Bab 18

611 49 1
                                    

"Selamat pagi,"

Evelia tersenyum membalas sapaan Elang di sampingnya.

"Morning kiss," seru Elang setelah mencium sudut bibirnya Evelia. Evelia berdecak namun tidak protes sama sekali.

Dengan santai dia malah meletakkan tangannya di pinggang Elang. Meletakkan kepalanya di dada pria itu, membiarkan telinganya mendengar detak jantung Elang yang tak beraturan.

"Kenapa?"

"Hmm?"

Mendaratkan bibirnya di puncak kepala istrinya, Elang berkali-kali mengecup puncak kepala wanita itu. Tangannya pun tidak tinggal diam, membalas pelukan Evelia yang jarang ia terima.

"Tumben sekali kamu bersikap seperti ini? Kenapa? Apa semalam kamu mimpi buruk?"

Elang bisa merasakan Evelia menggeleng dalam pelukannya.

"Hanya ingin." Evelia mengangkat sedikit kepalanya. "Kenapa? Nggak boleh?"

Mengeratkan pelukannya, Elang pun menghujani Evelia dengan ciumannya. Hingga wanita itu terkikik geli, berusaha menjauhkan tubuhnya dari pria itu.

"Geli, Elang, hentikan!"

Elang tak menggubris, dia terus mencium Evelia hingga kini tubuh wanita itu terlentang di atas ranjang. Terus menghujani wajah wanita itu dengan ciuman yang sesekali ikut tertawa renyah lantaran merasa gemas.

"Hentikan, Elang."

"Katakan ampun dulu!"

"Elang,"

"Ampun, sayang!" Seru Elang terdengar membujuk. Memerintahkan Evelia untuk mengikuti ucapannya.

"Hahah, geli, Elang."

"Ampun, sayang?!" Perintah Elang lagi. Mengulang ucapanya.

Berusaha menjauhkan wajah Elang yang terus menciumnya, sedang kedua tangan pria itu sesekali menggelitik perut juga pinggangnya, Evelia pun pada akhirnya menyerah.

"Ampun, sayang, ampun."

Gerakan tangan Elang terhenti, begitu pun wajahnya yang menatap Evelia puas.

"Apa? Coba ulangi lagi!"

Dengan nafas terangah-engah, Evelia pun membalas tatapan mata Elang.

"Ampun,"

"Ampun?" Beo Elang menunggu. Menunggu kelanjutan ucapan Evelia.

"Ampun apa?"

Sudut bibir Evelia berkedut melihat wajah Elang yang menatapnya menunggu. Terlihat begitu menggemaskan juga lucu di matanya.

"Vi?"

Tertawa renyah, Evelia pun menangkup wajah Elang lembut. "Sayang," serunya terdengar menggoda. Membuat Elang ikut tersenyum lebar.

"Lagi?" Pintanya.

Evelia menggeleng, menarik tangannya turun.

"Lagi, Vi!"

Tawa Evelia kian terdengar renyah, begitu candu untuk Elang yang mendengarnya.

"Kamu ingin aku panggil sayang?"

"Hmm." Angguk Elang tanpa ragu. Meletakkan keningnya di atas kening Evelia. Memejamkan mata begitu tangan lembut wanita itu mengusap pipinya lembut. "Lagi!"

"Kenapa?"

Membuka matanya, kedua mata tajam Elang bertamu tatap dengan mata sayu Evelia. Saling tatap dengan senyum menghiasi wajah mereka satu sama lain. "Aku suka mendengarnya."

Akan'kah Badai Berlalu? (Sekat Tak Berjarak) SELESAI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang