02

542 55 3
                                    

~Selamat membaca~

Pagi ini Jidan masih harus memandikan anaknya, karena pengasuh itu atau biasa disebut bi Inah belum datang juga. Padahal kan Jidan ada kelas pagi.

"Aduh bi Inah mana sih? Masa jam segini belum datang." Omel Jidan

Jidan terus saja menggerutu kesal, sembari tangannya dengan telaten membersihkan tubuh Jarrel.

Setelah selesai membersihkan tubuh Jarrel, Jidan langsung membawa tubuh mungil itu ke ranjang nya. Membaringkan tubuh mungil itu, kemudian berjalan menuju lemari untuk mengambil baju milik Jarrel.

Jidan mendudukan dirinya didepan Jarrel, dengan hati hati dia memakaikan pakaian kepada tubuh mungil itu.

"Sial, bi Inah belum dateng juga. Padahal sebentar lagi gua ada kelas."

Setelah selesai memakaikan pakaian untuk Jarrel, Jidan mencium pipi Jarrel lembut.

"Anak papa ganteng banget astaga, mirip banget sama papa." Ucap Jidan sembari menghirup pipi Jarrel yang beraroma khas bayi.

"Tunggu sebentar sayang."

Jidan bangkit dan mengambil ponsel di nakas, ia menelpon bi Inah

"Hallo bi."

"Iya hallo den."

"Bibi kenapa jam segini belum dateng sih? Jidan udah terlambat ini. Jidan ada kelas pagi ini."

"Aduh maaf den, bibi gak bisa dateng. Soalnya bibi lagi gak enak badan. Udah ya den bibi mau istirahat dulu."

"Tap-"

Tutt

"Sial, kenapa harus dimatiin sih." Ucap Jidan kesal

Jidan mengalihkan atensinya kepada bayi yang sedang terbaring di ranjang, bayi itu terlihat sedang bermain dengan imajinasinya.

"Masa gua harus bawa Jarrel ke kampus sih."

Jarrel berdiri, menyeimbangkan tubuhnya. Kakinya mulai melangkah membuat Jidan was was. Bagaimana tidak, belum genap berusia satu tahun. Dia belum terlalu lancar berjalan, hanya bisa berdiri itu pun masih sering jatuh.

"Eh eh eh."

Dengan sigap Jidan menangkap tubuh mungil Jarrel.

"Jarrel, jangan banyak gaya deh. Belum bisa jalan juga jangan sok sok an mau jalan. Nanti kalau jatuh gimana? Nanti luka gimana? Nangis nanti. Siapa yang repot? Papa lah." Omel Jidan, sementara Jarrel? Dia menatap papanya dengan wajah terkejutnya.

"Udah ah, kamu kalau mau ikut papa ke kampus diem ya. Jangan nangis, nanti kalau kamu nangis dosen papa ngusir kamu."

Jika bertanya, kenapa Jidan tidak menitipkan Jarrel kepada orang tuanya? Jawabannya adalah. Ibu dan ayah Jidan sangat sibuk bekerja sehingga mereka tidak ada waktu. Jika Jidan menitipkan Jarrel kepada mereka, yang ada asisten rumah tangga Jidan yang mengurus Jarrel. Jarrel anaknya tidak suka orang asing, dia akan menangis kencang sekali. Dan itu merepotkan semua orang.

°•○●○•°

Jidan benar benar membawa Jarrel ke kampus. Semua mahasiswa menatap Jidan yang sedang menggendong Jarrel di depan. Mereka semua tau kalau Jidan sudah have a child by the accident, dan mereka memaklumi Jidan.

Yang mereka heran kan, kenapa Jidan harus membawa anaknya ke kampus sih? Bukannya itu hanya akan mengganggu konsentrasi mereka?

Jidan melangkah masuk kedalam kelas, sesampainya di kelas semua orang menatapnya.

"Sorry, anak gua gak ada yang jaga. Gua janji dia bakal diem dan gak ngeganggu konsentrasi kalian. Tolong maklumin gua."

Setelah berucap, Jidan mendudukan bokongnya di bangku miliknya. Ia melepaskan gendongan Jarrel.

"Lan, bangku disebelah lu kosong?"

"Oh ini bangku Juwita. Tapi dia gak masuk hari ini katanya. Kenapa? Buat anak lu?" Chelan bertanya balik dan dijawab anggukan oleh Jidan.

"Boleh kan?"

"Ya boleh aja sih, bukan punya gua juga. Anak lu juga harus dikasih tempat duduk."

"Makasih Lan."

"Apapun buat ponakan gua." Ucap Chelan kemudian beranjak untuk menggendong Jarrel

"Jarrel mirip lu banget Ji."

Jidan yang tengah memindahkan bangku tersenyum.

"Iyalah, masa mau mirip sama orang lain. Serem lah, orang gua juga yang bikin."

"Ahahah, bisa aja lu."

"Tapi serius, dia plek ketiplek lu banget anjir." Ucap Chelan sembari mencuri kecupan dipipi Jarrel.

"Udah takdir Tuhan ngasih dia mirip sama gua, bukan mirip emaknya yang gak tau kemana."

TBC

Chelan Driantra

"Om Chelan baik banget, mau jadi papanya Jarrel ya? Gantiin papa Jidan yang toxic

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Om Chelan baik banget, mau jadi papanya Jarrel ya? Gantiin papa Jidan yang toxic."

Bandung, 13 Februari 2022

Papa Jidan || Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang