang sejak tadi nyandar dibahu Sakha, tiba-tiba bangun pas merasakan Sakha mengubah posisinya jadi madep ke gue.
Sebelah tangan Sakha masih meluk gue, sedangkan tangannya yang lain menyelipkan anak rambut gue kebelakang telinga. "Kenapa sih, kamu cantik? kamu sadar nggak sih kalau kamu cantik?" katanya.
Gue salting, anjir. Beneran. Detik ini juga, gue pingin teriak didepan wajah Sakha, sambil bilang ini gue salting bangsat. Lo sadar nggak sih, kalau lo bikin gue baper. Tapi kalimat itu nggak bisa keluar dari bibir gue. Lagian gue nggak mau ngerusak momen manis malam ini.
Supaya nggak terlihat salting, gue mengernyitkan mata, menatap dia dengan pandangan lain. "Kamu habis bikin kesalahan apa? tumben manis banget." Kalimat yang baru aja gue ucapin sontak membuat Sakha sedikit melotot, menyentil pelan dahi gue. "Sembarangan, gue bersikap manis lo curigain. Gue gigit juga lo yang, yang," katanya, membuat gue terkekeh geli.
"Iya-iyaa, maaf. Habisan, lo tukang ngibul," jawab gue, singkat.
"Dih, terserah lo deh." Baru juga akur, udah berantem lagi.
Setelah sekian lama, akhirnya momen manis kayak gini terulang lagi, membuat gue salting dan seneng dalam waktu yang sama. Gue iseng aja, pindahin badan gue supaya sedikit jauhin Sakha, tapi pandangan dia langsung mengarah ke gue. "Ngapain coba jauh-jauh. Aku kangen loh," katanya.
"Halah, bullshit banget, lo. Daritadi juga nempel." Dia terkekeh geli, tapi tetep aja, dia narik tubuh gue, terus memeluk gue dari samping.
Kayaknya, malam ini gue nggak bakal bisa tidur karena terbayang momen manis ini. Bahkan, ketika kita balik pun, Sakha masih sempat cium kening gue, menyuruh gue cuci muka dan sikat gigi, lalu nyuruh gue tidur.
Maaf Sak, buat hari ini gue nggak bisa nurutin mau lo, gue nggak bisa tidur, hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Super Woman
ChickLitPerhatian! Sebuah rumah dekat dengan universitas, jalan umum, dan juga perusahaan disewakan!. Hanya butuh maksimal lima orang untuk menyewanya!. Hubungi saya jika ada yang tertarik!. Postingan yang terpublikasi pada sosial media berlogo biru itu men...