duapuluhtiga

11 2 1
                                    






H-1. Semua serba sibuk, Keenan bahkan tidak kembali ke asramanya karena hampir beberapa hari ini dia tinggal di hotel tempat mereka melaksanakan acara kegiatan. Tangannya hanya terus memegang kamera dan sudah melupakan keberadaan benda pipih persegi miliknya yang telah mati kehabisan daya di dalam tas.

Gadis itu terlalu fokus pada tanggang jawab di organisasi. Sedari tadi dia dipanggil dan disuruh ke sana-kemari untuk mengambil gambar para panitia sebagai tanda kenang-kenangan serta untuk dokumentasi kegiatan mereka nantinya. Keenan menikmati tugasnya namun dia kelelahan juga, semenjak pagi dia belum sarapan dan sekarang sudah waktunya makan siang.

"Keenan, bantuin gue dong nganterin makanan ke mereka yang bakalan tampil besok." Ucap sang senior, Keenan mengangguk saja.

Sangat rule-follow sekali memang anak yang satu ini.

Di backstage ada beberapa orang yang sedang duduk beristirahat, peluh mengalir di pelipis mereka dan rambut serta pakaian mereka basah karena keringat namun mata Keenan terarah pada pemuda yang pernah dia lihat lalu di perpustakaan. Kata Sherina namanya Abichandra, mereka seangkatan dan pemuda itu merupakan yang terpintar di jurusan mereka. Tampan, Kaya Pintar serta berbakat membuat banyak orang menyukainya apalagi ditambah fakta bahwa dia sering tampil sebagai penari pada acara-acara kampus atau ketika ada event tari jalanan. Bagaimana Keenan tau itu semua? Tentu saja dari Sherina, gadis itu memang paling update kalau soal gosip-gosip di kalangan Mahasiswa.

Sang Senior memberikan makanan itu satu per satu kepada mereka, Keenan dibelakang mengikuti sambil membawa satu tas penuh makanan bungkus. Kini mereka sudah berada di hadapan Abichandra. Pemuda itu tersenyum ramah, namun Keenan merasakan aura lain darinya tapi dia tepis jauh-jauh, hanya karena Abichandra berada di bar the mystique bukan berarti dia jahat. Mungkin saja waktu itu dia memang hanya sedang bersenang-senang.

"Lo Keenan 'kan?" Lamunan Keenan buyar ketika Abichandra bertanya.

Gadis itu langsung menjadi kaku, dia tak mau menjawab namun pelototan dari sang senior membuatnya mau-tidak-mau harus menjawab pertanyaan tersebut.

"I-iya." Katanya gugup sambil tersenyum paksa.

Abichandra balik tersenyum, "Santai aja kali, kita seangkatan. Makasih banyak makanannya yah Keenan sama Kak Seline, Gue jamin performance Club gue besok nggak akan merugikan kalian."

Seline; Senior Keenan tentu saja tersenyum senang akan ucapan itu namun berbeda dengan Keenan yang kembali lagi tenggelam dalam lamunannya, "Mohon bantuannya yah, Chandra."

"Siap, kak."

***

Gregorry Valeryevich.

Lelaki itu bukanlah sosok yang dikenal oleh gadis biasa seperti Centauri namun dari penjelasan Jeffrey, bisa disimpulkan bahwa lelaki itu adalah sosok yang berbahaya. Pria kebangsaan Rusia yang menjadi buronan interpol karena daftar hitam yang dia lakukan, pemimpin sebuah mafia besar, pembunuh banyak orang, serta raja dari segala kejahatan di balik layar.

Centauri memejamkan matanya, semua ini menjadi semakin berat semakin Centauri berusaha untuk menyelaminya. Dia tak berpikir bahwa dia akan mendapatkan fakta serta rahasia sebanyak ini. Niat hati hanya untuk membongkar kebenaran dari kematian Nadine malah menjadi lebih.

Alwyn juga tak ada bedanya. Pemuda itu sedari tadi diam, dia memikirkan segala hal.

Keduanya dilema tentu saja, jika semakin dalam mereka menyelam maka bukan tak mungkin bahwa mereka akan tenggelam.

"Kenapa diem? Mulai nyesel kan lo berdua?" Celetuk Surya membuat lamunan Alwyn dan Centauri buyar,

Centauri berdecak. Memang sejak awal lelaki yang satu ini suka sekali menggodanya namun meskipun Centauri menyesal telah tahu banyak, dia tak akan menyerah sekarang. Biar sekalian tenggelam, Centauri tak perduli.

"Berhenti sekarang lebih baik, Ri." Ucap Surya lagi, bibirnya menyunggingkan senyuman remeh membuat Centauri mengangkat kepalanya angkuh.

Perlu Surya ketahui bahwa Centauri bukanlah sosok yang mudah menyerah, "Gue bakalan berhenti, kalau pembunuhnya Nadine udah ketahuan."

Ucapan si gadis ternyata membangkitkan semangat Alwyn.

"Gue juga. Udah basah juga, sekalian aja berenang." Kata Alwyn, lalu tersenyum pada Centauri. Sekali-kali harus ada adrenalin dalam hidupnya.

Jeffrey yang sedari tadi duduk diam di tempatnya kini berdiri, "Kalau gitu... gue sama Centauri bakalan ke B-Star." 

Mata Centauri membulat. Terkejut. Kenapa pula harus ke gedung B-Star?

"Mau ngapain?"

"Ketemu CEO mereka lah... emang mau ngapain lagi?"

Kening Centauri berkedut. Kepala Jeffrey Stefano ini sepertinya terbentur sesuatu yang sangat keras. Bagaimana bisa dia mengajak Centauri menemui Bryan Baskara Benjamin? Lelaki yang mengakibatkan kaki dan rusuknya yang patah serta alasan dia harus berdiam di rumah seperti tawanan penjara.

"Lo gila?" Alwyn buka suara.

Pemuda itu juga salah satu korban dari perintah Bryan, masih segar diingatannya bagaimana Bryan memerintahkan anak buahnya untuk memukul dia dan Centauri habis-habisan dan Jeffrey dengan mudahnya mengajak Centauri seolah-olah pemimpin perusahaan itu adalah teman lama mereka yang akan membantu dengan senang hati.

"Kita perlu informasi mereka, gue rasa kalau ngomong baik-baik mereka bakalan buka mulut." Kata Surya,

Alwyn tak habis pikir. Hal itu omong kosong! Jika mereka bisa diajak bicara dengan baik-baik maka Dia dan Centauri tak akan babak belur dan berakhir di rumah sakit, serta Keenan tak akan mungkin bolak-balik terapis jika tidak diancam oleh si Biantara. Alwyn hendak melawan namun batal ketika Centauri buka suara,

"Kita harus coba." 

Mata Alwyn memandang Centauri tajam, bagaimana bisa dia berkata begitu?

Centauri langsung membalas tatapan Alwyn, dia paham bahwa si pemuda khawatir dan tidak percaya pada pihak B-Star namun jika Bryan mengetahui sesuatu alangkah baiknya mengajaknya bekerja sama meskipun Centauri masih merasa ragu dengan keputusannya.

"Gue sama Jeffrey bakalan pergi kesana."

"Kalau gitu gue ikut." Kata Alwyn, dia tentunya tak akan membiarkan Centauri sendiri walau ada Jeffrey nantinya namun akan lebih baik jika tak hanya mereka berdua yang menghadapi Bryan dan Biantara.

"Terus event Himaju lo gimana?"

Alwyn menggeleng, "Gue bisa datang nanti." katanya, lalu segera mereka bertiga keluar dari cafe tersebut meninggalkan Surya.

***

Tristan Pradipa, salah satu dari ketiga anggota FBI elite yang ditugaskan untuk menyelidiki sebuah bar kecil di pinggir kota. Bar the mystique memang layaknya bar-bar seperti biasa namun transaksi-transaksi yang ada disana patut dicurigai. Narkoba bahkan prostitusi, sudah sering terjadi dan Federal tersebut mendapati bahwa semua transaksi dilakukan di bar tersebut.

Awalnya hanya ada Jeffrey dan Surya, keduanya ditugaskan untuk mengawasi namun banyak bukti mulai terkumpul meskipun belum kuat dan akhirnya Tristan; si pemuda yang terbaik di angkatannya terpilih untuk ikut serta dalam penyelidikan; menyamar sebagai pemuda urakan agar mudah untuk keluar masuk bar tanpa dicurigai. Tanpa kedua rekannya ketahui, Tristan tak hanya menyelidiki tentang The Mystique namun dia juga menyelidiki kematian sang kakak; Kristen Prabigya yang pastinya memiliki hubungan dengan B-Star.

Kebetulannya lagi, B-Star berhubungan dengan The Mystique. Dia akan mencapai titik terang dan yang dia butuhkan adalah informasi dari Keenanda Nareshwara. Gadis itu mengetahui lebih daripada yang dia ketahui, dia adalah kunci Tristan pada kasus ini.

TO BE CONTINUED


Entah apa ini...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The DovesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang