Bab 10

555 36 2
                                    

Karna Evelia memilih tinggal di kontrakan sedang mereka tidak memiliki persediaan bahan makanan, atau yang lainnya. Elang pun mengusulkan untuk berbelanja. Membeli apa pun yang mungkin saja akan mereka butuhkan selama tinggal di sana. Jadi di sinilah saat ini mereka, berkeliling supermarket untuk berbelanja. Membeli apa pun yang menurut mereka penting.

Selagi Elang mendorong troli belanja, Evelia berjalan di depannya. Memilih-milih apa yang harus di beli dan dibutuhkan mereka nanti.

"Aku rasa belanjaan kita sudah cukup, Lang." Ucap Evelia begitu melihat troli yang di dorong Elang nyaris penuh. Padahal mereka tidak tahu sampai kapan akan tinggal di kontrakan itu, tapi Elang bersikap seperti mereka akan tinggal di sana dalam waktu yang lama. Berbelanja dengan sangat berlebihan. Dia tahu jika pria itu punya banyak uang, hanya saja ini sudah sangat keterlaluan menurutnya.

"Kamu yakin sudah membeli semuanya?" Tanya Elang ikut memperhatikan troli. "Kita bisa keliling lagi kalau kamu merasa masih ada yang kurang." Usulnya santai.

"Nggak, aku merasa ini sudah lebih dari cukup untuk persediaan kita selama di kontrakan."

Elang diam tak menjawab, namun dia terlihat berpikir.

"Oh, kita belum membeli cemilan, dan es krim, malam ini kita bisa menghabiskan waktu menonton di kontarkan. Jadi kita butuh cemilan untuk menemani kita nonton." Ucap Elang. Tanpa menunggu persetujuan Evelia, dia pun berlalu, melewati Evelia begitu saja.

Biar saja dia membeli apa pun yang tidak begitu penting. Tapi saat ini, dia sedang tidak ingin menyudahi acara berbelanja mereka. Melihat bagaimana Evelia yang begitu fokus, ditambah wanita itu yang sesekali bertanya padanya. Meminta pendapatnya membuat Elang merasa senang. Dia seakan berada di dekat istrinya yang dulu. Yang selalu peduli dengan pendapatnya. Bukan hanya itu, saat ini mereka bahkan terlihat layaknya pasangan baru yang baru menikah. Tidak ada wajah tidak nyaman Evelia, respon tubuhnya yang terlihat menjaga jarak, atau sikap kikkuk wanita itu setiap kali berdekatan dengan dirinya. Mereka layaknya pasangan pada umumnya. Benar-benar terlihat bahagia. Dan Elang suka melihat itu.

"Elang, kamu yakin akan membeli es krim sebanyak itu?" Evelia menggeleng melihat Elang yang memasukkan es krim cukup banyak ke dalam troli. Porsinya begitu berlebihan.

"Mmm," gumam Elang. "Kenapa? Kamu ingin membeli rasa lain?" Tanyanya tanpa rasa bersalah, sama sekali tidak memperhatikan Evelia yang meringis di tempatnya.

Tidak menyangka, Elang yang terlihat cool, dewasa dan penuh pengertian bisa bersikap kekanak-kanakan seperti sekarang ini.

"Nggak, hanya saja kita nggak punya lemari es di sana, Lang. Jadi, aku rasa, kamu terlalu banyak-"

"Kalau gitu nanti kita bisa mampir ke toko elektronik. Kita juga bisa membeli rice cooker, kipas angin, atau AC juga. Dan beberapa alat elektronik lainnya."

Evelia melongo tak percaya. Antara takjub dan tak habis pikir.

"Kita juga bisa mampir ke toko furniture, dan membeli-"

"Ok, Lang, Stop!!" Teriak Evelia tanpa sadar. "Kamu tahu kita hanya tinggal di sana sementara waktu, kan? Lalu kenapa kita harus berbelanja barang-barang seperti itu? Itu nggak perlu, Lang."

"Kenapa? Aku nggak keberatan membelikannya, Vi. Lagi pula jika kamu ingin tinggal di sana lebih lama juga aku nggak keberatan." keukeh Elang dengan santainya.

Dia tidak berbohong soal itu, dia benar-benar mau tinggal di sana asal bisa lebih dekat dengan Evelia dan membuat wanita itu merasa nyaman. Walau ada yang harus dia bayar dengan mahal, yaitu jam istirahatnya dan jam kerejanya bisa saja berkurang cukup banyak. Dia tidak masalah.

Akan'kah Badai Berlalu? (Sekat Tak Berjarak) SELESAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang