Bab 17

463 52 0
                                    

"Elang, aku sudah sembuh. Lihat, aku benar-benar sudah sembuh."

"Elang!"

Elang hanya diam, pura-pura tidak mendengar seruan Evelia yang terdengar menggelikan di telinganya. Semakin menenggelamkan fokusnya pada laptop di depannya.

Sudah beberapa hari semenjak hubungan mereka membaik, dan Evelia tidak begitu canggung padanya. Wanita itu terus menerornya dengan pertanyaan kapan dia menceritakan semua yang ingin ia tahu.

Dan Elang hanya membalas semua kata-katanya dengan lirikan atau melengos malas. Pura-pura tidak mendengar atau menghindar saja.

Tapi semenjak Elang menginjakkan kakinya di dalam kamar setelah pulang kerja tadi, Evelia tidak kehabisan akal untuk terus memaksanya berbicara. Bahkan wanita itu terlihat sengaja memakai pakaian yang tipis untuk menarik perhatian Elang.

Yah, semenjak dia sembuh dari sakitnya, dan Elang kembali tidur dengannya. Wanita itu berhasil menarik semua perhatian Elang, pengecualian jika dia bertanya tentang sesuatu yang ia hindari juga tidak ingin dibahas.

Contohnya saja, kenapa di usia pernikahan mereka yang sudah cukup lama mereka belum memiliki anak? Lalu perihal keluarga wanita itu. Yang kenapa saat dia sakit tidak ada yang menjenguknya satu pun? Di mana keluarganya saat ini dan masih banyak lagi, semua itu membuat Elang langsung pusing dan kesal.

"Mas Elang,"

Elang tersedak air liurnya sendiri mendengar panggilan Evelia. Juga bagaimana wanita itu memanggilnya.

Menoleh ke arah Evelia yang kini tersenyum manis, Elang mengeram kesal begitu melihat tatapan mata menggemaskan wanita itu. Yang lagi-lagi membuatnya lemah.

"Udah janji loh kemarin," serunya tanpa rasa bersalah.

Mengeram kesal, Elang pun menutup laptopnya begitu saja. Menimbulkan senyum lebar Evelia di tempatnya. Tanpa canggung atau malu, ia pun mengambil tempat duduk di samping Elang. Menghadap pria itu dan bersiap mendengar apa yang akan pria itu katakan.

"Ayo cerita."

"Apa?" Tanya Elang terdengar malas.

Kesal lantaran suaminya berbelit-belit, Evelia pun mencubit gemas perut Elang membuat pria itu mengaduh sakit dan menjauhkan tangannya.

"Bohong banget sih jadi orang, kemarin janji mau cerita. Giliran di tagih ngeles terus. Niat cerita nggak, sih?" Ucap Evelia kesal, hingga air matanya terlihat menggenang di pelupuk mata. Siap jatuh jika saja dia berkedip.

Mengusap wajahnya kasar, Elang memberi isyarat untuk mendekat. Yang sama sekali tidak dituruti oleh Evelia. Dia hanya diam di tempatnya dengan tatapan lurus.

"Mau dengar ceritanya nggak?"

Evelia mengangguk beberapa kali. Namun belum bergerak sedikit pun.

"Ya udah sini!"

Menurut, Evelia pun pada akhirnya mendekat. Pasrah begitu Elang menarik tubuhnya untuk merapat pada tubuh pria itu.

"Mau dengar dari mana dulu?" Tanya Elang dengan ibu jari mengusap pipi Evelia yang terdapat lelehan air mata karna wanita itu berkedip.

"Dari kita."

"Kita?" Ulang Elang. Evelia melotot kesal membuat Elang terkekeh geli.

"Bukannya aku udah bilang kalau kita belum mau memiliki anak? Apa lagi yang kurang jelas?"

"Alasannya." Jawab Evelia tanpa ragu. "Apa alasan kita belum punya anak sampai sekarang?"

"Jangan ada yang di tutupi, aku mau dengar semuanya!" Tambah Evelia begitu Elang sudah akan membuka mulut.

Akan'kah Badai Berlalu? (Sekat Tak Berjarak) SELESAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang