Heart beats fast, colors and promises.
How to be brave?
How can I love when I'm afraid to fall?
But watching you stand alone, all of my doubt suddenly goes away somehow.
One step closer,
I have died every day waiting for you.*****
Sasuke menarik napas panjang, termangu dalam diam. Saat dadanya terasa sesak tiba-tiba dan matanya menelusuri pemandangan kota Los Angeles yang cerah di malam hari. Membiarkan dirinya menatap nanar layar ponsel pintarnya, pada satu pesan yang belum mendapat balasan dari seseorang. Lalu menggigit bibir dalamnya, melepas tautan matanya untuk menatap gedung-gedung pencakar langit di luar sana yang tampak indah.
"Hei, apa yang kau lakukan sekarang?" Gumamnya lirih.Jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam waktu Los Angeles. Seharusnya ia sudah mulai mengistirahatkan diri karena besok dia masih memiliki agenda pertemuan dengan para petinggi dari perusahan AppFolio, salah satu perusahan besar yang menjadi target Uchiha Group untuk menjalin kerja sama.
Ia kembali menghela nafas, mencoba mengusir rasa sesak yang kian mengusik. Sudah hampir tiga puluh menit dirinya berdiam diri di balkon kamar hotelnya yang dingin. Tangannya menggenggam gelas berkaki berisi cairan keungu-unguan dan menyesapnya pelan dalam diam. Kakinya bahkan sudah hampir mati rasa sekarang.
Ini adalah hari ketiganya di Los Angeles. Selama itu pula ia sangat sibuk menghadiri pertemuan-pertemuan dengan beberapa pengusaha di kota ini untuk membahas perihal kerja sama sebuah proyek besar yang melibatkan beberapa perusahaan-perusahaan raksasa dari berbagai negara. Ini adalah pekerjaan berat yang seharusnya di pegang oleh Itachi, namun karena Itachi sedang sakit maka dirinya lah yang di tugaskan oleh sang kakek, Lord Uchiha Madara."Bantulah kakek mu yang malang ini, diriku bahkan tidak lagi kuat untuk duduk berlama-lama. Belum lagi akhir-akhir aku ini mengalami mabuk pesawat. Kau tahu? Perutku sangat mual ketika berada di atas ketinggian. Ayolah Sasuke, hitung-hitung sebagai latihan untukmu, aku menaruh harapan besar kepada dirimu dan Itachi. "
Sasuke mendecih ketika mengingat wajah memelas sang kakek ketika meminta dirinya untuk menggantikan Itachi, belum lagi kalimat bualan yang kakek tua itu lontarkan demi menarik simpatinya.
"Cih, mabuk pesawat katanya? Untuk apa kakek tua itu membeli sampai tujuh unit pesawat jet pribadi kalau dia ternyata mabuk pesawat, unit ke tujuh bahkan baru di beli bulan lalu ketika sang nenek, Uchiha Kaguya ingin pergi menonton langsung konser salah satu Boyband asal Korea selatan. Alasan konyol." Gumam Sasuke pelan.Mendesah berat. Manik kelamnya melirik pada laptop yang masih menyala di atas meja, lalu kembali pada layar ponselnya yang redup. Sasuke memijit pangkal hidungnya pelan. Sungguh, ia begitu lelah, pekerjaan ini sungguh menyita tenaga dan pikiran Sasuke, di tambah tugas-tugas kuliah yang masih harus ia kerjakan di waktu menjelang tidurnya. Namun lebih dari itu semua, kerinduannya pada seseorang yang berada dibelahan dunia lain lah yang membuat dirinya semakin tak tenang. Sasuke jadi Gegana sekarang. Gelisah, Galau dan Merana.Ahay
"Rindu sialan!" Umpatnya kesal.
*****
Sepulang dari kampus, Sakura singgah ke apartemennya untuk mengambil flashdisk berisi file tugasnya yang tertinggal. Matanya terpaku pada salah satu kedai kecil penjual makanan manis yang berada tepat di seberang gedung apartemennya. Mampir sebentar tidak buruk gumamnya.
Sakura mengulum senyum saat menerima pesanannya. Setelah menyerahkan beberapa lembar uang seraya mengucapakan terimakasih, ia kemudian berlalu. Memutuskan untuk menikmati roti kukus isi kacang hijau miliknya dengan segelas susu vanilla hangat di bangku yang terletak di luar kedai.
Sakura menunduk, mengambil sesuatu dari dalam tas dan mendesah pelan mendapati ponselnya telah mati karena kehabisan daya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lady in Secret
FanfictionSASUSAKU fanfiction Naruto © Masashi Kishimoto WARNING!! 18+ bagi yang belum legal harap menjauh.