Bab 40. Jangan Lupakan Aku

6K 447 57
                                    

Mana absenya?
Kasih❤ sebanyak-banyaknya😘
Cakra Khan || Kepada Hati
Enak banget lagu ini, pas banget dengar di part ini😣

Jangan menyia-nyiakan waktu. Karena jika sudah berlalu, tidak bisa kembali lagi.

~~Tentang Waktu

Aku menatap dari balik kaca pintu kamar, Airin yang sedang menyuapi Troy. Aku baru saja keluar dari ruangan dokter. Benturan keras di kepala Troy menyebabkan amnesia.

Tak masalah jika Troy melupakan atau membenciku, kali ini backingan terkuatku adalah mama mertua. Hanya saja, aku tak paham, kenapa dia masih membiarkan Airin terus berdekatan dengan Troy. Dari raut wajah keluarga Troy, mereka seakan tak suka dengan Airin, tapi hanya diam saja tak ingin ikut campur.

Ayolah Wita, ini bukan masalah. Jangan berkecil hati.

Aku berusaha menguati hatiku, agar bersikap biasa saja, menyaksikan Troy yang disuapi Airin. Perempuan ini tak tahu malu, dia terang-terangan ingin merebut Troy dariku.

"Ta, apa gak sebaiknya kita penjarain pelakor itu?" Usulan Ilon ingin sekali aku lakukan. Hanya saja apa buktinya?

Malahan, dia memiliki bukti yang kuat tentang aku dan Bagas. Bagaimana cara Airin merekam video itu?

Aku mengambil handphone, mencari nomor yang seminggu ini aku hindari.

**

Aku masih diam menikmati aroma kopi yang menyebar di sekitaran meja kami duduk. Tak sendirian, aku juga menyeret Ilon dan Azka. Kenapa aku menarik Azka? Entahlah, pria kutub sejenis dengan Troy ini, aku butuh bantuannya selain Ilon. Ada yang lebih menarik dari Azka, dia memang misterius selalu memakai pakaian hitam. Fokus mataku kembali menatap Bagas yang sejak tadi diam. Ilon beberapa kali berdehem pelan, mengusir keheningan.

"Aku minta maaf!"

Kalimat maaf dari Bagas sudah ku dengar di rumah sakit. Bahkan dia beberapa kali mengirimiku pesan dan mengajak bertemu.

"Ta, gue sama Azka ada keperluan!"

Aku mengerutkan kening dalam, saat Ilona menarik Azka pergi dari sini. Aku baru tahu jika Ilona bisa sedekat itu, sampai menarik tangan seorang Azka. Dia gadis pemberani. Atau mungkin mereka hanya ingin memberi Bagas dan aku ruang berbicara. Menatap ke arah Bagas, dia tampak tenang, wajah itu, tatapan itu, penampilan itu masih tetap sama. Dia masih tetap tampan seperti Bagas yang dulu aku sukai. Menatap lamat-lamat wajah Bagas, kemana rasa sukaku pergi?

"Troy sudah sembuh ya?" Bagas kembali membuka suara. Mendengar nama Troy agak sensitif di telingaku.

"Dia sedang dirawat mantan tunanganmu. Hebat sekali dia."

Aku mencibir ke arah Bagas. Bukankah Bagas selalu membela dan menyanjungi batapa baiknya Airin, berbeda dengan aku yang kasar dan jahat.

Bagas menarik sudut bibirnya, tersenyum penuh kepaksaan.

"Aku yang bodoh."

Aku masih diam, keheningan melanda kami beberapa detik. Lalu suara Bagas kembali terdengar.

"Jika saja waktu bisa diputar, aku tak mungkin menyia-nyiakan masa dimana kamu begitu menyukai dan terus mengejarku."

Mengejar? Benar, aku pernah bersikap bodoh, tak peduli Bagas terus mengacuhkanku.

"Kamu tidak apa-apa berpisah dengan Airin?"

Satu hal ini sejak seminggu lalu sudah ada di kepalaku. Ku lihat Bagas biasa saja saat melihat Airin di rumah sakit. Berbeda dengan sikapku saat patah hati, sampai tak sadar tidur dengan Troy. Pria kaya yang pura-pura miskin. Sangat drama hidup suami dadakanku itu.

Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang