13

169 21 3
                                    

~Selamat Membaca~





"Saya menginginkan putri bapak untuk menjadi teman hidup saya." Ucap Jidan

Nabila mematung kaget mendengar penuturan dari Jidan. Ia menatap Jidan dengan nanar yang sendu.

Ayah Nabila menarik napasnya, "Atas dasar apa anda ingin menikahi anak saya?"

Jidan masih menatap Ayah Nabila dengan tatapan teguhnya, "Atas dasar cinta yang murni. Dari saya dan juga,"

Jidan menatap Jarrel yang ada di pangkuan Nabila, "Cinta dan kasih sayang dari anak saya."

Jidan berhenti sejenak, kemudian melanjutkan ucapannya, "Saya ingin meminta putri bapak menjadi teman, pasangan, sekaligus ibu dari anak saya."

"Jika bapak mengijinkan, kami akan mengadakan acara pertunangan nya minggu depan." Tutur Mamah Jidan

"Saya rasa, rasa cinta dan kasih sayang belum cukup. Sebuah kejujuran diperlukan untuk mempereratnya. Jadi, saya harap anda, nak Ajidan untuk lebih terbuka kepada anak saya. Karena bagaimanapun, keterbukaan itu penting supaya anak saya tidak keliru untuk memilih."

Jidan menundukan pandangannya, ia mengepalkan tangannya. "Setelah putri bapak secara sah menjadi istri saya. Saya akan terbuka dan mengungkapkan semuanya."

"Jadi, seperti ucapan saya tadi. Saya ingin menjadikan putri bapak untuk menjadi teman hidup saya."

Nabila tidak pernah menyangka akan dilamar di depan ibu dan ayahnya seperti ini, Nabila juga tidak tahu apa Jidan tulus mengatakan itu atau tidak?

Ibu Nabila menatapnya, ia meraih tangan sang putri dan mengelusnya. "Apa jawaban kamu? Ibu sama Ayah itu tergantung kamu."

Nabila menghela napasnya kemudian, mengalihkan atensinya ke Jidan, "Boleh ngobrol sebentar?"

Jidan mengangguk.

"Jarrel  diem dulu disini ya, mamah mau ngobrol sama papah."

Jarrel mengerutkan alisnya, "Lama?"

Nabila tersenyum manis, "Enggak sayang."

Nabila bangkit dari duduknya, ia berjalan diikuti dengan Jidan

Mereka sampai di halaman belakang, Nabila membelakangi Jidan. Masih terdiam sampai Jidan membalikan tubuh Nabila untuk menghadapnya.

"Kenapa?" Tanya Nabila tiba tiba

Nabila menatap Jidan, obsidian hitam itu saling bertemu, bertatapan dengan rasa disana, "Gu— aku serius. Aku mau kamu, mau cinta kamu, mau kasih sayang kamu, dengan sesuatu yang terikat. Aku serius buat lamar kamu dihadapan ibu sama ayah kamu. Semua ini tulus dilandasi rasa cinta aku ke kamu, rasa sayang Jarrel ke kamu."

"Aku terlalu bodoh buat gak menyadari kalau aku cinta dan sayang sama kamu. Bohong kalau aku gak jatuh ke kamu. Aku gak bisa nahan semua ini. Aku mau kamu, mau segalanya yang kamu punya. Aku cinta sama kamu."

Mata Nabila sudah berkaca kaca, masih betah untuk menatap mata Jidan, "A-aku gak tau. Aku takut kamu gak tulus. Aku—"

Jidan meraih tangan Nabila, menempatkan tangan itu di dada kirinya, tepat di jantung, "Hati ini, udah bener bener kosong. Aku nyerah sama masa lalu, sekarang dihadapan aku ada masa depan aku. Seseorang yang gak perlu aku tunggu selama bertahun tahun kepastiannya."

Nabila menangis, ia menjatuhkan air matanya. Ia tak menyangka jika Jidan akan setulus ini.

Jidan membawa badan mungil Nabila kedalam pelukannya. Memberikan rasa hangat disana. Degup jantung Jidan bisa Nabila dengar. Jidan menciumi pucuk kepala Nabila.

Nabila mendongakkan kepalanya, dan diciumlah kening Nabila oleh Jidan.

"Aku tulus cinta sama kamu. Jangan pernah ngecewain aku."



Bersambung...

Guys, maaf kemarin gak up. Gua drop lagi huhuuu. Ini juga sedikit banget word nya. Sorry


Bandung, Rabu 12 Oktober 2022

Papa Jidan || Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang