enam

19 2 4
                                    


Setelah Nadine di makamkan, Auri segera kembali ke asrama. Dia tak mau berlama-lama disana karena takut untuk berhadapan dengan keluarga sang teman, dia masih menyalahkan dirinya sendiri. Sesampainya di asrama, Auri menemukan Keenan sedang berada di depan laptopnya, wajah gadis itu sangat serius hingga tak menyadari kehadiran Auri.

"Keenan!"

Si pemilik nama menoleh dengan terkejut, "Lo udah balik?"

Basa-basi, tipikal seorang Keenan jika dia sedang menyembunyikan sesuatu. Namun Auri tak mau berpikir jauh dan membiarkan Keenan dengan rahasianya, dia hanya mengangguk saja membalas pertanyaan si teman sekamar.

"By the way, lo kenal anak kedokteran yang rambutnya pirang terus ada tahi lalat dibawah mata?" Tanya Auri, dan ekspresi yang diberikan Keenan cukup untuk mendukung teori Auri tentang dia yang tahu sesuatu. Gadis itu terkejut dan gugup.

Satu hal tentang Keenan yang Auri paham betul adalah dia terkadang tak bisa mengontrol ekspresi wajahnya.

"Keenan, gue harap lo nggak bohong dan jawab pertanyaan gue dengan jujur." Tuding Auri, "Lo cari tau tentang bar itu lagi 'kan?"

Keenan memejamkan matanya lalu mengacak rambutnya, "Iyadehhh."

***

Disinilah Auri dan Keenan sekarang, atap gedung asrama. Tempatnya memang selalu sepi di malam hari karena tempat itu hanya sering dijadikan tempat menjemur pakaian. Setelah mengunci pintu atap, mereka berdua duduk disalah satu tempat duduk yang ada disana.

"Jadi?"

Keenan menghela nafas, "Jujur aja semenjak Si Jeffrey ngelarang kita waktu itu, gue udah nggak kesana lagi tapi... semenjak berita kematian temen lo itu booming, gue disuruh cari informasi tentang hal itu. Lo tau betul gue anak klub jurnalistik kampus dan tugas kita adalah bikin berita seputar kampus. Kematian Nadine bagaikan... apa yah... emas gitu, jangan tersinggung dulu" Kata Keenan saat melihat tatapan Auri yang mulai tajam.

"Maksudnya kan selama ini berita kampus hanya seputar prestasi atau pencapaian-pencapaian besar karena kampus kita emang sebagus itu tapi berita kematian Nadine karena penyalahgunaan narkoba kayak jadi sisi gelap kampus kita yang orang-orang pengen tahu. Namun gue nggak mau, like, ngasih informasi palsu. So..."

"Lo nyelidikan semuanya sendiri? dan berakhir ke bar the mystique?" potong Auri

Keenan terdiam, "to be honest, gue udah punya feeling kalau ini bakal ada hubungannya dengan bar itu but hubungannya tipis banget." ucapnya ragu.

"Bilang apa yang udah lo dapetin."

Keenan mendesah lelah namun akhirnya mengambil ponsel miliknya dan membuka salah satu file yang ia simpan, "Jadi gue mulai cari tahu dari TKP, cukup sulit masuk kesana because banyak polisi yang lalu lalang tapi gue sama temen gue berhasil nyusup dan jujur aja tempatnya kotor banget karena belakang kampus itu kan tempat semua sampah kampus di timbun sebelum dibawa ke TPA, tempat yang cukup aneh buat lo "high" nggak sih? terus gue sama temen gue ke--"

"Keenan, to the point please. i don't need the whole details."

"Okayyy fine, Kita kerumah sakit untuk lihat jasadnya and there's Jevano; nangis didepan kamar mayat."

"Who the fuck is Jevano?" Emosi Auri mulai meninggi,

"Dia yang lo tanya tadi. Anak kedokteran, rambut pirang, punya tahi lalat dimata. Gue belum tahu apa hubungannya sama Nadine but di malam lo mabuk gue liat dia di bar the mystique." Ucap Keenan, "Dan perasaan gue bilang kalau bar the mystique bukan bar biasa, gue udah nggak mau kesana lagi. Jujur aja, Gue takut Ri."

The DovesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang