(💌) · - 𝟏𝟗,

2.1K 437 101
                                    

|
.






Tegang.

Kehadiran Makima yang baru saja datang membuat suasana makin senyap. Mereka yang tadinya hanya terdiam setelah mendengar pengakuan Aki tentang hubungannya dengan Name, kini dibuat kaku oleh Makima.

Dan diantara banyaknya tempat kosong, wanita itu memilih duduk di sebelah Name. Seolah merasa tak terjadi apa-apa, Makima mengangkat tangannya, hendak memanggil pelayan untuk memesan sesuatu. "Sumimasen, tolong-"

Name memotong kalimat Makima dengan memegang tangan wanita itu yang terangkat, membuat keduanya menoleh secara bersamaan.

Makima menatap Name datar. Menunggu penjelasan dari gadis itu.

Mata sayu-nya memandang Makima lamat-lamat, Name membuka mulutnya untuk berbicara. "Ambil punyaku." jeda sedikit, "Kau boleh mengambil bir punyaku. Itu belum tersentuh."

Makima langsung melirik bir di dekat Name.

"Itu baru diantar beberapa menit lalu." lanjut Name, melepaskan genggaman nya pada Makima. Ia meringsut mendekat ke arah wanita itu, lalu menatap bola mata Makima lekat-lekat.

Makima sedikit memundurkan tubuhnya kebelakang, memaksa matanya ikut menatap mata Name dalam. Dan entah mengapa, ia merasa pupilnya seakan tertusuk oleh jarum tajam.

"Kau.. boleh mengambil segala sesuatu yang ada padaku." bisik Name pelan. Tangannya meraih gelas bir di dekatnya, menyodorkannya pada Makima. Gadis itu mengulum senyum. "Maukah kau?"

Makima hanya diam mendengarkan. Matanya tak berkedip sama sekali. Ia meraih gelas bir yang disodorkan oleh Name, lalu mengangguk kecil. "Baiklah."

Name menjauhkan tubuhnya, bergeser kembali ke tempat duduknya sambil menarik senyuman di wajah. Gadis itu meninggikan dagunya, melirik Makima.inu."

Semua orang yang ada disana hanya diam menyimak. Bingung. Ada apa sebenarnya?

Himeno memandangi Name dan Makima dengan tatapan curiga. Namun ia cepat-cepat menepis pikiran buruk yang ada di kepalanya. Wanita itu menggoyang-goyangkan gelas bir nya, melirik Aki di sebelah Denji. "Oi, Aki~"

Aki menoleh, sedikit menengadah. "Kenapa?"

"Ne, ne, Aki~ Semua orang disini kecuali kau pernah mendapatkan ciumanku, apa kau mau? Jangan menolak lagi yaaa kumohooon!" Himeno menunjukkan senyuman terbaiknya, berharap Aki goyah.

"Loh, aku kapan?!" protes Denji sambil menyeka air matanya sehabis nangis.

Himeno cekikikan. "Setelah aku ciuman sama Aki."

"Kau tau? Kau belum cukup mabuk. Sebelumnya kau bilang tak ingin mencium orang kalau belum mabuk." kata Fushi, meneguk alkoholnya. "Lagipula kan ada Name disini, masa kau mau berbuat begitu? Jangan bikin sakit hati sesama wanita lah."

Himeno memanyun. "Ayolaaahh!"

"Boleh, kok." Name mengunyah karaage hasil curiannya dari Power, "itupun kalau Aki mau."

Deg!

Himeno membelalak, hatinya berdesir perih kala mendengar kalimat yang keluar dari mulut Name. Gejolak api cemburu disertai dengan kepala pusing akibat alkohol membuatnya jadi kesal. Ia kemudian meneguk bir nya sampai habis, lalu mencebik. "Hiks!" dan dia mabuk.

Semua orang yang ada di sana tertawa. Suasana yang tadinya sempat tegang jadi ricuh kembali. Lucu sekali kelakuan Himeno, pikir mereka.

Disisi lain, Makima melirik pelayan yang tengah membawa dua mangkuk berisi ramen dari kejauhan. Wanita bersurai merah itu mengembangkan senyumnya, mengamati gerak-gerik si pelayan dengan intens.

'Tumpahkan.'

Dan ketika pelayan itu hendak berjalan lewat ke belakang nya, tiba-tiba saja...

PRAAANNGGG!

Satu mangkuk berisi kuah ramen yang masih sangat panas itu jatuh menimpa pundak gadis bersurai hitam kecokelatan, membuat bajunya basah kuyup seketika.

"NAME!"

Aki buru-buru berdiri, berjalan cepat ke arah Name, membuka jas hitam nya. Raut cemas terpatri di wajah pemuda itu. "Dimana yang kena, Name? Apa bahumu sakit? Lihat aku." ia menarik kedua bahu Name, membuat gadis itu bergeser ke hadapannya.

Name mengerjap-erjapkan matanya, menatap mata Aki di depannya. Ia kemudian mengambil untaian mie ramen yang jatuh ke pundaknya, lalu memakannya. "Enak."

"Oi." Aki menghela napas. "Ayo pulang. Bersihkan badanmu."

Name mengangguk, mengunyah topping naruto yang sempat jatuh ke bajunya. Gadis itu berdiri, dibantu oleh Aki. Sebelum melangkah pergi, ia baru sadar, bahwa...

... ketika pelayan itu terjatuh dan membuat mangkuk ramen jatuh mengenainya, sebenarnya mangkuk yang satunya lagi juga jatuh menimpa kepala Makima.

Lihatlah, wanita bersurai merah itu tengah duduk diam ditempat, dibantu oleh Denji, Fushi, dan yang lain untuk membersihkannya.

Melihat itu, seringaian lebar terukir di wajah Name.

"Mau sampai kapan kau akan bermain 'senjata makan tuan' ini, Control Devil?"





|
.




Eh, eh, ges
Kalian kan suka harem nih, chap depan kita nambah 1 Harem gimana? 😚😚
Ga kangen apah sama ayang Yoshida? 😋

Wkekek btw chii kemaren ga apdet tuh gara² ngebucinin suami baru chii loh

Wkekek btw chii kemaren ga apdet tuh gara² ngebucinin suami baru chii loh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KEEMPAT NYA PUNYA AKOH HUUU UMUMUMU
(~ ̄³ ̄)~
YG SETUJU VOTE

none ; hayakawa akiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang