~Selamat Membaca~
Selang beberapa menit, rasa saling sayang dan cinta yang tersalurkan lewat dekapan itu terlepas. Nabila mendongakkan kepalanya, menatap netra Jidan lekat.
"Sudah waktunya untuk kita bersama, sudah waktunya aku membawa kamu dari orang tua kamu. Sudah waktunya merealisasikan ucapan Jarrel yang manggil kamu mama."
Nabila tersenyum mendengar penuturan dari Jidan, ia mengangguk.
Mereka kembali ke ruang tamu, mendudukan diri mereka di posisi semula. Jarrel naik ke pangkuan Nabila, kemudian berbisik, "Mama bicala apa ama papa?"
Nabila menatap netra polos nan bulat itu, kemudian tersenyum "Rahasia."
Jarrel mencebikan bibirnya kebawah, membuat Nabila dengan gemas mencubit pipinya.
"Bagaimana?"
Pertanyaan Ayah mengalihkan semua atensi. Nabila menarik napasnya kemudian menghembuskannya, mempersiapkan diri untuk berbicara.
"Nabila menerima lamaran ini. Dan Nabila rasa tidak perlu untuk mengadakan acara pertunangan. Pernikahan ini lebih cepat lebih baik."
Jidan menghembuskan napasnya lega.
"Itu sudah keputusan Nabila dan Jidan."
Ayah menghelas napas, ada sedikit perasaan tidak rela di hatinya, "Baiklah, jikalau begitu. Kita akan segera mengadakan acara pernikahan. Tetapi, sebelum itu, masih ada satu orang yang perlu mengetahui perihal lamaran ini."
"Maksud Ayah, Narendra?" Tanya ibu
Ayah mengangguk sebagai jawaban, "Bagaimana pun, Nabila adalah bagian penting dari hidup Naren. Saya hanya takut jika, Naren tidak terima jika kita tidak memberitahukan ini."
"Baiklah kalau seperti itu. Kami ijin undur diri, dan saya rasa lamaran ini sudah selesai. Kita hanya tinggal menunggu keputusan Naren saja." Tutur Mamah
Jidan melirik Jarrel yang ada di pangkuan Nabila. Ternyata sedari tadi mereka mengobrol, Jarrel terlelap di pangkuan Nabila.
Mamah, bangkit dari duduknya. Ia terlihat berpamitan dengan orang tua Nabila, "Terima kasih karena sudah menerima kami dengan baik disini."
"Ah, jangan seperti itu. Sebentar lagi kita akan menjadi besan." Tutur ibu Nabila
Jidan dan Nabila juga bangkit, Jidan sudah akan mengambil Jarrel dari pangkuan Nabila, "Udah, gak apa apa. Biar Jarrel disini aja dulu. Nanti aku bawa dia pulang."
Jidan menurunkan tangannya, "Gak apa?"
Nabila mengangguk. Jidan mengusap kepala Jarrel kemudia, mencium kening sang putra.
***
Nabila mengamati wajah Jarrel dengan senyuman tulus di wajahnya. Ia terus menelisik wajah gembul sang calon putranya itu.
Tak lama lagi panggilan 'mama' yang diucapkan Jarrel bukan hanya sebuah kata saja. Akan ada makna berarti nantinya.
Nabila mendongakkan kepalanya sembari mengulum bibir menahan senyum. Tolong, anak ini sangat lucu, buat Nabila gemas saja.
Nabila mengusap surai legam Jarrel lembut, lalu membubuhkan kecupan singkat di pucuk kepala Jarrel.
Nabila melirik jam dinding yang ada di kamarnya. Sudah jam empat sore. Anak ini tertidur sangat nyenyak.
Nabila beranjak dari ranjang, ia melangkah untuk keluar kamar. Tapi, langkahnya terhenti kala mendengar tangisan Jarrel.
Nabila tersenyum, kemudian membalikkan badannya. Ia lihat Jarrel yang sudah duduk di ranjang dan masih menangis.
"Ada apa? Mama disini." Ucap Nabila seraya menghampiri Jarrel.
"Mama jan pelgi."
Nabila tersenyum, kemudian membawa Jarrel ke pangkuannya, "Emang mama mau kemana?"
Jarrel menggeleng pelan, menyenderkan kepalanya pada dada Nabila. Hhh Nabila mencium Jarrel gemas.
"Mama mau masak, turun yuk?"
Jarrel menggeleng, "Gendong."
Nabila menghela napas, tidak ada pilihan lain lagi. Si kecil sedang dalam manja saat ini.
Nabila menggendong Jarrel, membawa anak itu untuk memesak. Sembari menuruni anak tangga, Nabila bercanda ria dengan Jarrel.
Senyuman diwajah cantiknya tidak pernah luntur untuk Jarrel. Senyuman diwajah ayu nya membuat orang-orang betah memandanginya
"Hari ini mau masak apa bu?" Tanya Nabila ketika sudah sampai di dapur dan melihat ibunya yang sedang memotong bawang.
"Karena sekarang lagi ada Jarrel, ibu mau masak sayur sop. Nah, buat kita ibu mau masak capcai, ayam goreng, sambel, sama tahu tempe."
"Ibu tau aja aku lagi pengen makan capcai." Nabila terkekeh
Ibu mengernyit, "Kamu ngidam Na?"
"Astaga, ibu kalau ngomong suka aneh aneh deh. Nabila emang suka capcai, dan baru rasain masakan ibu lagi. Ada ada aja deh."
"Ya siapa tau."
Nabila hanya menggeleng sebagai jawaban. Apa yang ibunya itu maksud, yang benar saja.
"Jarrel tunggu dulu disini ya?" Nabila mendudukan Jarrel di meja makan. Tidak protes anak itu, karena sekarang sedang mengamati buah apel yang ukurannya besar ditangannya.
"Ada yang mau dibantu bu?"
"Potong potong wortel aja." Ibu menyerahkan wortel ke Nabila.
"Na, kamu emang ada rasa sama Jidan?"
Nabila tersenyum mendengar pertanyaan ibu, "Selama itu aku tinggal bareng bu, gak mungkin hati aku diem aja? Terlebih rasa sayang aku ke Jarrel makin menguatkan rasa cinta aku ke Jidan. Ya walau memang aku awalnya ragu. Tapi, waktu Jidan bilang kalau dia mau aku, aku makin yakin bu."
Waktu berlalu, acara makan keluarga pun sudah usai. Nabila mulai mencuci piring kotor bekas makan malam tadi. Ia sekilas melirik ruang keluarga yang sangat bising. Ayah sedang mengajak main Jarrel. Suara cekikikan Jarrel mendominasi.
Nabila menggelengkan kepalanya kala mendengar suara tawa Jarrel yang semakin nyaring itu. Hah, ia tidak yakin anak itu akan tidur lebih cepat.
Selesai dengan urusannya, Nabila melangkahkan kakinya ke ruang keluarga. Bergabung dengan ayah, ibu, dan juga Jarrel.
"Suara ketawa Jarrel kedengeran puas banget deh."
Ayah menghentikan gerakan kepala mendusel perut Jarrel, "Dia gak suka digelitik. Tapi pas ayah berhenti, dia malah pengen digelitik lagi."
Nabila tersenyum simpul, "Udah ah, gak bisa tidur nanti."
"Justru buat Jarrel capek nak. Biar dia tidur lebih cepet."
"Ah ibu ini."
Hening beberapa saat, ayah mengelus punggung Jarrel yang berada di pangkuannya, "Jarrel nginep aja ya Na?"
"Iya yah, dia gak mau pulang juga tadi."
Ayah tersenyum simpul, "Ayah semakin yakin, rasa sayang kamu ke Jarrel tuh gak main main. Ni anak bahkan gak mau lepas dari kamu."
Bersambung...
Yo guys, gua balik. Ngilang terus yee heheheh.
Eum? Sampai jumpa dihari yang tak menentu. Kalau kalian merasa tiap chapternya pendek terus, gua bakal kasih chapter yang panjang pas hari hari spesial. Like, birth date? Maybe.
Oh iya, btw gua mau nanya nih. Kalian percaya gak kalau hati Jidan udah bener bener kosong?
Siapa tau aja gitu, ada jelangkung. Datang tak diundang, pulang tak diantar pfft
Bandung, Rabu, 23 Nov 2022

KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Jidan || Park Jisung
Fanfiction°Want to know what makes me the happiest? The thing that makes me the happiest is when my son says his first word, papa.° ¤Park Jisung 박지성 "au" NOTE: Sebagian chapter tidak untuk publik. Jadi kalau mau chapter lengkap, mohon buat follow dulu ©️Ryuli...