|
.
Pukul 20:30.
"Pena lebih tajam daripada pedang. Apa makna dari pepatah tersebut?"
Denji memajukan bibirnya, keningnya berkerut mengamati kalimat yang baru saja ia baca di sebuah buku bersama Power. Keduanya saling tatap. Kemudian berdehem secara bergiliran, menjawab pertanyaan di buku itu.
Power, "Jangan meremehkan pena."
Denji, "Takutlah kepada pena."
"Pedang terbuat dari pena."
"Apah iyah?" tanya Denji, mengelus dagunya.
Power menggeleng. "Shirane! Tanya saja ke yang bilang."
"Benar tau." ucap Name sambil menyelip ke tengah-tengah.
"Kayaknya benar deh." Denji mengangguk-angguk. Sedetik kemudian, matanya terbelalak. Sadar akan sesuatu, pria itu pelan-pelan menolehkan kepalanya ke samping. Dan benar saja, ia mendapati kehadiran Name di sebelahnya.
Jantungnya memompa cepat, setelah sempat berteriak, Denji merangkak ke belakang. Ia mengucek matanya, seakan tak percaya akan pulangnya Name ke rumah. Seketika matanya berlinangan. "ORE NO CRUSH DAH KAMBEK OI HUAAA!" lalu menangis.
Power mengerut, bingung. "Saha?"
"Peluk aku Name, peliss.. peluuukkk!" rengeknya sambil menjulurkan tangan ke arah Name.
Name menggeleng, "Sorewa harom desu."
Mendengar itu, Denji langsung mengeraskan tangisannya. Meronta-ronta di tempat. "UEEEE KANGEN BANGET AKUTUUUH!"
BUGH!
Satu pukulan mendarat di kepala Denji. Masih menggenggam tinjunya, gadis itu berdecak. "Itu siapa tolol?!"
"Cewekku tolol!"
Cklek
Suara pintu kamar terbuka. Menampakkan sosok pemuda jangkung yang berdiri di balik pintu. Dengan tatapan sayu yang tampak lelah, postur tubuh yang merosot ke depan, rambut acak-acakan tanpa diikat yang membuatnya benar-benar terlihat kacau.
Name perlahan memutar badannya, menoleh pelan. "..."
Aki bergemetaran, dengan disertai bibir yang mencebik. Kedua mata pemuda itu menatap Name dengan sorot terluka.
Tanpa aba-aba, Name langsung berlari cepat ke arah Aki. Dalam hitungan detik, ia langsung melompat ke dalam pelukan pemuda itu. Namun Aki hilang keseimbangan, tubuh lemasnya tak sanggup menahan Name, membuat keduanya berakhir jatuh bersamaan.
"Aku pulang, Aki." ucapnya.
Satu kalimat yang diucapkan Name sudah cukup membuat mata merah Aki berlinangan. Parit-parit muncul di pipinya, menghiraukan rasa sakit yang mengganjal di tenggorokannya, pemuda itu akhirnya melepaskan tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
none ; hayakawa aki
Fanfiction𔘓 「 𝗛𝗮𝘆𝗮𝗸𝗮𝘄𝗮 𝗔𝗸𝗶 𝘅 𝗥𝗲𝗮𝗱𝗲𝗿 」 "Aku bersumpah, kaulah satu-satunya alasan aku tetap bernafas." Hayakawa Aki mengenggam tanganmu, lalu menciumnya. Jauh di dalam lubuk hatinya, dia ingin tetap bertahan hanya untukmu, dunianya. Sekaligu...
