Distance

4.6K 450 63
                                    


Of all the ones that begged to stay,
I'm still longing for you.
Of all the ones that cried their way,
I'm still waiting on you.

*****


"Apa-apaan itu? Sejak kapan si belut merah alaska itu dekat dengan Prince Suna?"

Ino menegakkan punggung. Berkacak pinggang dengan raut masam. Wajah cantiknya tertekuk muram. Sepasang maniknya menatap penuh selidik kepada dua orang yang sedang berjalan santai ke arah mereka. Seorang pemuda tampan yang entah sedang berbicara apa dan di sebelahnya seseorang yang mereka tunggu sedang tertawa dengan rona kemerahan di pipi, tengah tersipu. "Cih! Apa-apaan ekspresi menggelikan itu, membuatku mual saja." cibirnya.

Sakura menoleh, Emerald-nya melirik ekspresi super masam Yamanaka Ino yang nampak sudah seperti olahan kulit cempedak khas Kalimantan. Sakura menahan tawanya, "Kau iri?" Ino mendelik, menatap tajam ke arah Sakura. "Kita bahkan menunggunya lebih dari lima belas menit disini jika kau lupa, Sakura. Dan si belut merah dari Alaska itu malah bersenang-senang dengan pria tampan, Cih!" Sakura hanya menanggapi dengan raut geli, membuat Yamanaka Ino semakin jengkel.

-----

"Hai─" sapa Gaara ramah ketika telah tiba didepan mereka. Sakura hanya menanggapi dengan senyum tipis serta anggukan kepala.

"Oh. Hai Gaara, kau ingin makan siang disini?" Tanya Ino basa-basi. Pertanyaan konyol, karena sudah pasti Gaara menuju kantin yang sama dengan mereka.

Karin mengangkat alis. terpaku sejenak, menatap dua sahabatnya dan menggeleng ketika mendapati rona kemerahan di wajah si Barbie.

"Hmm, kalian mau bergabung bersama kami?"

Ino nampak antusias dan sudah akan membuka mulutnya ketika suara Sakura terlebih dulu menjawab pertanyaan dari Gaara.

"Terimakasih Gaara-san, mungkin lain kali," Sakura membalas ramah.

Emerald-nya melirik kesamping melihat kepada Ino yang mendadak kembali muram serta Karin yang terlihat memutar mata bosan. Ia terkekeh lalu segera menarik dua sahabatnya memasuki kantin setelah sebelumnya berpamitan pada Gaara dan dibalas pemuda itu dengan anggukan serta senyuman lembut.

Meninggalkan Gaara yang menatap punggung ketiganya dengan sorot penuh arti.

*****

"Jadi kenapa kau bisa bersama Prince Suna?"

Karin mendesah. Tangannya mencomot satu kentang goreng yang baru diantar pelayan kantin ke meja mereka, "Aku berpapasan dengannya di depan ruang dosen, kebetulan kami memiliki tujuan yang sama." Karin menyahut malas, lalu meminum diet coke miliknya.

"Lalu alasan apa yang membuatmu tersipu seperti tadi?" Ino masih belum puas dengan jawaban Karin rupanya.

Karin terbatuk kecil, tergesa meletakkan botol diet coke yang ada di tangannya ke atas meja,
"Ah, itu─," Karin terdiam sejenak, "Dia bilang kalau aku wanita yang cukup menarik," Ia menunduk nampak salah tingkah.

"Cih! Menggelikan," Ino mencibir dan langsung disambut delikan tajam dari Karin.
"Hei, Kau pikir aku tidak melihat kalau kau juga merona tadi didepannya?" Tudingnya, dadanya terlihat naik turun saat mengatakannya, hidungnya kembang kempis karena emosi dan Ino yang mendesis menatap Karin tak kalah tajam.

Sakura menghela nafas lelah. Ia harus segera melerai pertikaian dari duo racun yang sayangnya adalah sahabatnya itu sebelum semakin merembet atau mereka akan menjadi tontonan seisi kantin nantinya. Bukan tak mungkin akan ada adegan jambak menjambak diantara keduanya jika dibiarkan.

My Lady in SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang