Fanny memasuki kamarnya usai makan malam bersama bu Rani. Dengan semangat Fanny melangkah lebar menuju ranjang dan mencari posisi yang nyaman untuk membaca buku diary usang milik si pemilik tubuh.
Membuka halaman awal, Fanny mulai serius membaca. Berbagai macam ekspresi Fanny tunjukkan saat membaca tiap kata demi kata dari buku diary itu.
"Seriously?!" pekik Fanny tertahan membanting buku diary itu ke ranjang saat tau jika ternyata tubuh yang dia tempati saat ini adalah tubuh milik Fanny Fabriana, tokoh figuran dalam novel 'Unperfect Marriage'. Fanny Febriana sang mantan istri pertama Rendra yang dicerai dan diusir karena tidak bisa menghasilkan keturunan untuk keluarganya. Namun ketika beberapa tahun kemudian saat Rendra sudah bahagia bersama Sarah muncul anak kembar milik Fanny Fabriana yang ternyata adalah darah daging Rendra dan kedua anak tersebut akan mengalami kejadian tragis akibat ulah antagonis atau mantan istri kedua Rendra.
"Aargghh! Kenapa harus di tubuh figuran menyedihkan ini?! Kenapa nggak di tubuh antagonis aja sih?!" kesal Fanny. Benar, Fanny lebih menyukai karakter antagonis daripada protagonis. Menurutnya kebanyakan protagonis itu terlalu naif dan baik yang malah menyerempet ke bodoh, sehingga mudah sekali dimanfaatkan orang, dan itu bukan karakter Fanny sama sekali.
Membayangkan bagaimana menderitanya tokoh figuran Fanny Fabriana membuat Fanny mendengus. Dan sekarang dia yang akan menggantikan peran menyedihkan itu. Oh God help!
Apalagi dari yang Fanny baca riwayat hidup Fanny Fabriana selama ini tidak ada bahagianya sama sekali. Fanny Fabriana anak yatim piatu yang berasal dari panti, mereka bertemu dan jatuh cinta sewaktu duduk di bangku sekolah menengah atas di sekolahan elit yang saat itu Fanny mendapat beasiswa di sana. Mereka memutuskan menikah usai tamat sekolah walau tanpa restu keluarga Rendra. Si pemilik tubuh merelakan masa depannya dengan menjadi ibu rumah tangga yang baik, sedangkan Rendra masih bisa meneruskan pendidikan ke jenjang perkuliahan walaupun sudah menikah. Klise sekali kisahnya.
Rumah tangga mereka pun kerap bermasalah karena ulah mertua yang tidak menyukai Fanny Fabriana, dia yang baik dan lemah hanya bisa diam dan tidak bisa melawan mertua yang selalu menyakitinya.
Sampai beberapa tahun kemudian, kehadiran buah hati yang mereka nantikan tidak kunjung hadir membuat orang tua Rendra meradang dan menyuruh Rendra untuk menceraikan Fanny Fabriana. Rendra yang sudah tidak kuat dengan prahara antara istrinya dan orangtuanya memutuskan menuruti perintah orangtuanya untuk menceraikan istrinya. Bahkan ketika Fanny Fabriana di usir Rendra hanya bisa pasrah lantaran tidak mau membuat ibunya yang kala itu sedang sakit bertambah sakit jika dia membangkang.
"Dan setelah itu tanpa lo dan keluarga biadab lo itu tau, Fanny Fabriana, si mantan istri lo hamil kecebong lo bangsat! Kembar pula, bajingan emang tuh laki satu!" umpat Fanny setelah menyelesaikan membaca buku diary itu. Namun, sesaat kemudian bola mata Fanny membola saat dia menyadari sesuatu.
"Wait! Fanny Febriana ternyata hamil waktu dicerai dan diusir dan Fanny Fabriana sekarang itu gue, itu artinya sekarang gue lagi hamil dong?!" sontak tangan Fanny langsung menyentuh permukaan perutnya yang masih datar.
"Gimana ini? Ya kali gue belum kawin udah bunting aja. Mama help me!" Fanny menggigiti kuku dengan cemas. Bola matanya bergerak liar, pun dengan otaknya yang berpikir keras apa yang harus dia lakukan.
"Calm down Fanny! Tarik nafas buang." Fanny terus mengulangi hal tersebut sampai dirasa dirinya tenang. Setelah tenang Fanny mulai berpikir jernih.
"Pertama yang mesti gue lakuin itu cek apa bener ini tubuh hamil apa nggak seperti di novel. Ok berarti fix besok pagi gue bakal cek hamil apa nggak. Kalo nggak ya syukur tapi kalo beneran hamil gimana?" monolognya bertanya.
"Apa gue kasih tau bapaknya nih cebong aja kali ya kalo benihnya berhasil jadi cebong di rahim nih tubuh?" ucapnya menimbang nimbang.
"Ah nggak nggak! Males gue berurusan sama bapaknya nih cebong yang cupu, apalagi sama keluarganya yang jahanam itu ihh!" Fanny bergidik ngeri membayangkannya.
"Lebih baik gue urusin nih anak sendiri. Apalagi di novel nih cebong dua bakalan mati salah satu dan satunya buta kalo mereka ikut bapaknya. Kasihan amat, dari rahim aja hidupnya udah susah eh sampai matipun nggak pernah bahagia. Ckckck miris! Ok karena yang nempatin tubuh mak lo ini gue yang super duper baik hati, gue bakal bikin kalian bahagia, tenang aja cil!" ucapnya seraya menepuk nepuk perutnya pelan.
"Tapi ngurusin bocil kan butuh banyak cuan ya, apalagi kemungkinan ini bocilnya ada dua. Ini tubuh mana mungkin punya cuan, secara dari lahir aja udah kismin, dan kalau pun punya ngapain juga mesti ngemper di dalem bus?" tebaknya seraya mencari dompet milik si pemilik tubuh di tas.
Setelah ketemu memang benar uang di dompet tinggal recehan dan pecahan puluhan ribu, tapi yang membuat Fanny hampir menjerit ternyata si pemilik tubuh mempunyai tabungan pribadi yang lumayan di bank.
"Njirr! Ternyata nih pemilik tubuh nggak bego bego amat, Ok masalah percuanan selesai. Tapi kayaknya ada yang kelupaan deh, apa ya?" ucap Fanny mengingat ingat. Dia mulai mengingat alur novel kembali lalu sedetik kemudian, "bangsat! Gue baru inget kalo ini tubuh bakal mati waktu kerja di pabrik, makanya si kembar diserahin ke bapaknya. Menyedihkan sekali hidup lo Fanny Fabriana!" ucap Fanny sendu.
"Tapi karena sekarang yang menempati tubuh lo adalah gue, Stefanny Aurelie yang tau akan masa depan lo dan anak kembar lo. Maka sebagai ucapan terimakasih karena sudah menyerahkan tubuh lo sama gue, gue bakal bikin hidup lo dan anak kembar lo bahagia, tidak seperti di novel!" ucap Fanny sungguh sungguh.
"Karena gue baik, gue kasih lo bonus. Gue bakalan balesin dendam lo ke mantan suami lo dan keluarganya. Biar mereka tau siapa itu Stefanny Aurelie yang sekarang menjadi Fanny Fabriana. Sekalian aja gue acak acak alur novel sialan ini, enak aja main masukin jiwa gue ke tubuh figuran menyedihkan macem lo ini!" ucap Fanny dengan senyum smirk yang mengerikan.
Fanny membaringkan tubuhnya ke ranjang, matanya menatap lamat ke arah langit-langit kamar. Meskipun dia sudah bertekad akan hidup bahagia bersama anak kembar si pemilik tubuh, dan akan membalas rasa sakit si pemilik tubuh dan penghinaan yang dia terima.
Namun, tak ayal dalam hatinya terbersit kesedihan yang mendalam karena harus meninggalkan Mamanya dan Bianca. Lantas tubuh aslinya bagaimana keadaannya? Apapun itu Fanny berharap Mama dan Bianca akan terus bahagia dan baik-baik saja meski tanpa dirinya, karena di sini Fanny juga akan berusaha bahagia walaupun tanpa kedua orang yang disayanginya tersebut.
*****
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sembarang Janda
FantasyKecelakaan di tempat kerja lalu tiba-tiba terbangun di dunia novel yang dialami Stefanny sukses membuatnya menyadari bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, termasuk transmigrasi. Bukannya mendarat di raga antagonis seperti impiannya Stefan...