duapuluh

13 2 14
                                    


ACHOOO

Suara bersin itu menggema ke seluruh ruangan yang memang sedaritadi sedang hening, Keenan si pelaku pembuat suara hanya bisa meminta maaf karena sudah berbuat bising namun itu juga bukan salahnya. Hidungnya gatal dan dia tak bisa menahan bersin lebih lama. Seorang gadis di sebelahnya mengernyit,

"Daritadi bersin mulu, pilek lo?" celetuk Sherina yang duduk di sebelah Keenan, keduanya sekarang sedang berada di perpustakaan untuk mengerjakan tugas bersama selagi mereka berdua kosong dari jadwal organisasi.

"Semalem pulang malem naik motor nggak ake jaket, trus makan eskrim... kayaknya sih masuk angin ini."

Sherina menggelengkan kepalanya, temannya satu ini sudah tahu kalau kondisi tubuhnya sangat lemah apalagi ketika kelelahan seperti masih mau cari penyakit, "Kita ada kegiatan dalam waktu dekat, lo nggak boleh sakit nyet... repot sendiri ntar gue."

Keenan mendecih, "Iyaiya."

"Btw, Keen... lo beneran keluar dari club jurnalistik?" tanya Sherina sambil berbisik karena si penjaga perpustakaan sedaritadi menatap ke arah mereka berdua.

"Iya, nggak enak sih sebenarnya sama kak Yetta tapi mau gimana lagi... sibuk banget gue sama tugas and organisasi." Jawabnya, tidak sepenuhnya bohong namun alasan utama Keenan berhenti adalah demi keamanannya. Sebut saja dia pengecut namun Keenan harus menjaga dirinya, masih banyak hal yang perlu dia lakukan dan dia tak mau nyawanya menjadi taruhan akibat berurusan dengan the mystique.

Siapa tahu jika dia masih bertahan di club, akan ada kasus seperti Nadine dan dia disuruh menyelidikinya. Bisa dipastikan bahwa dia akan ditembak betulan.

Brukh

Kali ini terdengar suara buku yang jatuh membuat semua orang terkejut, termasuk Keenan dan Sherina. Si pelaku penyebab jatuhnya buku tebal itu menyengir lalu meminta maaf, Keenan mengernyit saat melihat wajah pemuda itu. Terlihat sangat familiar.

"Natapnya biasa aja, kayak belum pernah liat orang ganteng." celetuk Sherina yang melihat Keenan tak berhenti menatap pemuda tadi yang mengambil tempat tidak jauh dari mereka berdua.

Memutar bola matanya malas, Keenan membalas "Bukan gitu, gue kayaknya pernah liat dia tapi lupa."

"Dia anak Iltekkom ituloh, yang ganteng banget trus banyak orang suka. Namanya Abichandra Dominic."

Keenan menatap Sherina menyelidik, gadis ini kenapa bisa tahu segitunya?

Seolah paham dengan tatapan temannya, Sherina melanjutkan ucapannya, "Gue tahu karena anaknya emang famous gitu, suka bikin cover dance dan bakalan tampil juga di acara kita nanti. Gue kan seksi acara jadi waktu itu kak Hana tugasin buat hubungin dia."

"Ohoo... alasan diterima."

Tapi meskipun ucapan Sherina masuk akal, Keenan yakin dia menemui Abichandra di tempat lain yang pastinya bukan di kampus. Namun gadis itu memilih untuk membuang jauh-jauh pikiran tadi dan fokus pada tugasnya saja.

Seharian itu dia fokus pada kegiatannya, Masuk kelas, belajar, makan siang, melaksanakan tugasnya di keorganisasian, berkumpul sebentar bersama temannya untuk membahas tugas dan tiba-tiba otaknya memutar kaset ketika dia pertama kali datang ke The Mystique. Barulah gadis itu ingat bahwa dia bertemu Abichandra disana untuk yang pertama kalinya.

"Otak sialan, kenapa baru kepikiran sekarang?!" Katanya, sebenarnya untuk diri sendiri namun teman-temannya yang mendengar mulai menatapnya aneh.

"Masuk Himpunan Mahasiswa, lo kayaknya jadi gila Keen."

The DovesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang