Minggu ini, mungkin minggu yang benar-benar ajaib untuk tujuh bersaudara itu. Abi yang tiba-tiba mendapat izin perpanjangan cuti, setidaknya seminggu. Lalu, Kala yang kampusnya tiba-tiba libur selama empat hari. Nata dan Hainan pun belakangan ini pulang awal. Sementara, Nana, Langit dan Aksara, tetap sekolah dan kuliah seperti biasa. Hum, tidak menarik?
Baiklah. Hari ini, hari libur untuk yang bersekolah. Abi pun dirumah. Memakai kaus santai dan celana pendek. Dirinya dengan mahir memainkan gitar di ruang tengah.
Masih pagi, dan Aksara buru-buru menonton TV. Ingin melihat acara TV favoritnya. Lain hal dengan Nana dan Kala yang sibuk bereksperimen membuat kue.
Langit dan Nata sendiri sedang bermain batu gunting kertas di ruang tengah ditemani genjrengan gitar yang lembut dari Abi.
Ah maaf, terlupa. Ya, Hainan. Hainan sedang merecoki Kala dan Nana. Koreksi, tak hanya merecoki, tapi dengan senang hati membantu menghabiskan sisa adonan kue.
Tiba-tiba, atensi Langit yang masih fokus memikirkan cara agar menang bermain batu gunting kertas dengan Nata, harus teralihkan karena Abi memanggilnya.
"Lang"
"Iya, bang?"
"Kapan yuk ke makam mama papa lagi?" katanya. Langit berbinar.
"Nanti sore aja gimana, bang?"
"Harus nanti sore?"
"Yaaaa, mumpung di rumah semua"
Abi mengangguk.
"Nanti tolong belikan bunga ya?" pinta Abi, disambut anggukan dari Langit.
Oh iya, tentang lomba basket kemarin. Tim Langit mendapat juara satu, tentu saja. Setelah ronde pertama yang membuat selisih poin tim Langit berbeda jauh dengan tim lawan, akhirnya di ronde kedua, tim Langit berhasil mengejar poin, dan memenangkan perlombaan.
Ah, kembali lagi ke tujuh bersaudara ini.
"BANG KALAAAAA, BANG NANAAAA, YUHUUUUU" pekik Langit, yang tiba-tiba berdiri. Membuat Nata protes karena permainan mereka berhenti. Langit cengengesan, dan akhirnya mengalah untuk bermain lagi setelah ia kembali dari dapur.
"Bang" panggil Langit saat sampai di dapur. Kala berdeham, masih fokus membentuk kue dengan lihai.
"Nanti sore kita ke makam mama papa" kata Langit, mendekat dan memeluk Kala dari belakang.
"Ntar sore? Bunganya?"
"Nanti gue yang beli. Di tokonya Aisha aja gimana deh, yang deket?"
"Setuju. Gue ikut ya nanti" sahut Nana, disambut anggukan antusias dari Langit.
Bercerita tentang segala hal kepada mama papa, dipadu dengan senja sore nanti membuat Langit diam-diam melukiskan senyuman lembut di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐮𝐣𝐮𝐡 𝐌𝐢𝐦𝐩𝐢 ✔ [ revisi ]
FanfictionBagi keenam adiknya, si sulung itu keren. Ia mampu memendam seluruh rasa letihnya hanya untuk membuat adik-adiknya tak khawatir padanya. Hidup tanpa adanya sosok ibu dan ayah itu memang sulit, tapi si sulung dengan tekadnya, mampu menjadi kakak sek...