Don't go tonight,
Stay here one more time.
Remind me what it's like, oh..
And let's fall in love one more timeI need you now, by my side.
*****
"Sakura?"
Sakura tersentak dari lamunannya. Karin yang menepuk bahunya kemudian mendesis memandang kerumunan yang masih memperhatikan mereka. Memberi mereka tatapan tajam, dan membuat kerumunan itu berangsur-angsur menjauh.
Sakura menelan ludahnya gugup. Dia mengerjap berulang kali dan mendengar suara langkah sepatu mendekat. Matanya bergulir, menatap sosok lain yang terengah-engah menghampiri mereka.
"Sakura, Ya Tuhan. Kau tidak apa-apa?" Sakura hanya mengangguk. Meremas kuat sisi buku yang ada di tangannya. Ketika tatapan matanya kembali bergulir pada sekelompok lain yang berada tidak jauh dari posisinya berdiri saat ini. Dapat ia lihat beberapa nampak menatapnya dengan cemas, dan emerald-nya beralih pada kekasihnya yang tengah menatap datar ke arah dirinya. Laki-laki itu hanya menatap Sakura sebentar. Kemudian melenggang pergi bersama empat rekannya. Disaat dia menjadi pusat perhatian dari beberapa mahasiswa-mahasiswi di sekitarnya, remasan tangan Sakura kian mengerat.
Dia benci menjadi pusat perhatian.
Dan ketika langkah kaki Ino mendekat, hendak menariknya menjauh, Sakura lebih dulu memutar badan. Berjalan tenang menjauh dari area gedung ekonomi bersama kedua sahabatnya.
_____
"Neji, bukankah yang bersama Sakura-chan tadi itu Hinata-chan?" Naruto bertanya setelah menyelesaikan makan siangnya. Usai melihat kegaduhan di depan fakultas tadi, mereka memutuskan untuk makan siang di kantin universitas. Melupakan rencana sebelumnya kalau mereka akan pergi ke kafe yang berada di dekat kampus.
Sejak tadi Naruto merasa heran mengapa sahabatnya ini terlihat biasa-biasa saja. Padahal gadis yang notabene-nya adalah kerabatnya sedang dalam keadaan tidak baik.
"Hem, abaikan saja." Amethyst-nya memperhatikan Sasuke yang sejak tadi diam di samping Naruto. Pemuda itu tidak menampakkan ekspresi apapun selain wajah datar yang sepertinya sudah menjadi harga mati baginya.
"Eh, apa kau tidak khawatir? Dia kan adikmu. Kau seharusnya menyusulnya ke ruang kesehatan. Dia pasti sangat membutuhkanmu sekarang."
Sai menduga ini efek dari semangkok ramen yang baru saja Naruto makan. Ucapan pemuda itu terdengar sedikit bijaksana, berbeda dari biasanya.
"Aku akan mengurusnya," jawabnya datar. Matanya masih memaku pada Sasuke yang tengah bersedekap dan bersandar dengan mata terpejam. Kemudian ia mendengus pelan, ketika onyx itu terbuka dan balas menatapnya dengan sebelah alis terangkat.
Gaara tersenyum kecil mendengar percakapan mereka, "Aku hanya memikirkan Sakura. Dia sepertinya begitu terkejut dengan kejadian tadi."
Naruto yang mendengarnya memandang Gaara dengan raut penuh haru. Meskipun Gaara telah ditolak oleh Sakura, namun dia telah menerima semua keputusan gadis itu dengan besar hati. Sahabat merahnya itu bahkan masih memikirkan keadaan Sakura dengan sebaik ini.
"Gaara, apa aku sudah mengatakan kalau aku bangga padamu?" Ucapnya sambil mengusap sudut matanya yang berair, entah karena benar-benar terharu atau karena kuah ramen ekstra pedas yang baru saja pemuda itu santap.
Sai memutar bola mata malas, "lebay!" gumamnya yang di balas decihan serta tatapan sinis oleh Naruto.
Gaara terkekeh. "Aku harus apa? Meratapi nasip dan menjadi pria menyedihkan terus menerus? Itu tak akan membuat keputusan-nya berubah." Dan kali ini Sai menepuk bahu Gaara pelan, memberi dukungan penuh pada sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lady in Secret
FanfictionSASUSAKU fanfiction Naruto © Masashi Kishimoto WARNING!! 18+ bagi yang belum legal harap menjauh.