Forget

3.6K 426 51
                                    


Look who we are,
we are the dreamers.
We make it happen, 'cause we believe it.
Look who we are,
we are the dreamers.
We make it happen, 'cause we can see it

*****

Getty Center Restaurant . Hari yang menyebalkan. Sungguh, Sasuke bisa saja memukul seseorang sampai babak belur dan menjadikannya samsak untuk melampiaskan rasa kesalnya. Menarik napas. Menatap ponselnya yang sejak tadi tidak menunjukkan ada pemberitahuan pesan masuk. Di tengah ramainya restaurant yang kini dia singgahi, rasa gelisah itu tetaplah ada.

Ting!

Denting ponselnya berbunyi. Bukan dari jendela pesan yang ia harapkan melainkan satu notifikasi dari laman Instagram miliknya. Postingan dari sang nenek, sebuah foto selfi bersama sang kakek yang diberi caption──(?) Kening Sasuke berkerut. Kemudian mendecih.
"Sialan. Sudah ku duga." Umpatnya kasar.

@QueenKaguya_uch shared a photo──
Qatar, with my hubby@LordMadara_uch

Pertemuannya dengan pimpinan perusahaan AppFolio berjalan lancar. Mereka telah sepakat untuk menjalin kerja sama jangka panjang yang saling menguntungkan. Sasuke merasa lega, karena setelah ini ia hanya tinggal menunggu pengumuman pihak mana saja yang berhasil memenangkan tender dalam proyek besar yang menjadi target utamanya berada di negara ini. Khusus untuk yang satu itu Sasuke bersyukur. Setidaknya ada satu hal baik yang terjadi hari ini. Mengesampingkan moodnya yang belum juga ada perubahan sejak dari semalam.

-----

Deidara menopang dagu saat matanya berkilat menatap Sasuke yang duduk gelisah. Menunduk menatap ponselnya dan berulang kali tampak tak nyaman. Terlintas di dalam otaknya ide untuk menjahili bungsu uchiha tersebut.

"Kenapa Sasuke? Kau lupa memakai pembalut?"

Berikutnya, kegaduhan di meja bernomor delapan itu mengundang atensi dari pengunjung lain yang juga sedang menikmati makan siang. Saat Sasuke melemparkan garpu miliknya ke arah Deidara. Menimbulkan bunyi gaduh karena garpu logam tersebut jatuh membentur lantai dan pria itu meringis, kemudian tertawa.

"just a jokes, bro. Kau kasar sekali. Gak like ih!"

Sasuke hanya memutar mata. Mencoba mengabaikan eksistensi se-onggok permen karet bekas di depannya. Manik kelamnya kembali menatap ponselnya yang masih tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Lalu, mengembuskan napas berat. Kepalanya terasa pening dan ia mendadak kehilangan selera makan sekarang.

"Kau ada masalah?" Deidara bersuara lagi. Kadar kepo-nya masih berada di level tinggi ternyata. Saat dia menggigit kentang goreng renyah di ujung bibirnya.

"Biar ku tebak. Ini soal postingan nyonya besar? Kau kesal karena itu?"

Sasuke memejamkan mata sejenak. Mencoba meredakan amarah yang memuncak dari dalam dirinya. Terbesit keinginan untuk menenggelamkan makhluk karet di depannya ke palung mariana. Batinnya tak henti mengumpat. Kenapa semua makhluk berkepala pirang yang dia temui di dunia ini selalu berisik dan menyebalkan. Tak tahukah sekarang kalau ia sedang di landa galau berat lantaran sang kekasih hati belum juga membalas pesannya. Parahnya lagi nomor ponselnya pun tidak dapat di hubungi sampai sekarang.

"Ck! Bukan urusanmu."

Sasuke berdiri dari tempat duduknya. Menatap tajam Deidara, dan mendengus sebelum berlalu pergi. Meninggalkan Deidara yang melongo. Kapasitas otak miliknya yang memiliki speed di bawah rata-rata berusaha me-loading. Memproses kejadian yang baru saja terjadi, dan ketika tersadar. Dia mengumpat. "Sialan Uchiha!"

My Lady in SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang