Plan

4.9K 490 54
                                    

You had my heart, and we'll never be world apart
Maybe in magazines.. but you'll still be my star
Baby cause in the dark, you can see shiny cars
And that's when you need me three

With you I'll always share.

*****

Ino memundurkan kursinya. Menghadap ke arah Sakura yang tengah menunduk, asik memakan keripik kentang yang dia bawa dari rumah sembari membaca Novel di tangannya.

"Kira-kira apa hubungan mereka?" tunjuk Ino dengan dagunya pada meja kantin paling pojok yang sedang di tempati para pangeran kampus, pasalnya keberadaan Hyuga Hinata di sana yang tengah berbincang dengan Naruto lah yang menarik perhatian Ino.

"Kalau kau begitu penasaran, kenapa tidak kau tanyakan langsung pada mereka," Jawab Sakura. Ia menghela nafas lelah karena sejak memasuki kantin Ino selalu membahas topik itu-itu saja.

Ino memajukan bibirnya. Mengunyah keripik kentang itu sama sibuknya dengan Sakura. dan Sakura yang tahu Ino diam-diam mencuri keripiknya hanya bisa pasrah.

"Sepulang kuliah, ayo kita ke apartemen Karin. Aku khawatir si belut merah itu akan berubah jadi cacing merah karena demam."

Sakura terkekeh, Ino dan Karin seperti perpaduan minyak dan air, tidak bisa menyatu. Mereka sering meributkan hal-hal kecil yang berakhir saling mengumpat, bahkan pernah sampai saling menjambak. Namun akan saling menghawatirkan bila salah satunya dalam masalah.

"Hmm, tentu." Sahutnya.

*****

Kejadian di kelas fakultas Ekonomi tak lantas membuat Hyuga Hinata menyerah. Meski Neji sebenarnya sudah memperingatinya, namun perkataan ibunya tempo hari membuatnya tak ingin menyerah sekarang. Setidaknya yang ia ketahui Sasuke masih sendiri, mungkin ia hanya perlu waktu dan sedikit usaha untuk membuat pria itu memandang kearahnya.

"Dia hanya belum melihatmu sayang, bukan tidak menginginkanmu. Dapatkan hatinya melalui sebuah ikatan pertemanan. Ibu dengar bungsu uchiha memanglah seorang yang sulit di dekati, maka buatlah dia terbiasa dengan kehadiranmu di sekitarnya terlebih dahulu."

Disini lah Hinata sekarang, selama beberapa hari terakhir ia selalu berada di satu meja yang sama dengan para pangeran kampus ketika makan siang. Hinata bersyukur dengan keramahan Naruto dan Gaara yang mempersilahkan dirinya bergabung bersama mereka, Sai yang tampak acuh tak acuh pun dengan Sasuke yang tak menunjukkan penolakan apapun ketika dia meminta ijin untuk bergabung. Meski dapat Hinata lihat kalau kakak sepupunya nampak tak menyetujui kehadirannya. Ia tidak perduli. Hatinya merasakan kepuasan ketika orang-orang yang ada di kantin memperhatikan mereka, terutama pandangan iri dari para wanita pada dirinya.

-----

"Kenapa tidak menghampirinya? punggungnya akan berlubang jika kau terus melihatnya seperti itu," suara Sai membuat Gaara tersentak. Ya, sejak tadi yang dilakukan Gaara adalah memandangi punggung Sakura yang berada beberapa meja dari tempat mereka.

"Entahlah, dia terlihat tidak nyaman saat kami hanya berdua," Gaara menghela nafas panjang. Manik Jade-nya masih memandang ke arah meja Sakura.

"Gaara-kun menyukai Sakura-chan?" Itu suara Hinata.

"Hmm, kupikir Sakura idaman semua pria di sini. Hanya saja dia terlalu sukar untuk di dekati," Gaara menjawab tanpa memutus pandangannya pada punggung Sakura.

Nafas Hinata tercekat, manik bulannya melirik ke arah Sasuke yang masih sibuk dengan game di ponselnya, Tampak acuh dan tidak memperdulikan sekitar. Ia menghela nafas berat kemudian menunduk.

My Lady in SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang