Bab 15. Ciuman Mempermudah

8.3K 396 1
                                    

Jika jalur yang biasa terlalu jauh dan lama, kenapa tidak ikut setapak saja, lebih dekat dan mudah.

~Jalan Pintas

Aku terbangun dari tidurku. Mataku menatap tanganku yang masih diganggam Troy. Mengingat kembali apa yang terjadi, beberapa jam yang lalu, aku mengecek suhu tubuh Troy, entah apa yang Troy mimpikan, dia bahkan mengeluarkan peluh begitu banyak, dan mengerang pelan seperti ketakutan. Saat aku akan pergi, Troy menarik tanganku dengan erat. Walaupun semalam aku begitu marah padanya, seakan menguap saja saat melihat wajah sakit Troy. Menyebalkan, kenapa aku tak bisa marah sekarang, harusnya aku biarkan saja Troy mati. Wajah Troy ketika tidur begitu polos, jika dibandingkan dengan Bagas, wajah Troy lebih tampan, hanya saja Bagas kaya raya sejak lahir, dan Troy si miskin yang digilai mahasiswi, Troy juga merangkap sebagi asisten dosen. Pintar dan tampan. Hanya saja aku tak pernah meliriknya, bahkan tak peduli padanya. Dulu ketika masih maba, semua mengagumi Troy, Bagas, Azka dan Bram, empat senior ganteng, dan keren sekampus. Pertemuanku dengan Troypun terbilang tak ada kesan apapun. Kami hanya sekedar saling lirik lalu pergi. Atau ketika aku datang membawakan brownies buatan oma untuk Bagas, dan di situ ada Troy, Azka, dan Bram di rumah Bagas, aku dan Troy juga tak saling sapa, walau hanya Bram yang terus menggodaku. Troy lebih memilih tidur memakai headset. Takdir benar-benar mengejutkan.

"Sudah selesai mengamati?" Suara berat dan datar itu mengejutkan. Sontak aku bangkit dari duduk dan menatap tak suka seperti biasanya.

"Siapa yang ngamatin lo? Gak penting banget. Pegel tangan putih mulus gue." Aku mengebaskan rambut lalu pergi begitu saja. Setelah menutup pintu kamar, aku memejamkan mata sejenak. Kenapa aku selalu sensian ketika berbicara dengan Troy?

**

Selesai mencuci piring kotor, ketukan pintu dan suara dari luar membuat aku mendesah malas. Siapa tamu yang datang di waktu maghrib. Membuka pintu dengan cepat aku mengerutkan keningku saat seorang wanita paru bayah yang begitu cantik berdiri di depan kontrakkan.

"Cari siapa ya bu?" Perempuan itu tersenyum menatapku dari ujung kaki sampai rambut. Aku semakin curiga dia adalah kekasih gelap Troy, bisa-bisanya perempuan tua ini menatapku seakan mengukur siapa yang lebih cantik, bedanya dia tersenyum lebar. Aku juga ikut menatap tampilannya, modis dan cantik, bisa ku tebak dia bukan orang sembarangan.

"Kamu Wita ya, sangat cantik aslinya." Aku mengerutkan kening, siapa perempuan ini? Kenapa juga dia mengenaliku? Jika ku teliti lagi, wajah perempuan ini tak asing.

"Wita, airnya sudah panas belum? Saya mau mandi?" Aku menoleh ke arah belakang, Troy tampak sudah siap untuk mandi, handuk pria itu di letakkan di bahu. Suka saja memerintah.

"Ibu Bos!" kaget Troy melihat kedatangan bosnya.

**

Dari dapur aku mencoba curi-curi dengar, apa yang sedang dibicarakan kedua orang beda usia itu. Bukan aku mau seudjon, tapi wanita ini pernah mengantar Troy pulang, bahkan Troy sampai menipuku tentang baju itu. Tak aku sadari, aku memasukkan lagi gula ke dalam teh.

"Ke dokter aja kalau masih sakit."

Aku menyimpan teh dan kue kering, sesekali mencuri dengar. Waoh, sangat perhatian. Bahasa yang mereka gunakanpun informal.

"Udah membaik, besok aku udah bisa kembali kerja, Bu Bos gak usah kahwatir."
Bisa ku lihat bos Troy mendesah berat, menatap Troy seakan tak percaya.

"Beneran udah gak apa-apa?" Tanya perempuan ini lagi. Aku memasang wajah masam, kenapa perempuan ini lebih perhatian dari pada aku yang notabenenya adalah istri Troy? Bukankah patut dicurigai kedua orang beda usia ini?

Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang