Bab 29. Cintai Aku

6.3K 419 35
                                    

😅Hallo semuanya. Maaf karena baru update. Kemarin hari rabu, hari penuh kesibukan hingga ketiduran, dan gak sempat buka WP. Emang dalam beberapa minggu ini, aku bakal sibuk banget😭
Masih ada yang nunggu?

Mana absen dulu dong😘

Aku menatap kulkas yang kosong. Tak ada sayur-mayur. Sejak kemarin setelah pulang dari Kos Saras, aku dan Troy seperti semula. Aku tetap judes. Jika aku lemah sedikit saja, Troy pasti akan berbuat sesuka hati, dan menindasku. Tidak, hal itu tidak boleh terjadi.  Biar aku beri pelajaran, bagaimana bersikap yang sebenarnya dengan perempuan.

"Ta, saya lapar!'
Aku menye-menye, masih menatap kulkas, mengambil buah jeruk. Hari ini kuliah jam sepuluh.

"Ya makan, memangnya gue rumah makan yang menyediakan aneka macam makanan?" Sinisku tak peduli, jika kodratku di rumah ini seorang istri. Aku memang pendendam kelas atas. Saking dendamnya, aku belum memaafkan papa, dan aku sangat benci dengan Airin dan mamanya.

"Kan tugas kamu sebagai is-"

"Beli aja di luar kebetulan gue juga laper, nih lihat tangan gue, baru nyalon kemarin dulu!" Potongku cepat, sebelum Troy menyelesaikan kalimatnya.

Aku tak ingin masak, buat apa perawatan mahal-mahal kemarin jika ujung-ujungnya rusak. Apalagi kuku-kukuku sudah dicat dengan cantik dengan ukiran bunga di atasnya. Aku menatap penuh sayang jari-jariku. Mengingat nyalon, aku baru kepikiran, bagaimana Troy bisa tahu jika aku di kafe depan salon?

"Tunggu, kok lo tahu gue di Kafe kemarin?" Aku juga masih ingat, jika Troy masih memakai celana pendek dan baju hitam. Mobil yang Troy pakai adalah mobil Mas Ical. Pria ini seperti memata-mataiku. Lalu, bagamana bisa dia tahu jika aku di rumah Saras?

Troy masih menatapku datar. Tak ada jawaban, bisa ku tebak, pasti bos Troy yang beritahu. Perempuan itu akan menjadi musuh keduaku setelah Airin. Tapi, bagaimana dengan kosnya Saras? Bagaimana bisa dia tahu?

Aku menatap penuh ke arah Troy. Pria ini mungkinkah, diam-diam dia sering mengikutiku?

Troy melangkah menuju pantri dapur, aku diam saja di depan kulkas, mengamati apa yang akan dia lakukan. Benar saja pemirsa, dia nyuci beras dan masak. Inikan suami idaman kaum istri. Punya suami emang harus ginikan, bisa bantu istri masak? Bukan hanya marah-marah dan menyalahkan istri tak jelas. Tumben-tumbenan dia diam saja tak marah saat aku bilang tak ingin masak, karena kuku-kukuku baru perawatan. Biasanya main ancam-ancaman. Tapi, kalimat yang Troy ke luarkan selanjutnya, benar-benar membuatku bingung dan naik darah.

"Hari ini makan sama ikan tunjuk!"

"Ikan tunjuk apaan?" Tanyaku bingung. Baru aku dengar ikan dengan nama tunjuk, atau ikan tunjuk.

"Garam!" Tunjuk Troy pada toples berisi garam yang sejajar dengan bumbu-bumbu lain di lemari.

"Kenapa?!" Protesku tak terima.
Mana bisa aku makan dengan garam.
Big No. Anak kosan kali yang makan pakai garam pas tanggal tua.

"Minta aja lauknya di nyalon!"
Troy pergi begitu saja.

Aku mebuka mulutku ingin meneriaki Troy. Gemas ingin mencakar wajah Troy.

"Bukannya bulan ini terima gajikan?" Aku masih tak terima, mengikuti Troy hingga ke kamar.

Dia membuka laptop, dan entah apa yang ingin dilakukan. Aku tak peduli, jika suara cemprengku akan mengganggu aktivitasnya.

"Saya belum terima gaji!"
Jika sudah pakai saya-kamu, artinya Troy dalam mode dingin. Seperti ini aku mulai memahami pelan-pelan sikap Troy. 

"Ya utang aja!" Seruku asal.
Intinya aku tak ingin makan dengan ikan tunjuk. Aku baru ngeh, maksud ikan tunjuk itu, jari telunjuk dicolek ke garam terus di masukan ke mulut, makan dengan garam.

Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang