1. Diaku, Kota-ku.

783 45 1
                                    

Cerita ini juga tersedia di KBM app, silakan kunjungi di sana untuk bisa membaca sampai tamat dengan username sama.

IstiqaJeinRow

Aku melihatnya bersama perempuan itu, keluar dari rumahku dengan senyum mengembang. Aku membeku persis seperti patung tanpa jiwa, hari itu aku menyadari bahwa aku telah dikhianati di dalam istanaku sendiri.

Bunyi ketukan pelan di pintu membuat jemari seorang wanita yang tadinya asik mengetik itu terhenti. Ia menoleh ke belakang bersamaan dengan terbukanya pintu.

"Habiba," panggil sesosok laki-laki berpakaian santai. "Masih menulis?"

Perempuan yang dipanggil namanya itu menutup laptopnya dengan pelan, ia bangkit menghampiri sang suami dengan senyum tipis. "Iya, ada apa mas?"

"Kamu bilang kebutuhan rumah sudah mulai habis, aku sedang luang hari ini."

Sesaat Habiba tertegun, kemudian senyum kecilnya muncul. Ia menatap Ghazarfal Januzaj Asraf, suaminya dengan binar senang. "Mas Ghaza bisa nganterin aku?"

Ghaza mengangguk karena kepekaan Habiba. Tanpa banyak bicara, ia membalikkan badannya. "Aku tunggu di depan."

Kala Ghaza mulai menjauh, Habiba memekik kecil. Rasa senangnya memenuhi hati, buru-buru ia kembali membuka laptop. Menyimpan file novel yang sedang ia kerjakan lalu menyusul suaminya.

Biar ia beritahu mengenai pernikahannya. Bisa dibilang mereka menikah setelah perkenalan yang cukup. Ghaza merupakan seorang pengusaha muda, saat ini ia bekerja di bawah naungan perusahaan sang ayah. Meski begitu, Ghaza merintis karirnya dari bawah.

Pertemuannya dengan Ghaza kala itu terjadi setelah Habiba menghadiri undangan seseorang yang pernah memakai jasanya untuk menulis sebuah buku biografi. Ghaza adalah teman orang tersebut, lalu mereka dikenalkan.

Habiba tak pernah terpikirkan sebelumnya jika mereka akan kembali dipertemukan dalam kondisi yang benar-benar tak terduga.

Ghaza yang kala itu tengah mengendarai motornya tidak fokus pada jalan. Ia menabrak Habiba hingga membuat gadis itu terluka cukup parah, meski tak sampai patah tulang. Merasa bertanggungjawab, Ghaza menemani dan menyokong penuh biaya serta kebutuhan Habiba di rumah sakit.

Saat itu Habiba memang tinggal sendirian di sebuah kosan daerah Bogor. Orangtuanya tinggal bersama kedua adiknya di bekasi. Ia sengaja tak memberitahu keluarganya perihal peristiwa yang membuatnya menginap di rumah sakit hampir seminggu. Habiba tak mau merepotkan keduanya.

Ghaza lah yang menemaninya dan memperhatikannya. Ia juga merekomendasikannya untuk melamar pekerjaan di sebuah penerbit buku besar setelah tahu dirinya bekerja sebagai penulis online.

Waktu demi waktu berlalu, Ghaza tak memutuskan hubungan ketika Habiba mulai pulih. Jujur saja, rasa suka dan cinta di hati Habiba memang sudah muncul untuk Ghaza.

Siapa yang tak terpesona oleh sosok Ghaza? Meskipun ia tak banyak bicara, namun perhatian kecil Ghaza amat menyentuh hatinya.

Hingga kini, pernikahan mereka melewati 1 tahun awal. Habiba sungguh jatuh cinta pada sosok Ghaza.

"Bagaimana novelmu? Sudah hampir selesai?" tanya Ghaza, seraya berkendara.

Habiba menoleh. "Belum, masih bagian konflik."

"Kalau ingin jalan-jalan mencari ide, kabari aku saja." balas Ghaza datar.

Senyum lebar Habiba terbit, sering kali ia mengeluh pada Ghaza karena idenya mentok alias habis. Jika sudah begitu, Ghaza akan mengajaknya keliling atau mendatangi tempat-tempat wisata untuk membantunya membangkitkan imajinasi serta mencari ilham untuk menulis kembali.

Diaku, Luka-kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang