15

138 13 3
                                    

~Selamat Membaca~

Harum dari tumisan masakan yang dibuat Nabila menyeruak hampir ke seluruh penjuru ruangan. Hari ini Nabila membantu ibu memasak untuk sarapan di dapur. Sudah lama sekali kegiatan memasak dengan ibu tidak dilakukan.

Banyak sekali menu sarapan hari ini, mulai dari yang berminyak sampai yang sehat sehat seperti sayuran disajikan.

Baru saja beres mencuci tangan setelah selesai masak, tangisan lantang Jarrel mengalihkan fokus Nabila.

"Baru bangun tuh sepertinya Na, nyariin Mamah nya." Ucap ibu sembari menyikut Nabila.

"Iya bu, Nabila ke atas dulu ya?." Pamit Nabila

"Iya, sekalian mandiin Na. Tadi malem Jarrel gak mandi, pasti gak enak."

"Iya bu." Nabila tersenyum lalu berjalan menuju lantai atas, dimana kamarnya berada

Nabila membuka pintu kamarnya, ia tersenyum kala melihat Jarrel yang sedang menangis sembari mengucek-ngucek matanya.

"Mamah." Rengek Jarrel merentangkan kedua tangannya.

Nabila tersenyum dan kemudian memangku Jarrel, "Mandi dulu ya? Habis itu kita makan. Mamah masak banyak banget buat kamu."

Jarrel mengangguk kemudian melingkarkan tangannya ke leher Nabila dan bersandar di dada Nabila. Ia masih mengumpulkan nyawa.

Suara pekikan Jarrel yang sedang nyaring terdengar sangat nyaring. "Jarrel pake dulu handuknya!"

Nabila menghela napas ketika Jarrel lari keluar kamar mandi menghindarinya.

"Ayok sini, liat tuh malu ih."

Jarrel menggeleng dan kembali berlari. Memang sih, di apartemen Jidan jika Jarrel berlarian setelah mandi tidak terlalu capek mengejarnya. Tapi ini rumah ibu Nabila! Rumahnya sangat luas.

Ayah yang kebetulan lewat, Jarrel jadikan tameng. Jarrel bersembunyi dibalik kaki ayah, "Duh, ada apa ini?"

"Jarrel gak mau dipakein handuk yah, aku mau pakein baju padahal."

Ayah menghela napas, kemudian menggendong Jarrel,"Sini handuknya, biar ayah yang pakaikan dia baju."

Nabila mengangguk, "Bajunya udah aku siapin di kamar aku Yah."

Ayah mengangguk sebagai jawaban.

"Mahhh," Jarrel merengek ingin memakan cah kangkung yang terbilang pedas itu.

"Gak Jarrel, ini pedas. Nanti kamu sakit perut, mamah udah masakin bola bola tahu nih. Makan ya?"

Jarrel menggeleng dan keukeuh ingin memakan cah kangkung.

Nabila menggigit bibir bawahnya bingung, ia menatap ibunya yang juga sedang menyaksikan keributan mereka.

"Cobain dulu kuahnya, nanti kalau nangis dia gak akan makan itu lagi." Saran Ibu

Nabila menyendok kuah cah kangkung yang langsung disambut oleh Jarrel dengan senang hati. Jarrel menyeruput kuah cah kangkung itu dengan semangat, ia mengecap ngecap rasa cah kangkung itu.

Papa Jidan || Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang