Fanny terbangun saat merasakan tepukan lembut dibahunya, matanya mengerjab menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Suara bising membuat matanya terbuka lebar, suasana bus yang tampak ramai karena para penumpang tampak antri untuk turun dengan barang bawaan mereka adalah pemandangan pertama yang dilihatnya.
"Ayo turun nduk, sudah sampai ini!" Suara halus khas perempuan membuat Fanny menoleh dan menemukan seorang wanita paruh baya yang tersenyum lembut ke arahnya dari arah kursi sampingnya.
Untuk sesaat Fanny linglung, otaknya yang cerdas seketika blank. Apa yang terjadi? Pertanyaan itu terus terngiang di otaknya. Bukannya dia saat ini harusnya sedang syuting? Tunggu! Apa kecelakaan di tempat syuting yang Fanny alami itu nyata? Oh my Gosh!
Kalau begitu bukankah seharusnya Fanny mati atau kalau dia beruntung bisa selamat dari kecelakaan itu maka harusnya Fanny berada di rumah sakit. Bukan malah terbangun di bus?! Apa apaan ini! Atau ada yang menculik lalu membuangnya ke bus ini?! 'Oh hentikan pemikiran konyol itu Fanny!' batinnya berteriak.
"Ini di minum dulu nduk! Kamu pasti masih bersedih dan syok makanya dari tadi diam saja." Sebotol air mineral yang disodorkan wanita paruh baya itu membuyarkan lamunan Fanny.
Fanny menatap wanita paruh baya itu untuk memastikan apakah wanita itu berbahaya atau tidak. Namun yang Fanny lihat adalah ketulusan dari wajah keibuan wanita paruh baya itu membuat Fanny percaya dan memutuskan untuk meminumnya dan mungkin akan sedikit bertanya nanti, karena sepertinya wanita paruh baya itu tau apa yang terjadi padanya.
Selesai minum Fanny baru menyadari bahwa dirinya sudah keluar dari bus dan duduk di bangku terminal bersama wanita paruh baya tadi. Mungkin wanita paruh baya itu yang menuntunnya keluar bus saat Fanny melamun tadi, pikir Fanny.
"Apa yang terjadi bu?" tanya Fanny yang tak tahan untuk bertanya.
"Kasihan sekali nasibmu nduk. Pasti kamu masih tidak menyangka sudah diceraikan dan diusir oleh suami yang sangat kamu cintai sampai alam bawah sadarmu menolak untuk menerima dan membuatmu melupakan sejenak permasalahanmu," ucap wanita paruh baya itu dengan mata berkaca kaca.
Cerai? Diusir? Hell yang benar saja! Fanny saja belum pernah menikah bagaimana mungkin bisa cerai? Lalu diusir? Apa apaan itu?! Kecelakaan di lokasi syuting tidak mungkin membuatnya bangkrut dan berakhir menyedihkan di bus kan! Lalu apa maksud perkataan ibu itu? Hah! Mendadak otak Fanny yang briliant menjadi dungu.
"Apa maksudnya bu? Saya tidak faham apa yang ibu bicarakan? Diceraikan dan di usir? Bagaimana bisa?" tanya Fanny bertubi tubi dengan panik.
Si wanita paruh baya itu menghela nafas panjang lalu menatap Fanny prihatin lalu mulai menjelaskan, "ibu juga ndak tau bagaimana garis besarnya tapi yang ibu tangkap dari cerita kamu di bus tadi, kamu diceraikan suamimu dan diusir dari rumah suamimu oleh mertuamu karena tidak bisa menghasilkan keturunan bagi keluarga mereka," jelasnya sambil mengusap pipinya yang entah sejak kapan teraliri air mata.
Fanny yang mendengarkan penjelasan si ibu hanya membuka mulutnya lebar, "hah?" jelas saja Fanny malah bertambah bingung.
"Bu, ibu tau saya ini siapa?" tak kehilangan semangat Fanny terus berusaha bertanya untuk menuntaskan kebingungannya.
"Fanny Fabriana. Kamu memperkenalkan nama itu sewaktu di bus tadi. Usiamu baru dua puluh tiga tahun."
Jederrr! Fanny Fabriana? Wtf!!!
Fanny masih sangat ingat namanya adalah Stefanny Aurelie. Dan usianya dua puluh tujuh tahun. Ini yang gila dirinya atau ibu paruh baya itu?!
"Bu, apa ibu tidak mengenal saya? Saya ini aktris bu! Nama saya memang Fanny, tapi Stefanny Aurelie bukan Fanny Fabriana!" papar Fanny gusar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sembarang Janda
FantasiKecelakaan di tempat kerja lalu tiba-tiba terbangun di dunia novel yang dialami Stefanny sukses membuatnya menyadari bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, termasuk transmigrasi. Bukannya mendarat di raga antagonis seperti impiannya Stefan...