7. Kedatangan Ayah Daffa

9.2K 917 2
                                    

Sore ini Fanny dan bu Rani sedang berkutat di dapur untuk membuat aneka kue dengan bahan yang tadi pagi dibeli Fanny di pasar. Sedangkan Daffa, anak yang tadi ditolong Fanny sekarang sedang duduk anteng di ruang tengah sembari menonton siaran kartun anak di televisi.

"Bu, ibu tadi sudah telfon nenek dan ayah Daffa kan bu?" tanya Fanny di sela kesibukannya membuat kue.

"Sudah, katanya mereka berterima kasih sama kamu karena sudah menolong Daffa. Kata mbak Nur juga biar nanti Daffa dijemput ayahnya disini, mumpung anaknya anteng, ndak rewel," jawab bu Rani, Fanny hanya mengangguk mendengarnya.

Satu jam kemudian kue yang mereka buat sudah matang, bau harum manis menyeruak memenuhi dapur. Ada beberapa kue yang Fanny dan bu Rani buat, pun jenisnya berbeda beda. Bu Rani membuat beberapa kue kering untuk camilan seperti kue sagu, nastar, putri salju dan lain lain. Sedangkan Fanny membuat aneka cake seperti rainbow cake, red velvet cake, black forest cake dan kue bolu lainnya.

Membutuhkan beberapa jam membuat kue sebanyak itu dan pastinya melelahkan, namun tidak masalah karena Fanny bisa membagikannya ke tetangga dan kerabat bu Rani.

*****

Fanny saat ini tengah bermain ponsel sekaligus menemani Daffa yang tengah menonton siaran kartun anak di televisi. Sambil sesekali menyuapkan red velvet ke mulutnya, Fanny menoleh untuk memastikan Daffa lalu berdecak setelah melihat mulut dan tangan bocah kecil satu itu sedang belepotan oleh cream kue yang dimakannya, padahal Fanny sudah susah payah memandikan si kecil tadi.

"Daffa sini biar kakak bersihin tangan sama mulut kamu," panggil Fanny, si empunya nama langsung menoleh ke arah Fanny dan menatap Fanny dengan mata bulatnya yang polos, melihat itu Fanny gemas sendiri dan memutuskan menghampiri Daffa.

Fanny dengan telaten membersihkan mulut dan tangan Daffa dari cream dengan menggunakan tisu diatas meja, "enak ya kuenya? Sampai kamu celemotan gini, tapi kamu dibolehin makan makanan manis kan sama ayah kamu? Soalnya kan banyak tuh anak kecil yang dibatasi makan makanan manis. Harusnya kamu juga kakak batasin, tapi kamu gemoy sih, kakak jadi gak tega kan." celoteh Fanny panjang lebar yang hanya dibalas kerjaban mata bingung oleh Daffa.

"Ehm." suara deheman berat seseorang dari belakang membuat Fanny berjengit kaget, untung saja dia tidak sampai terjungkal.

"Maaf kalau saya mengagetkan kamu, tadi saya sudah salam tapi karena tidak ada yang menjawab saya langsung masuk," ucap pria yang mengagetkan Fanny.

"Iya nggak papa, saya juga yang salah karena terlalu fokus sampai tidak mendengar ada tamu. Mas nya ini siapa ya? Mau bertemu bu Rani? Sebentar saya panggil beliau dulu." Fanny berbicara dan bertanya tanpa memberi jeda si tamu untuk menjawab maksud kedatangannya.

"Ayah!" baru saja Fanny berbalik dan hendak mencari bu Rani, namun baru dua langkah dia dikejutkan oleh teriakan Daffa yang memanggil pria tersebut ayah, sontak Fanny langsung membulatkan matanya setelah tau si tamu ternyata adalah ayah dari si kecil Daffa.

Menoleh, Fanny mendapati si pria sudah berjongkok dengan Daffa dipelukannya. "Jagoannya ayah. Sudah mandi kamu hm? Ndak nakal kan selama disini?" tanya pria itu lembut sembari mengelus rambut Daffa.

"Ndak ayah, Daffa pintel ndak nangis. Daffa juga mam kue cendili hihihi." kikik Daffa antusias menjawab pertanyaan ayahnya.

"Oh ya? Wah pinternya anak ayah. Nanti ayah kasih hadiah dirumah. Tapi Daffa juga harus ingat pesan ayah kalau kita punya sesuatu kita juga harus berbagi. Jadi Daffa sudah sisakan untuk bang Dimas apa belum?" tanyanya lagi.

Menunduk sedih, Daffa menjawab dengan cicitan, "ndak ayah, Daffa lupa. Maafin Daffa ya ayah. Nanti Daffa mintakan lagi sama bunda, pasti dikasih. Bunda kan baik," seru Daffa semangat.

Fanny melotot horor mendengar celetukan Daffa, si bocil memang meresahkan ya bund, wkwkwk.

Sedangkan Ardi, ayah Daffa mengernyit bingung lalu bertanya lagi, "Daffa kalau mau minta maaf ya sama abang dong, kan yang bersangkutan abang, bukan ayah. Oh iya tadi yang Daffa panggil bunda itu siapa nak?" tanya nya hati hati.

Sontak Daffa berlari ke arah Fanny dan memeluk erat kaki Fanny yang sedari berdiri mematung menyaksikan interaksi antara ayah dan anak itu. "Ini bunda Daffa, nanti bunda ikut kita pulang kan ayah? Coalnya Daffa mau dibacain buku celita cama bunda kaya temen temen Daffa." celoteh Daffa riang yang tidak ditanggapi Fanny dan ayahnya, keduanya masih syok atas pertanyaan dan pengakuan Daffa.

"Eh kamu sudah datang Di? Baru pulang kerja? Mau jemput Daffa sekarang?" kehadiran bu Rani dari dapur membuat suasana yang tadinya beku tampak mencair seketika. Beliau menggiring Ardi untuk duduk dengan Daffa di gendongannya.

"Inggih bulik, niki wau dari rumah. Mandi dulu, baru kesini," jawabnya seraya menyalim tangan bu Rani.

"Oalah, ya sudah duduk dulu, minum kopi dulu. Nduk tolong buatkan ya," pinta bu Rani pada Fanny yang sedari tadi diam.

"Iya bu, Fanny ke dapur dulu."

"Yang tadi itu namanya Fanny, calone Satria. Lha Fanny kui sing bulik ceritaake di telfon tadi," jelasnya.

"Inggih bulik, Ardi ingat," timpal Ardi.

"Lha Dimas nandi? Kok gak ikut?" tanya bu Rani heran.

"Alhamdulillah Dimas sekarang kalau sore ini sudah mau ikut mengaji di TPQ bulik."

"Alhamdulillah ya bagus itu, mumpung masih kecil harus dibiasakan mengaji," kata bu Rani yang diangguki Ardi.

Tak lama Fanny datang dengan tangan yang memegang nampan. Ditaruh nya kopi milik Ardi dan teh hangat milik bu Rani dimeja, tak lupa Fanny juga menyuguhkan beberapa kue yang tadi dibuatnya bersama bu Rani.

"Ayo monggo diminum kopine Di. Kue nya juga dimakan, Fanny karo bulikmu iki sing nggawe, wis mesti enak." Bu Rani mempersilahkan.

"Maaf bu, mas saya permisi pamit ke belakang dulu." pamitnya

"Iya nduk, sekalian tolong bungkus kan beberapa kue untuk dibawa pulang Ardi ya," pintanya yang diangguki Fanny.


"Tidak usah bulik, ini saja Ardi sudah banyak merepotkan bulik dan Fanny untuk menjaga Daffa." Tolak nya halus.

"Wis tho rapopo le, bulik ndak merasa direpotkan. Daffa kan juga cucu bulik, lagian dari tadi anakmu iki pinter, anteng, ndak rewel," ucap bu Rani menenangkan.

"Ya sudah kalau begitu matur suwun bulik. Daffa bilang apa sama eyang Rani?" komando Ardi pada Daffa, putranya.

"Telimakacih eyang Lani hehe," ucap anak itu lucu.

"Ya sudah bulik Ardi sama Daffa pamit pulang dulu," pamit Ardi dengan Daffa di gendongannya. Bersamaan dengan itu juga Fanny keluar dengan bingkisan berisi beberapa kue yang akan di bawa pulang oleh Ardi.

Bu Rani dan Fanny mengantar Ardi dan Daffa sampai depan rumah. Saat Ardi akan melajukan sepeda motornya tiba-tiba Daffa menangis dan meminta Fanny untuk ikut.

"Bunda napa ndak ikut? Ayo ikut Daffa pulang bunda, Daffa cendilian di lumah hiks hiks," ucap Daffa disela tangisannya.

Fanny bingung harus bagaimana sedangkan Ardi berusaha menenangkan sangat anak, pun bu Rani ikut membujuk Daffa.

Setelah beberapa menit membujuk Daffa, akhirnya Daffa mau pulang tanpa Fanny asalkan besok Daffa ingin bertemu dan bermain lagi bersama Fanny. Fanny hanya mengiyakan, tidak mau memperpanjang drama hari ini, lagipula dia juga suka Daffa yang lucu dan dia juga jadi punya aktivitas lain, yaitu bermain bersama Daffa.

*****

Tbc

Bukan Sembarang JandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang