I hate to turn up out of the blue, uninvited.
But I couldn't stay away, I couldn't fight it.
I had hoped you'd see my face,
And that you'd be reminded that for me, it isn't over.*****
(Beberapa hari sebelumnya)
Angin laut yang khas menyapa perjalan Sasuke. Begitu pasir nan putih itu begitu jelas terlihat dan pemandangan yang menenangkan itu mampu membuat orang-orang berhenti sejenak dengan sukarela. Tidak dengan Sasuke. Ia memang berhenti. Tapi alasan kedatangannya ke tempat ini adalah menemui seseorang yang beberapa jam lalu memintanya untuk datang.
Orang itu berdiri menyandar pada kap depan mobilnya. Nampak begitu menikmati pemandangan laut di hadapannya. Suara deburan ombak serta cahaya kejinggaan memberi kesan hangat dan damai sekaligus. Dan tentu saja ini adalah tempat dan waktu yang pas untuk membicarakan hal-hal serius.
"Ada apa?" Sasuke bertanya setelah mendekat pada orang itu. Berdiri di sampingnya. Onyx-nya mengikuti arah pandang orang itu. Menatap pada hamparan laut luas yang memantulkan kilau kejinggaan.
Orang itu tampak sempat terkejut menyadari Sasuke telah berdiri di sampingnya. Ah, dia melamun rupanya. Kemudian kembali menatap ke depan. Senyum tipis tersungging di wajah tenang yang nampak hangat.
Mereka hanya terdiam. Sasuke memilih menunggu dengan sabar untuk mendengarkan apa yang ingin di sampaikan oleh orang di sampingnya.
Helaan nafas berat terdengar setelah berapa menit berlalu. "Aku─ jatuh cinta pada Sakura."
Sasuke menoleh. Ketika rahangnya mulai mengeras dan orang di sampingnya terkekeh pelan. Membuat kedua alis Sasuke menukik dengan tajam. "Sakura kekasihku."
"Hem, aku tahu." Sasuke tak lagi bisa untuk tidak menatap tajam orang itu. Kedua tangannya mengepal. "Kau─"
"Usiaku baru tujuh tahun saat itu. Aku berlari menjauh ketika para dokter mulai melepaskan semua alat bantu pada tubuh ibuku yang terbaring damai di kasurnya. Tidak mampu menyaksikan kepergiannya dan memilih menghabiskan waktu tiga puluh menit untuk menangis di lorong rumah sakit yang sepi. Kemudian gadis itu datang. Berjongkok di depanku dengan sebuah sapu tangan merah muda lembut. Ketika aku mendongak, aku dapat merasakan sapuan benda itu pada pipiku yang basah."
"Aku berhenti menangis ketika menatap mata teduhnya juga basah dengan air mata. Mulutnya bergumam memintaku untuk berhenti menangis. Dia terisak dengan mata memerah. Sakura kecil meraih telapak tanganku, dan meletakkan sapu tangan miliknya. Dia memintaku berhenti menangis dalam tangisannya.
Satu hal yang ku sadari saat itu. Sakura bukan hanya meninggalkan sapu tangannya untukku. Tapi juga membawa hatiku bersama langkah kecilnya."
"Mungkin akan terdengar konyol karena usiaku masih tujuh tahun, dan aku sudah merasa mulai tertarik pada perempuan. Sakura membawa dunia baru untukku dalam setiap ekspresi yang dia tunjukkan."
"Aku selalu memperhatikannya sejak hari itu. Memilih masuk pada sekolah yang sama dengannya. Tapi tak pernah berani untuk mendekatinya lebih jauh. Sakura juga tidak terlihat mengingatku."
Selama bertahun-tahun yang kulakukan hanya memperhatikannya dalam diam. Sampai ketika aku ditunjuk untuk mengikuti olimpiade matematika bersama dengannya di luar kota pada tahun kedua Senior High School. Saat itu lah aku memberanikan diri untuk menyatakan perasaanku pada nya."
"Kau gagal?"
"Hn," orang itu mengangguk. Menatap Sasuke yang kini memusatkan pandangan pada pasir lembut di bawah sepatunya. "Tapi bisa dibilang aku lebih dulu bertemu, dan jatuh cinta padanya dari pada dirimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lady in Secret
FanfictionSASUSAKU fanfiction Naruto © Masashi Kishimoto WARNING!! 18+ bagi yang belum legal harap menjauh.