duapuluhdua

8 1 0
                                    

Sudah dua hari berlalu dan selama itu pula Keenan serta Centauri lost contact membuat Centauri mau-tak-mau mencurigai Keenan, seolah gadis itu yang sekarang menghindari Centauri. Namun selama dua hari ini kondisi tubuh Centauri sudah mulai membaik, setidaknya dia sudah bisa berjalan mengelilingi rumah tapi nyatanya kondisi itu belum cukup baik bagi sang Ibu karena Andini masih mengawasi segala gerak-geriknya.

Jeffrey akhir-akhir ini sering berkunjung meskipun terkadang hanya sebentar untuk melihat kondisi Centauri atau mengabari Centauri mengenai progress penyelidikan mereka lalu pemuda itu akan pergi kembali ke cafe. Kehadiran pemuda itu sejujurnya membuat Centauri menjadi tidak bosan dirumah, Ibunya entah kenapa menjadi sangat-sangat-sangat proktektif seperti ada orang diluar sana yang hendak menangkapnya dan membawanya pergi saja.

Gadis itu sekarang berada dikamar sambil bermain ponsel hanya untuk menemukan pesan-pesan penuh dari grup kelasnya serta pesan dari sang ketua kelas yang mengirimkan materi padanya, berhubung Ujian akhir semester sudah mulai dekat jadi materinya mulai padat namun Centauri pikir dengan keadaannya yang sekarang dia mungkin akan meminta ujian susulan pada dosennya.

Dia menggulir layar ponselnya dan menemukan kontak milik Keenan, hari terakhir mereka berkirim pesan adalah hari terakhir dia melihat gadis itu. Isi pesannya hanyalah mengenai dia yang akan tidur di asrama dan akan kembali ke rumah Centauri nanti namun hingga sekarang gadis itu tidak juga muncul. Baru saja hendak mengirimkan sebuah pesan singkat pada Keenan, seseorang malah menelfonnya.

Itu adalah Jeffrey.

"Halo?" ucap Centauri membuka percakapan.

"Siap-siap sekarang, gue bakalan jemput lo buat ke cafe, Soal nyokap lo ntar gue yang minta izin." Jeffrey membalas langsung to-the-point membuat Centauri kebingungan, dia hendak bertanya lebih jauh namun panggilan itu dimatikan sepihak oleh si pemuda.

Kening Centauri mengernyit. Jeffrey sebenarnya kenapa?

***

H-6 menuju kegiatan himpunan mahasiswa Ilmu Komunikasi, Keenan dibantai habis-habisan. Meskipun hanya bertanggung jawab di bidang dokumentasi, dia malah ikut membantu bidang-bidang yang lain hingga akhirnya gadis itu kewalahan. Tugasnya sudah menggunung karena tidak dikerjakan olehnya, belum juga ulangan akhir sudah di depan mata, rasanya Keenan ingin berhenti kuliah saja.

Semester 1 serasa sudah mau menyiapkan sidang skripsi saja.

"Weh, katanya sponsor kegiatan kita bakalan datang nanti." celetuk Sherina, sekali lagi mereka bertiga; Keenan, Nathan dan Sherina sedang duduk dilantai salah satu kamar hotel yang akan menjadi tempat dilaksanakannya kegiatan mereka. Tiga orang itu sedang bersembunyi dari para senior dan beristirahat sebentar karena sedaritadi mereka terus kesana-kemari mengurus dekorasi, perlengkapan dan beberapa hal lainnya.

"Emang sponsor itu harus datang?" tanya Nathan,

Keenan juga bingung, setahunya sponsor itu hanya akan memberikan barang atau sejumlah uang dan nantinya para panitia atau anggota Himpunan akan memperkenalkan produk mereka dan sebagainya. Tapi sejujurnya Keenan juga tak paham, dia belum pernah menjadi panitia dari kegiatan besar seperti ini.

"Nggak tau juga, gue cuman denger dari kak Tarra tadi." ucap Sherina, "Katanya sponsornya itu masih muda, terus ganteng... tipe-tipe CEO muda wattpad gitu."

Keenan oh aja iya kan, dia tidak terlalu perduli juga. Mata gadis itu hendak menutup sebentar untuk tidur namun sial sekali sang senior datang disaat yang tidak tepat.

"Heh, kalian bertiga ayo ke ruang acara. Sponsornya udah datang, kita sambut dong biar mereka mau nambah-nambahin dana buat kita." Ucap sang senior, menarik tiga anak ayam itu untuk pergi ke aula fakultas mereka yang akan menjadi tempat acara.

The DovesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang