03

427 43 0
                                    

~selamat membaca~


Saat ini Jidan tengah menenangkan Jarrel yang menangis, Jarrel menangis sangat kencang sejak bangun tidur tadi.

Sudah beberapa cara Jidan lakukan untuk menenangkan anaknya itu tetapi, hasilnya nihil. Jarrel masih saja menangis.

"Rel, papah mohon. Udah ya nangis nya, udah mau tengah malem lho, kamu gak capek apa nangis terus?" Tanya Jidan seraya mengayun ambingkan Jarrel.

Jarrel tak henti hentinya menangis, membuat Jidan kesal setengah mati.

"JARREL! Udah jangan nangis mulu, gua capek. Ngertiin gua dong!" Jidan membentak Jarrel tepat dihadapan Jarrel.

Jarrel yang dibentak seketika menghentikan tangisannya. Tapi tak dipungkiri, anak itu syok berat.

Jidan menghela napas prustasi, ia mengambil ponsel di ranjang, kemudian menelpon seseorang.

"Mah, gimana ini. Jarrel nangis terus, Jidan pusing dengernya." Keluh Jidan

"Kamu udah cek popoknya?"

"Udah, tapi aman aman aja. Gak ada lecet atau apapun."

"Udah dikasih makan?"

"Udah."

"Udah cek suhu badan dia?"

"Uda— belum."

"Tuhkan, makanya jangan panik duluan. Jangan marah marah terus, coba kamu cek suhu badan Jarrel."

Jidan mengangguk, kemudian menaruh Jarrel di ranjang. Berjalan ke nakas untuk mengambil Termometer kemudian, mengukur suhu badan Jarrel.

"37,2."

"Astaga, anakmu demam itu."

"Terus, Jidan harus gimana?"

"Make nanya lagi. Ya, kasih Paracetamol dong sayang."

"Yang kayak gimana?"

"Obat penurun panas, baca aja. Yang ada tulisan Paracetamol nya."

Jidan memutuskan sambungan telpon secara sepihak. Ia melangkahkan kakinya ke dapur untuk membawa P3K. Jemari nya sibuk mengamati obat yang tengah ia cari. Setelah ditemukan obatnya, Jidan kembali ke kamar.

Mendudukan dirinya di samping Jarrel, kemudian menuangkan obat paracetamol ke sendok.

Ketika akan memasukan obat itu kedalam mulut Jarrel, Jarrel malah menangis semakin kencang. Jidan tidak tinggal diam, ia membuka paksa mulut Jarrel supaya anak itu meminum obatnya.

"Ayok, diminum biar cepet sembuh."

Sesudah meminum obat itu, Jarrel menjadi sedikit lebih tenang. Jidan membawa Jarrel ke pangkuannya, ia menimang nimang Jarrel.

Lima belas menit sudah berlalu, dan Jarrel sudah tertidur lelap. Dengan hati hati Jidan menaruh Jarrel di baby box. Jidan mencium kening Jarrel gemas.

Papa Jidan || Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang