Bab 22. Tentang Rasa

6K 451 78
                                    

Absennya Mana yoerobun? 2x Update nih😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Absennya Mana yoerobun? 2x Update nih😍

Ada kulit yang bisa merasakan dingin dan panas,
ada lidah yang mengecap rasa

Ada rasa di hati yang tersimpan rapi.
.
.
~~Tentang Rasa

Aku mengeringkan rambut dengan handuk, sambil duduk di ruang tamu. Bagas menyodorkan susu cokelat hangat ke arahku. Masih dalam keadaan diam, aku menyesap susu itu secara perlahan.

"Makasih kak!" Aku tersenyum tipis, lalu kembali menatap susu cokelat di tanganku. Pikiranku melayang pada kejadian tadi. Troy bahkan tak mengejar ku. Aku mendesah pelan, jika dipikirkan lagi, untuk apa pria dingin itu mengejarku? Pernikahan kami hanya atas dasar tanggung jawab. Saat aku menangis tadi, mungkin saja efek marah saat melihat apa yang menjadi milikku dekat dengan Airin, aku tak suka semua yang ku miliki diambil lagi.

"Kamu sekarang suka main hujan ya, padahal dulu gak suka!" Aku menoleh ke arah Bagas. Pria itu sedang menatapku dalam.

Membenarkan kalimat Bagas, aku benci hujan karena membuat basah, apalagi ketika aku sedang berpergian.

"Entahlah kak." Jawab ku seadanya.

"Kamu banyak berubah." Memikirkan perubahan, aku tak tahu apa yang Bagas maksud.

"Waktu bisa merubah seseorang, dan kak Bagas juga banyak berubah."

Aku ingin menambahkan kalimat, berubah karena jalang itu. Tapi, segala umpatan kasar untuk Airin, ku simpan sendiri. Kami terdiam lagi mungkin sedang bergumul dengan pikiran masing-masing.

Aku bangkit berdiri, barbeque malam ini tak jadi di taman belakang, tapi kami tetap makan di meja makan. Mungkin yang lainnya sedang di meja makan.

"Ta!" Aku menghentikan langkahku saat suara Bagas kembali terdengar, tapi tubuh ku tetap membelakanginya.

"Aku harap untuk kedepannya, rasa itu masih tetap sama."
Menyerap kalimat Bagas, bukankah artinya dia meminta ku untuk tetap menyukainya. Tapi kenapa? Bukannya Bagas sangat menyukai Airin?

"Kenapa?" Aku menoleh menatap Bagas yang masih duduk dan menatap ku. Bagas juga tahu jika aku menyukainya sejak aku masih SMP. Tapi, Airin seperti magnet yang menarik Bagas untuk menjauhiku. Setiap kali acara, dan mengundang keluarga Bagas, Airin akan menempeli Bagas seperti perangko, membuat aku marah dan terjadi keributan. Sejak dulu aku sudah dicap sebagai perusuh.

"Tetap jadi Wita yang aku kenal!"

Bagas pergi begitu saja saat melihat Airin turun dari tangga. Dia menghampiri Airin dan tersenyum lembut. Aku mencengkram erat gelas di tanganku, lalu tersenyum sinis.
Kenapa juga aku harus tetap sama? Mereka yang membuat aku berubah, bahkan aku juga tak mengenal diriku sendiri. Tak ingin menonton drama picisan, aku melangkah menuju meja makan. Perut ku sudah keroncongan, butuh asupan makanan.

Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang