Chapter 9 : Rainy day

965 101 17
                                    

3nd POV

Menatap ke depan, rintik hujan mengguyur dengan deras. Gempa menghela nafas, dirinya dan saudaranya sekarang ini sedang terjebak di sekolah karena hujan yang tiba-tiba mengguyur kota. Sudah hampir setengah jam, namun hujan belum juga berhenti. Samar samar Gempa dapat mendengar Blaze mengerang kesal. Mengingat saudaranya itu hiperaktif, terjebak seperti ini pastinya hal yang sangat menyiksa baginya.

Thorn menendang nendang udara. Cemberut terbentuk di wajahnya. "Kapan hujannya berhenti.. Thorn bosaaann," gumamnya menggerutu kecil.

"Tunggu dan sabar saja, paling sebentar lagi bunda bakalan jemput," Halilintar berkata, sudah bosan mendengar gerutuan adik adiknya.

"Ya tapi kapaaannn? Kita sudah menunggu lama di siniii," Taufan menghentakkan kakinya kecil.

Halilintar sendiri memilih diam, malu menjadi pusat perhatian karena tingkah Taufan. Teman teman mereka menggeleng pasrah, hapal betul dengan kelakuan saudara saudara itu. Lagi lagi Gempa hanya dapat menghela napas, dirinya memandang rintikan hujan yang tampak tak akan berhenti dalam waktu dekat.

"KAAAKKK!!!"

Lengkingan nyaring yang mampu membuat semua orang mengalihkan perhatian pada sumber suara. Disana, seorang gadis kecil tampak melambai dengan semangat dan senyum lebar di wajahnya. Dengan mantel Keropi hijau yang menutupi seluruh tubuhnya, mencegahnya basah terkena air hujan.

Setelah menyadari siapa yang memanggil, Taufan dengan semangat balas melambai. Diikuti dengan Blaze dan Thorn yang menirukan aksinya.

"[NAMEEEE]!!" Balas mereka bertiga. Tanpa mempedulikan banyaknya perhatian yang ketiganya timbulkan, mereka balas melambai dengan santai. Halilintar berusaha sekuat tenaga untuk tidak memukul ketiga adiknya itu.

Gadis kecil yang di panggil namanya terkikik. Berlari menghampiri kakaknya. Kemudian merentangkan tangannya di depan Solar, meminta di gendong. Solar yang sebelumnya menggerutu karena berada di bagian depan dan hampir terkena hujan, kini merasa paling beruntung karena adiknya menghampirinya (dia yang paling dekat).

Siswa siswi yang kebetulan juga sedang berteduh dan menunggu jemputan langsung merasa gemas melihat tingkah gadis kecil itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siswa siswi yang kebetulan juga sedang berteduh dan menunggu jemputan langsung merasa gemas melihat tingkah gadis kecil itu.

Dengan senyum kemenangan, Solar mengangkat [Name] ke rangkulannya. Satu tangannya menggendong sang adik yang merangkul lehernya. Satu tangannya lagi menarik sedikit kelopak mata bawahnya, sambil menjulurkan lidahnya kehadapan saudaranya yang lain.

Dan tentunya mendapatkan reaksi kesal dari yang lainnya. Untunglah tepat sebelum dimulainya kekacauan akibat ulah Solar, bunda sudah lebih dulu datang dan melerai mereka. Pada hari itu, siswa siswi yang kebetulan berteduh menunggu jemputan membuat catatan pribadi untuk diri mereka sendiri. Lain kali hari hujan, mereka akan berteduh dekat Elemental bersaudara untuk bertemu dengan si kecil manis yang berlarian di bawah hujan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC..

Published : 02-Feb-23
Revisi : -

When I re-read my old book :

When I re-read my old book :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sowwyyy (⁠。⁠ノ⁠ω⁠\⁠。⁠)

Memories : Boboiboy & Lil sis Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang