Lembar 4 : Sini, Abang peluk!

1.2K 117 1
                                    


✧・゚: *✧・゚:*



"Pagi bocil-bocil abang" kekeh Abi, sedikit heran ketika Nana dan Langit bangun lebih pagi hari ini, tepatnya jam 5 pagi. Padahal ketika Abi berangkat kerja, mereka bahkan masih berkelana di alam mimpi. Kala yang sedang membuat teh pun tersenyum-senyum saat Langit berjalan gontai dengan muka bantalnya. Hmm, iya kan lucu.

"Ck, kalau ga karena nuntasin pr gue ga bangun" gerutu Langit, sambil membawa buku dan bolpoin nya, lalu duduk di ruang makan, menghadap Abi.

"Ngerjain bahasa Inggris ya?" Abi mencondongkan tubuhnya, melongok isi buku Langit, disambut anggukan dari adiknya yang berusia 18 tahun itu. Nana menghela nafas.

"Tokek satu ini kalo ga digebuk pakai guling nggak mau bangun, bang"

"Bang Nana ih cepuan!" sahut Langit, memutar bola matanya malas. Abi tertawa renyah selepas meneguk teh hangat nya.

"Tapi kan bener, dek" tambah Kala. "Hilihh, tumben pakai 'dek' lo bang" cibir Langit, disambut lirikan sebal oleh Kala.

"Lima menit lagi abang berangkat kerja. Kalian baik-baik, jangan nakal di sekolah ya. Bantuin Bang Kala juga" nasihat Abi, mengelap bibirnya menggunakan tisu.

Langit mengangguk. Lalu turun dari kursinya, menghampiri Abi sambil merentangkan tangannya.

"Peluk!" pinta Langit.

Abi tersenyum, lalu menyambut rengkuhan Langit. Mengusap pelan rambut pemuda itu sembari menghirup bau rambutnya yang candu.

"Semangat sekolahnya, Langit"

"Nata! Ini nggak dimakan?" tanya Kala, menunjuk roti di piring, saat Nata mulai berjalan tergesa-gesa menuju halaman rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nata! Ini nggak dimakan?" tanya Kala, menunjuk roti di piring, saat Nata mulai berjalan tergesa-gesa menuju halaman rumah. Nata menggeleng.

"Buru-buru bang!" teriaknya. Kala hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Nata. Sementara Hainan, yang baru saja bangun, menautkan alisnya selang beberapa menit setelah Nata pergi.

"Tumbenan Bang Nata"

"Mau ngapelin Triska kayanya" kekeh Kala. "Kelas jam 11 hari ini?" tanya Kala, duduk di ruang makan, lalu menenggak kopi hangat nya.

"Hem" Hainan mengangguk. Pemuda itu lalu duduk di samping Kala, menikmati
roti milik Nata yang belum sempat dimakan.

"Bang"

"Hm?"

"Bang Kala capek nggak sih ngurusin kami berlima? Belum lagi Bang Abi yang harus abang sambut kalo pulang malem"

Kala lantas terdiam. Pemuda itu lalu meletakkan gelas kopi nya. Terkekeh kecil lalu menarik tangan Hainan dan didekatkannya tangan Hainan ke dada bidang Kala.

"Selagi abang sanggup, abang nggak pernah capek, Nan. Tugas abang sekarang jagain kalian. Inget kata mamah kan, Nan?"

Hainan tersenyum perlahan.

𝐓𝐮𝐣𝐮𝐡 𝐌𝐢𝐦𝐩𝐢 ✔ [ revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang