Play

4.1K 411 89
                                    

For the love of my life
She's got glow on her face
A glorious look in her eyes
My angel of light

*****

Sakura memarkirkan mobil mewah miliknya di basement apartemen dengan apik. Memastikan tak ada barangnya yang tertinggal di dalam sana. Kemudian kaki jenjang itu melangkah ringan dengan sebelah tangan terangkat. Memutar-mutar ring pada kunci mobil di ujung jari telunjuknya yang lentik.

Langkahnya terhenti saat telah sampai di depan lift yang masih tertutup. Menunggu beberapa saat hingga pintu lift otomatis terbuka. Sakura tersentak. Emerald-nya sedikit membola ketika melihat siapa yang tengah berdiri tegap di dalam lift. Hanya sesaat, kemudian kembali menormalkan ekspresinya. Berjalan masuk melewati pria itu setelah menyapa dengan sebuah anggukan formal.

"Apa kau bahagia?"

Langkahnya terhenti. Sakura berbalik, alisnya tertaut penuh tanya. "Hmm?"

"Aku sering bertanya pada diriku sendiri. Apakah sekarang kau bahagia?" Pria itu tersenyum pedih. "Kau terlihat baik-baik saja, bahkan saat kau baru saja mematahkan hati seseorang─Sekali lagi."

Sakura tidak tahu apa yang pria itu lihat sekarang dari ekspresi wajahnya. Sementara otaknya tidak mampu mengirim stimulan reaksi apa pun. "Apa maksudmu?"

Sang pria mengulas senyum. "Semoga kau bahagia─Sakura." Dan pintu lift kemudian tertutup. Menyisakan tanda tanya besar di benak Sakura. Setelah sekian lama waktu berlalu. Mengapa pria itu mau menyapa-nya kembali, dan dengan kalimat yang sama sekali tidak Sakura mengerti.

-----

Senyum yang sempat bertengger di raut datar itu lenyap seiring dengan pintu lift yang kembali tertutup rapat. Ia menyentuh permukaan dadanya. Menarik napas dalam, mencoba membuang napasnya perlahan. Memilih untuk melamun menatap dinginnya lantai sebelum memutuskan untuk pergi.

Perasaannya masih belum sepenuhnya mengikhlaskan walau sudah mencoba. Debaran sakit itu mampir. Sesak dan kebas kembali mengambil alih. Walau tidak sampai membuatnya meneteskan air mata seperti dirinya di masa lalu. Pria itu mendengus masam. Bahkan ini sudah lebih dari tiga tahun berlalu semenjak ia menjadi remaja patah hati yang memilih melarikan diri. Merasa frustasi jika harus berada pada gedung sekolah yang sama dengan gadis yang telah menolak perasaannya.

Gadis itu bagai angan yang tersemat di antara mimpi malamnya. Bukan mimpi erotis yang kerap membayangi kehidupan malam para lelaki. Sakura hadir sebagai angin segar, penyejuk di musim kemarau yang gersang. Ia berusaha menyingkirkan bayangan itu, dan selalu menemukan kegagalan.

Sekarang ia bukan lagi remaja tanggung. Selama ini ia telah berhasil menjalani semua dengan baik. Mengendalikan ekspresi ketika mereka tak sengaja bersua. Dirinya hanya akan menatap gadis itu tak lebih dari lima detik sebagai formalitas. Menganggap eksistensinya hal biasa dan sebisa mungkin abai ketika topik tentang Haruno Sakura menyapa pendengarannya. Dirinya sempat merasa baik-baik saja. Berpikir ia telah bebas. Mengira perasaan itu telah lenyap tergerus waktu. Kemudian mendapati dirinya kembali kalah hari ini, bahkan setelah mengetahui bahwa gadis itu tak lagi sendiri. Sisa luka itu ternyata masih tetap ada, dan setelah mengetahui alasan mengapa Haruno Sakura tak pernah bisa tersentuh. Seakan mengoyak kembali luka lamanya. Harusnya tak seperti ini. Ia berhak bahagia, Sakura pun sama. Semesta benar-benar mempermainkan perasaannya. Sekarang haruskah ia kembali lari seperti waktu itu?.

Bagaimana bisa perasaannya terlalu jatuh sederas ini pada gadis itu?

Dering pada ponsel di saku mantelnya berhasil menyadarkan dirinya dari lamunan. Mendengus pelan ketika melihat ID sang penelepon. Kemudian menjawab panggilan tersebut seraya mengambil langkah lebar menuju mercedes hitam miliknya.

My Lady in SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang